Share

BAB 6. TERJEBAK

Pagi-pagi sekali Ghea sudah berada di kantor, dia berangkat lebih pagi karena selain ingin mengembalikan paper bag berisi ponsel, dia akan menyelesaikan pekerjaannya yang masih menumpuk jika sewaktu-waktu dikondisikan  akan resign dari kantor.

Terdengar pintu ruang kerja bos terbuka, ternyata bos juga datang pagi-pagi.

Deg..!

Dada Ghea berdetak kencang, mengapa bos juga datang pagi-pagi? batinnya.

Ghea terus mengumpulkan berkas ,  mengetik jadwal bos selama seminggu, kemudian mengirim ke tablet bos. Terdengar pintu penghubung terbuka, Ghea mendongak dilihatnya bos menatapnya keheranan. “ Kenapa kamu masuk pagi-pagi, belum jam kantor.” Kata bos sedikit ramah.

Ghea tidak menjawab hanya menatap bosnya dengan tatapan datar.

“ Saya tidak mau terima ponsel bapak, terlalu mahal , terlalu mewah bagi saya. Ada di meja kerja bapak.” Kata Ghea berusaha terlihat garang.

“ Kamu tidak menjawab pertanyaan saya!” geram bos.

“ Pertanyaan yang sama untuk bapak.” Kata Ghea.

Terkejut bos mendengar jawaban Ghea. Dia memandang Ghea penuh kebencian karena Ghea berani mengkonter balik pertanyaannya.

“ Ambil paper bag dari meja kerjaku, kamu mau ambil atau tidak ponsel yang saya berikan terserah. Mau dibuang silahkan.  Cepat ambil!” teriak bos.

Ghea berdiri menuju pintu penghubung, mengambil paper bag lalu membuangnya ke tempat sampah.

“ Di sini tempatnya!” kata Ghea dengan suara lantang, kembali ke ruang kerjanya.

“ Berhenti !  “ teriak bos.

“ Bapak kan katakan , terserah saya, mau diambil , tidak diambil mau di buang silahkan ! Ya.. karenanya saya buang, tempat yang tepat , di tempat sampah !” kata Ghea  dengan keberanian yang sudah disiapkan sejak  kemarin.

“ Omonganmu ngawur ! Kamu…praat als een kip zonder kop ! “ teriak bos marah.

“ Keluar !!” teriak bos.

 Ghea langsung menuju ke laptopnya, diketiknya sesuatu kemudian diprint , dimasukkan kertas yang diketik dalam amplop , menuju ruang kerja bos.

“ Apa maumu!” teriak bos.

“ Ini pak… Saya berhenti.” Kata Ghea dengan suara menahan amarah dan kesal.

“ Berhenti ? Enak saja ! “ kata bos sambil membuka amplop membacanya sekilas lalu tertawa  mengejek , merobek surat permohonan berhenti yang diajukan Ghea sampai sekecil-kecilnya lalu membuangnya ke tempat sampah.

“ Di sini tempat yang paling cocok !” kata bos.

Melihatnya Ghea semakin marah, diambilnya laptop dimasukkan dalam ranselnya , tanpa pamit dia keluar ruang kerjanya. Dengan setengah berlari diikuti pandangan mata karyawan lantai 35 yang berkerumun di koridor , Ghea masuk dalam lift.

Sampai di lobbi dia dicegat dua sekuriti berbadan besar dan tegap, “ Mbak Ghea kembali ke atas!” perintah seorang yang berbadan gempal dengan tato di lengannya.

“ Saya sudah berhenti, kalian tidak berhak memerintah saya !” bentaknya.

“ Kami menuruti perintah bos !” kata mereka bersamaan.

“ Perintah bos? Bos kayak preman ! Bos  kejam itu kamu ikuti ? Bos tidak punya hati itu yang kalian dengar perintahnya?” teriak Ghea.

Sebuah tangan kasar ,kuat memegang pundaknya , membalikkan tubuh Ghea, Ghea kaget melihat bos sudah ada di depannya, matanya terbelalak melihat mata bos  yang hitam bagaikan permata memancarkan kekejaman , meraih muka Ghea lalu menyumbat bibir Ghea dengan bibirnya yang tebal, melumatnya keras-keras disaksikan para sekuriti dan karyawan yang ada di lobbi.

Terdengar desahan para karyawan wanita yang menyaksikan drama romantis di depan mereka, bisikan-bisikan mengiang di seantero lobby, sifrigid dilumat monster.

Bos melepaskan bibirnya , memainkan lidahnya di bibirnya, menatap Ghea dengan penuh kepuasan,” Ini upahnya orang yang suka bicara ngawur !” 

“ Oh.. saya mau juga digituin bos.” Terdengar lirih suara wanita.

Bos memandangnya , menyengir  dengan bibir miring seolah mengejek ,  meninggalkan Ghea yang berdiri mematung, menyeruak di antara kerumunan orang-orang di lobbi .Ketika dia menoleh ke belakang dilihatnya Ghea  masih berdiri kaku memandang kepergian bos. Bos kembali ,dengan kasar  meraih tangan Ghea , menyeretnya diantara kerumunan yang cepat mengurai agar bos dan Ghea dapat lewat.

Masuk di lift, bos memandang Ghea yang berusaha menahan tangisnya.

“ Tidak ada yang bisa katakan mau resign dari perusahaanku, kalau aku masih membutuhkan ! Kalau aku sudah tidak membutuhkanmu , aku akan depak, bagaikan anjing buduk yang didepak tuannya !” katanya sambil menyeringai kejam.

Terdengar TING, lift terbuka ,  kerumunan orang-orang yang masih ingin melihat drama monster dan frigid menunggu di depan lift , ada yang pura-pura nelpon, ada yang berbicara serius tapi dengan lirikan mata mereka melihat bos keluar dari lift sambil menyeret Ghea masuk ke ruang kerja kemudian melemparkan Ghea ke sofa.

“ Yuda kenapa kau sangat kasar sama Ghea, “ terdengar suara  lembut pak Galley yang rupanya sudah menunggu kedatangan Galang.

“ Gal, kamu butuh sekretaris? Kalau kamu butuh ambil dia !” geram bos.

“ Kan Nyali masih sekretarisku? Kau mau ambil Nyali?” tanya pak Galley.

“ Si lelet itu ? Uh ! Kalau dia jadi sekretarisku, setiap hari  kutendang bokongnya yang besar agar jalan lebih cepat !” kata bos.

“ Ha..ha.. ada-ada saja kamu Yuda. Hmm.. jadi kamu mau pecat Ghea?” tanya pak Galley.

Ghea memandang kedua bos di depannya, pak Galley adalah Direktur, terkenal sangat sabar. Berbeda dengan bosnya yang kejam.

“ Maaf pak, saya minta resign hari ini dari perusahaan  Griya Artha Langgeng Jaya . “ Kata Ghea tanpa berpikir panjang karena sudah tekadnya dari kemarin jika tidak bisa ada niat baik dari bosnya dia akan keluar.

“ Bagaimana pak CEO, sekprimu mau resign . “ kata pak Galley.

“ Enak saja ! Masih banyak pekerjaannya belum beres,  dia mau resgn. No ! She has to finish her work. Besok kita harus rapat dengan Direktur dan owner tentang proyek di Jayapura !” kata bos.

“ Maaf pak saya tidak mau ditendang seperti anjing buduk kalau bos sudah tidak memerlukan saya.” Ujar Ghea yang langsung disambut dengan tawa oleh bos.

“ Apa maksudnya Yuda?” tanya pak Galley.

“ Tidak perlu didiskusikan, kamu … , jemarinya menunjuk ke Ghea, saya tidak ijinkan resign. Titik ! “ Kalau kamu membantah lagi, saya akan menyumbat bibirmu yang manis serasa strawberry, mau?” gertak bos yang disambut dengan gelak tawa oleh pak Galley.

“ Ghea, dengarkan bosmu. Mulutnya memang berbisa, tapi hatinya lembut ,selembut arumanis.” Kata pak Galley yang langsung meninggalkan mereka berdua.

Karena tidak mampu berbuat apa-apa, kalau toh dia keras kepala ingin resign pasti sekuriti dan pengawalnya mencegatnya di lobbi. Ghea akhirnya pasrah ,  kembali ke ruang kerjanya.

“ Ghea !” terdengar suara bos memanggilnya.

“ Ya, pak. “

“ Batalkan semua acara saya hari ini, nanti siang kita buat jadwal baru untuk jadwal yang tertunda tadi. Hmm.. bapak minta kamu ambil ponsel ini, kalau menurutmu terlalu mewah dan mahal kamu bisa jual dan beli ponsel sesuai seleramu. Yang penting komunikasi kita bisa lancar.” Kata bos  menatap Ghea.

“ Terima kasih pak, maafkan saya yang telah berbicara tidak pantas sebagai bawahan.” Kata Ghea berusaha menahan airmatanya.

Terpaksa aku yang duluan bilang terima kasih dan minta maaf, mana bos mau minta maaf . Bos yang tuna kesopanan dan tuna kepedulian mana mau bilang terima kasih dan minta maaf,  ngedumel Ghea  dalam hati.

“ Maafkan bapak juga telah membuatmu marah.” Kata bos yang langsung  membuat Ghea malu karena telah berperasangka  buruk di hatinya tentang bos.

Ghea mengambil paper bag yang disodorkan bos ke arahnya, entah mengapa kembali jari  mereka bersentuhan, Ghea ingin menarik tangannya takut kalau paper bagnya jatuh menimpa meja kerja bos yang terbuat dari marmer , membiarkan jemari bos membelai tangannya.

Ghea merasakan aliran listrik  menyengat seluruh  tubuhnya , membuat mukanya menjadi merah. Melihatnya bos tersenyum, baru kali ini Ghea melihat bos tersenyum. Barangkali mau kiamat, bos yang sulit tersenyum , kali ini tersenyum padaku, kata Ghea dalam hati. Memikirkannya  sekali lagi Ghea merasakan pipinya memerah , cepat-cepat meninggalkan bos yang masih tersenyum melihat tingkah Ghea.

' Lucu, menggemaskan , rasanya ingin mengoyak-ngoyak pipinya yang memerah.' Kata bos dalam hati memandang ke kaca pemisah  mencuri-curi pandang ke arah Ghea yang sedang  menatap bos dengan seribu pertanyaan.

Bibirnya enak juga, manis seperti strawberry, katanya sambil meraba bibirnya yang masih merasakan bibir Ghea yang tadi dilumatnya.

“ Oh, Tuhan aku terjebak pada perempuan yang membuatku gila setiap aku melihatnya. “ bisik Galang Yuda Saputra sambil memijat keningnya yang tidak sakit.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status