Pagi-pagi sekali Ghea sudah berada di kantor, dia berangkat lebih pagi karena selain ingin mengembalikan paper bag berisi ponsel, dia akan menyelesaikan pekerjaannya yang masih menumpuk jika sewaktu-waktu dikondisikan akan resign dari kantor.
Terdengar pintu ruang kerja bos terbuka, ternyata bos juga datang pagi-pagi.
Deg..!
Dada Ghea berdetak kencang, mengapa bos juga datang pagi-pagi? batinnya.
Ghea terus mengumpulkan berkas , mengetik jadwal bos selama seminggu, kemudian mengirim ke tablet bos. Terdengar pintu penghubung terbuka, Ghea mendongak dilihatnya bos menatapnya keheranan. “ Kenapa kamu masuk pagi-pagi, belum jam kantor.” Kata bos sedikit ramah.
Ghea tidak menjawab hanya menatap bosnya dengan tatapan datar.
“ Saya tidak mau terima ponsel bapak, terlalu mahal , terlalu mewah bagi saya. Ada di meja kerja bapak.” Kata Ghea berusaha terlihat garang.
“ Kamu tidak menjawab pertanyaan saya!” geram bos.
“ Pertanyaan yang sama untuk bapak.” Kata Ghea.
Terkejut bos mendengar jawaban Ghea. Dia memandang Ghea penuh kebencian karena Ghea berani mengkonter balik pertanyaannya.
“ Ambil paper bag dari meja kerjaku, kamu mau ambil atau tidak ponsel yang saya berikan terserah. Mau dibuang silahkan. Cepat ambil!” teriak bos.
Ghea berdiri menuju pintu penghubung, mengambil paper bag lalu membuangnya ke tempat sampah.
“ Di sini tempatnya!” kata Ghea dengan suara lantang, kembali ke ruang kerjanya.
“ Berhenti ! “ teriak bos.
“ Bapak kan katakan , terserah saya, mau diambil , tidak diambil mau di buang silahkan ! Ya.. karenanya saya buang, tempat yang tepat , di tempat sampah !” kata Ghea dengan keberanian yang sudah disiapkan sejak kemarin.
“ Omonganmu ngawur ! Kamu…praat als een kip zonder kop ! “ teriak bos marah.
“ Keluar !!” teriak bos.
Ghea langsung menuju ke laptopnya, diketiknya sesuatu kemudian diprint , dimasukkan kertas yang diketik dalam amplop , menuju ruang kerja bos.
“ Apa maumu!” teriak bos.
“ Ini pak… Saya berhenti.” Kata Ghea dengan suara menahan amarah dan kesal.
“ Berhenti ? Enak saja ! “ kata bos sambil membuka amplop membacanya sekilas lalu tertawa mengejek , merobek surat permohonan berhenti yang diajukan Ghea sampai sekecil-kecilnya lalu membuangnya ke tempat sampah.
“ Di sini tempat yang paling cocok !” kata bos.
Melihatnya Ghea semakin marah, diambilnya laptop dimasukkan dalam ranselnya , tanpa pamit dia keluar ruang kerjanya. Dengan setengah berlari diikuti pandangan mata karyawan lantai 35 yang berkerumun di koridor , Ghea masuk dalam lift.
Sampai di lobbi dia dicegat dua sekuriti berbadan besar dan tegap, “ Mbak Ghea kembali ke atas!” perintah seorang yang berbadan gempal dengan tato di lengannya.
“ Saya sudah berhenti, kalian tidak berhak memerintah saya !” bentaknya.
“ Kami menuruti perintah bos !” kata mereka bersamaan.
“ Perintah bos? Bos kayak preman ! Bos kejam itu kamu ikuti ? Bos tidak punya hati itu yang kalian dengar perintahnya?” teriak Ghea.
Sebuah tangan kasar ,kuat memegang pundaknya , membalikkan tubuh Ghea, Ghea kaget melihat bos sudah ada di depannya, matanya terbelalak melihat mata bos yang hitam bagaikan permata memancarkan kekejaman , meraih muka Ghea lalu menyumbat bibir Ghea dengan bibirnya yang tebal, melumatnya keras-keras disaksikan para sekuriti dan karyawan yang ada di lobbi.
Terdengar desahan para karyawan wanita yang menyaksikan drama romantis di depan mereka, bisikan-bisikan mengiang di seantero lobby, sifrigid dilumat monster.
Bos melepaskan bibirnya , memainkan lidahnya di bibirnya, menatap Ghea dengan penuh kepuasan,” Ini upahnya orang yang suka bicara ngawur !”
“ Oh.. saya mau juga digituin bos.” Terdengar lirih suara wanita.
Bos memandangnya , menyengir dengan bibir miring seolah mengejek , meninggalkan Ghea yang berdiri mematung, menyeruak di antara kerumunan orang-orang di lobbi .Ketika dia menoleh ke belakang dilihatnya Ghea masih berdiri kaku memandang kepergian bos. Bos kembali ,dengan kasar meraih tangan Ghea , menyeretnya diantara kerumunan yang cepat mengurai agar bos dan Ghea dapat lewat.
Masuk di lift, bos memandang Ghea yang berusaha menahan tangisnya.
“ Tidak ada yang bisa katakan mau resign dari perusahaanku, kalau aku masih membutuhkan ! Kalau aku sudah tidak membutuhkanmu , aku akan depak, bagaikan anjing buduk yang didepak tuannya !” katanya sambil menyeringai kejam.
Terdengar TING, lift terbuka , kerumunan orang-orang yang masih ingin melihat drama monster dan frigid menunggu di depan lift , ada yang pura-pura nelpon, ada yang berbicara serius tapi dengan lirikan mata mereka melihat bos keluar dari lift sambil menyeret Ghea masuk ke ruang kerja kemudian melemparkan Ghea ke sofa.
“ Yuda kenapa kau sangat kasar sama Ghea, “ terdengar suara lembut pak Galley yang rupanya sudah menunggu kedatangan Galang.
“ Gal, kamu butuh sekretaris? Kalau kamu butuh ambil dia !” geram bos.
“ Kan Nyali masih sekretarisku? Kau mau ambil Nyali?” tanya pak Galley.
“ Si lelet itu ? Uh ! Kalau dia jadi sekretarisku, setiap hari kutendang bokongnya yang besar agar jalan lebih cepat !” kata bos.
“ Ha..ha.. ada-ada saja kamu Yuda. Hmm.. jadi kamu mau pecat Ghea?” tanya pak Galley.
Ghea memandang kedua bos di depannya, pak Galley adalah Direktur, terkenal sangat sabar. Berbeda dengan bosnya yang kejam.
“ Maaf pak, saya minta resign hari ini dari perusahaan Griya Artha Langgeng Jaya . “ Kata Ghea tanpa berpikir panjang karena sudah tekadnya dari kemarin jika tidak bisa ada niat baik dari bosnya dia akan keluar.
“ Bagaimana pak CEO, sekprimu mau resign . “ kata pak Galley.
“ Enak saja ! Masih banyak pekerjaannya belum beres, dia mau resgn. No ! She has to finish her work. Besok kita harus rapat dengan Direktur dan owner tentang proyek di Jayapura !” kata bos.
“ Maaf pak saya tidak mau ditendang seperti anjing buduk kalau bos sudah tidak memerlukan saya.” Ujar Ghea yang langsung disambut dengan tawa oleh bos.
“ Apa maksudnya Yuda?” tanya pak Galley.
“ Tidak perlu didiskusikan, kamu … , jemarinya menunjuk ke Ghea, saya tidak ijinkan resign. Titik ! “ Kalau kamu membantah lagi, saya akan menyumbat bibirmu yang manis serasa strawberry, mau?” gertak bos yang disambut dengan gelak tawa oleh pak Galley.
“ Ghea, dengarkan bosmu. Mulutnya memang berbisa, tapi hatinya lembut ,selembut arumanis.” Kata pak Galley yang langsung meninggalkan mereka berdua.
Karena tidak mampu berbuat apa-apa, kalau toh dia keras kepala ingin resign pasti sekuriti dan pengawalnya mencegatnya di lobbi. Ghea akhirnya pasrah , kembali ke ruang kerjanya.
“ Ghea !” terdengar suara bos memanggilnya.
“ Ya, pak. “
“ Batalkan semua acara saya hari ini, nanti siang kita buat jadwal baru untuk jadwal yang tertunda tadi. Hmm.. bapak minta kamu ambil ponsel ini, kalau menurutmu terlalu mewah dan mahal kamu bisa jual dan beli ponsel sesuai seleramu. Yang penting komunikasi kita bisa lancar.” Kata bos menatap Ghea.
“ Terima kasih pak, maafkan saya yang telah berbicara tidak pantas sebagai bawahan.” Kata Ghea berusaha menahan airmatanya.
Terpaksa aku yang duluan bilang terima kasih dan minta maaf, mana bos mau minta maaf . Bos yang tuna kesopanan dan tuna kepedulian mana mau bilang terima kasih dan minta maaf, ngedumel Ghea dalam hati.
“ Maafkan bapak juga telah membuatmu marah.” Kata bos yang langsung membuat Ghea malu karena telah berperasangka buruk di hatinya tentang bos.
Ghea mengambil paper bag yang disodorkan bos ke arahnya, entah mengapa kembali jari mereka bersentuhan, Ghea ingin menarik tangannya takut kalau paper bagnya jatuh menimpa meja kerja bos yang terbuat dari marmer , membiarkan jemari bos membelai tangannya.
Ghea merasakan aliran listrik menyengat seluruh tubuhnya , membuat mukanya menjadi merah. Melihatnya bos tersenyum, baru kali ini Ghea melihat bos tersenyum. Barangkali mau kiamat, bos yang sulit tersenyum , kali ini tersenyum padaku, kata Ghea dalam hati. Memikirkannya sekali lagi Ghea merasakan pipinya memerah , cepat-cepat meninggalkan bos yang masih tersenyum melihat tingkah Ghea.
' Lucu, menggemaskan , rasanya ingin mengoyak-ngoyak pipinya yang memerah.' Kata bos dalam hati memandang ke kaca pemisah mencuri-curi pandang ke arah Ghea yang sedang menatap bos dengan seribu pertanyaan.
Bibirnya enak juga, manis seperti strawberry, katanya sambil meraba bibirnya yang masih merasakan bibir Ghea yang tadi dilumatnya.
“ Oh, Tuhan aku terjebak pada perempuan yang membuatku gila setiap aku melihatnya. “ bisik Galang Yuda Saputra sambil memijat keningnya yang tidak sakit.
Pulang kerja , Ghea membuka paper bag , melihat dos ponsel yang mereknya terkenal , modelnya sedang ngetred ,ponsel lipat yang sudah diidam-idamkan sejak lama. Ternyata segelnya sudah terbuka, ponsel mungil warna silver yang bisa dilipat pada bagian tengahnya, dimana layar utamanya menampilkan bunga yang indah jika dibuka. Ponsel itu selalu dilihatnya ketika nonton drama Korea membuat Ghea bertekat akan mewujudkan impiannya memiliki ponsel model lipat berwarna silver. Dipandangnya ponsel itu bagaikan memandang kekasih. “ Kau yang kuinginkan telah hadir di depanku , “ bisiknya sambil meletakkan ponsel di dadanya. Dadanya bergemuruh senang , terasa ada aliran hangat merasuk ke dadanya , sebuah wajah tampan dengan matanya bagaikan permata black opal menatapnya dengan kejam. Ghea berusaha memejamkan matanya untuk menghilangkan wajah yang sangat dibencinya , bukannya menghilang wajah itu semakin melekat tidak ingin keluar dari matanya yang terpejam, malah di sudut hatinya ada sedikit k
Keesokan harinya, Ghea bangun dengan perasaan malas. Ada keengganan berangkat ke kantor, takut menghadapi rekan-rekan kantor membicarakan HOT GOSSIP yang kemarin terjadi. Setelah menarik badannya kuat-kuat, disingkapkannya bedcover langsung duduk berdoa . Setelah berdoa ada sedikit harapan di hatinya, semoga HOT GOSSIP segera berlalu. Sesampai di lobbi perusahaan, sekuriti yang biasanya cuek menyambutnya, menyambutnya dengan hangat,” Selamat pagi mbak Ghea, tidur nyenyak semalam?” Dengan muka datar dan dingin, Ghea tidak menjawab pertanyaan sekuriti , cepat-cepat melangkahkan kakinya menuju ke lift. Di depan lif sejumlah karyawan bergerombol , riuh membicarakan sesuatu, Ghea cuek saja memasang topeng muka datar, dingin dengan gestur tubuh , jangan sentuh aku. “ Wah ini dia si frigid yang bisa mengalahkan monster perusahaan .” terdengar suara perempuan dengan nada iri. “ Frid, bagaimana rasanya dicium bos ? Hangat, panas, manis, kecut, asam atau pahit bibirnya?” tanya Roland tert
Setelah pertemuan yang melelahkan karena sepanjang pertemuan, presentasi bos dicecar dengan pertanyaan pak Hartono ,Person In Charge , bertanggungjawab atas semua proyek yang dikerjakan PT Griya Artha Langgeng Jaya. Pak Hartono, berkepribadian agresif , suka mendominasi dan ambisius , berusaha terlihat percaya diri , arogan , sangat tidak menghargai orang lain. Karakter yang sama dimiliki bos , meskipun tidak nampak di permukaan. Lain halnya dengan bos tidak menyembunyikan karakternya. Semua staf tahu karakteer bos, sedangkan pak Hartono para staf harus mereka-reka karakternya. Pak Hartono diam-diam bersaing dengan bos. Menurut Nyali , bos tahu bahwa pak Hartono selalu ingin menjegal bos, ingin bersaing merebut hati bapak Pringgodihardjo, apalagi kedudukan bos sedang diincar pak Hartono. Begitu bos menceraikan Yasmin , maka kedudukan bisa lepas sebagai CEO. Pihak yang dekat dengan mereka tahu bahwa sering terjadi persaingan tidak sehat yang dilakukan pak Hartono. Karena tidak ada
Masuk dalam taxi , ponselnya berdering, Nyali menelponnya. “ Kenapa kau tutup telepon?” “ Oh My God, kamu tahu siapa yang ada di belakangku ketika aku ceritaiin bos? Ir. Galang Juda Saputra, MSc. ! Dia rupanya dengar aku ceritaain dia, mungkin sangking asyik ceritain kejelekannya , bos kesel lalu mendehem, aku kaget karena aku kenal dehemnya langsung aku membalikkan badan kulihat bos memandangku dengan matanya yang bersinar terang seolah-olah akan menerkamku, bagaikan diburu singa aku lari cepat-cepat keluar lobbi. Untung ada taxi. Selamatlah diriku.” Cerita Ghea , setelahnya dia menghembuskan nafasnya. “ Matilah kau Ghea ! Besok kau akan dieksekusi ! “ kata Nyali dengan aksen Bataknya. “ Bah, tidaklah ! Besok kan bos tidak masuk, aku tunggu teleponnya atau tunggu tiga hari lagi, pasti sudah cooldown .” kata Ghea berusaha menghibur hatinya. “ Mudah-mudahan, dia juga lupa.” Kata Nyali berusaha menghibur temannya. Mendekati rumah kost, ponselnya berdering , dari oom Gatot,
Sampai di tempat kost, Ghea langsung melepaskan pakaiannya, memasukkan dalam keranjang pakaian kotor. Tanpa sengaja dia memandang ke cermin berdiri di sampingnya menampakkan keseluruhan tubuhnya yang tipis, ramping diselimuti kulitnya yang putih seputih susu. Teringat bagaimana oom Gatot memeluknya, tangannya yang kasar, kuat dan kokoh serasa masih melekat di tubuhnya. Aroma tubuh lelaki tanpa parfum masih tersisa di ujung hidungnya membuat sesuatu di tubuhnya menggeliat manja. Dibelainya tubuhnya ingin menikmati sisa pelukan oom Gatot , memejam matanya kemudian berdesah,” Apakah aku menganggap pelukan oom Gatot sebagai pelukan lelaki seperti yang kudambakan ataukah seperti aku dipeluk papa ? Dipeluk oom Gatot tadi serasa aku memeluk papa. " bisiknya. “ Rasanya sayang kalau aku mandi sekarang, masih terasa pelukan hangat oom Gatot, “ bisiknya kemudian tanpa disadari dia melepaskan bra dan painties , mengurai rambutnya ke depan , berpose seksi. “ Apakah aku kalah cantik dan seksi
Pukul dua belas malam, ketika Galang masuk kamar , Galley kembali ke apartemennya di dekat apartemen Galang, Gatot yang sudah mabok mondar-mandir di ruang tamu. Akhirnya memutuskan besok akan menelpon Nyali sepupunya, apa yang terjadi dengan Ghea, apakah benar Ghea dicium Galang? Gatot flash back , mengenang dua tahun lalu yang tidak mudah dilupakannya ketika mendampingi Ghea wisuda. Teman-temannya mengira bahwa Gatot adalah pamannya meskipun Gatot berusaha berdandan seperti layak anak muda, mungkin karena sebagian rambut di kepalanya sudah beruban mereka mengira Gatot adalah pamannya, padahal dalam hati Gatot ingin dinyatakan sebagai pacar oleh teman-teman Ghea. Karena kebahagiaannya bisa lulus dengan nilai yang cukup memuaskan, Gatot memberikan serangkaian bunga besar , di dalamnya berisi kotak handphone membuat Ghea berteriak gembira, memeluk oom Gatot dan mencium pipinya. “ Papa tidak bisa mendampingi Ghea biarlah oom menggantikan papa di wisudaku.” Kata Ghea sambil merangkul t
Pada umumnya setiap orang merancang masa depan demi meraih kebahagiaan. Demikian juga dengan Ghea, aku harus merancang masa depan mulai sekarang,batin Ghea . Menopang dagunya dengan dua tangannya matanya menatap laptop tanpa berkedip, seolah-olah apa yang dipikirkan tertulis di laptop. Langkah awal aku harus memberi harapan terhadap diriku sendiri, sakit, susah atau kehilangan harus kuhadapi dengan satu tekad aku ingin bahagia. Tahap pertama, mencari kontrak rumah biar kecil, di samping itu aku harus mampu mengembangkan emosi positif menghadapi masalah yang timbul terutama menghadapi tante Joani. Jika papa sembuh , apapun yang terjadi aku mengambil papa, mencari perawat untuk merawat papa. Langkah kedua , aku mencari pasangan hidup. Umurku dua puluh empat, waktunya memikirkan pasangan hidup, menikah, punya anak. Mengingatnya Ghea tersenyum, bahagianya melihat papa dikelilingi cucu-cucu. Aku akan mencari suami yang setia, bertanggungjawab , mau menghormati papa. Haruslah seoran
Ghea menerima telepon dari rumah sakit, bahwa ayahnya telah sadar. Cepat-cepat Ghea meninggalkan kantor menelpon Nyali , melaporkan bahwa dia harus ke rumah sakit.." Papaku sudah sadar," bisiknya menahan tangis bahagia karena papanya telah sadar, kemudian meninggalkan kantor. Sesampai di rumah sakit, Ghea melihat papanya membuka matanya dikelilingi dokter , suster dan bapak Saputra. “ Papa… “ bisik Ghea. Terdengar suara di belakang punggung Ghea, suara laki-laki berwibawa, “ Yud, Alhamduilillah , kau sadar…” Lelaki berumur kira-kira enam puluhan mendekati ranjang pak Prayudi, “ Ini anakmu yang namanya Ghea?” tanyanya sambil memandang Ghea dari atas ke bawah. Pak Prayudi hanya mengangguk lemah, “Bagaimana Yud, jadi kita besanan?” tanya pak Basuki. “ Maaf pak, “ kata Ghea sopan. “ Papaku baru sadar, jangan dulu ngajak bicara terlalu banyak, nanti nafasnya sesak lagi, maaf..maafkan saya.” Kata Ghea sambil membungkukkan badannya. “ Gheaaa…” terdengar suara serak pak Prayudi m