Pesawat Garuda mendarat dengan mulus di bandara Soetta, Jakarta. Ghea Ananda Saputri segera persiapkan dirinya yang sedang duduk di kelas ekonomi. Dengan gemetar mendekati bosnya yang duduk di kelas busines, mengambil tas jinjing bosnya lalu keluar dari pesawat menuju apron kedatangan.
Tubuh mungil itu dengan percaya diri, tanpa senyum ciri khas Ghea langsung menuju tempat pengambilan bagasi yang telah dikerumuni para penumpang yang tidak sabar menyerobot ,malah berdesak-desakan mengambil koper. Dari jauh Ghea melihat kopernya , mengambilnya , menunggu koper bosnya , dilihatnya label pada koper warna silver , ternyata cocok ,Ir. Galang Juda Saputra, MSc.
Diseretnya kedua koper dengan kesulitan penuh karena harus memegang tas jinjing bosnya ,di punggungnya tergantung tas punggung berisi laptop dan dokumen-dokumen. Keluar pintu bandara, supir kantor sudah menunggu , langsung mengambil kedua koper.
” Wah, mbak Ghea benar-benar super woman, kuat juga menyeret dua koper ini. Berat banget, banyak oleh-oleh ya mbak?” tanya Gito supir kantor yang terkenal kepo.
“ Oleh-oleh apaan, di Jayapura kalau tidak meeting, tinjau lokasi , meeting lagi, meeting terus , tidak ada kesempatan untuk jalan-jalan. Beli oleh-oleh ? Tidak ada dalam otak bosmu! Isinya pakaian kotor.” Kata Ghea cemberut , bukan terlihat kesal malah menampakkan kedua lesung pipinya yang membuat Ghea semakin menarik.
“ Mana bos?” tanya Ghea sambil melongok ke kiri dan ke kanan.
“ Sudah di mobil mbak.” Jawab supir.
“ Uhh ! Memang enak jadi bos, tinggal perintah, jalan santai , duduk manis di mobil, ” gerundel Ghea perlahan, takut gerundelnya di dengar supir.
" Ini kopernya bos, koper saya pegang sendiri, saya pulang naik bus saja.” Kata Ghea.
Dengan kesal Ghea menuju tempat parkir membuka pintu penumpang, mengembalikan tas kerja bos, sekalian pamit pada bos sengaja memasang wajah capek dengan harapan bosnya mengijinkannya pulang.
“ Maaf pak, ini tas kerja bapak ,” katanya meletakkan tas jinjing di samping duduk bosnya.
“ Saya pamit, “
“ Eh ! Mau kemana kamu? Enak aja pulang ! Masih banyak kerjaan. Ini baru jam tiga sore, masih jam kerja.” perintah bos dengan suara arogan.
“ Hai, mau kemana?” terdengar suara bariton bosnya ketika melihat Ghea akan menutup pintu mobil.
“ Menaruh koper saya di bagasi pak.” Jawab Ghea.
“ Gito, masukkan kopernya mbak Ghea ke bagasi. Kita langsung ke kantor.” Perintah bos.
Gito yang sudah duduk manis di belakang kemudi langsung keluar, mengambil koper Ghea, berbisik ke Ghea, " Kerja lagi," tidak ditanggapi Ghea hanya menatap sopir kepercayaan bos dengan tatapn dingin.
Dengan kesal Ghea duduk di depan, di samping Gito, diliriknya bos melalui kaca spion sibuk dengan ponselnya. Merasa ada melihatnya,bos memandang ke depan, cepat-cepat Ghea memalingkan wajahnya dengan ketakutan, Huh, hampir ketahuan, katanya dalam hati.
Tidak ada pembicaraan di dalam mobil, serasa di kuburan, dengus Ghea dalam hati. Perjalanan dari bandara ke kantor yang terletak di jalan Thamrin membutuhkan waktu yang panjang, belum lagi jalan macet , karena capek akhirnya Ghea tertidur di mobil.
Dia tersentak ketika supir membangunkannya, “ Mbak Ghea kita sudah sampai.”
“ Oh ! Aku ketiduran, “ katanya dengan menahan malu langsung membuat pipinya semburat merah.
Ghea melirik ke kaca mobil tidak nampak bos.
” Bos sudah turun, naik ke atas mbak.Cepatan, koper mbak saya titip di lobbi.”
“ Baik, terima kasih mas Gito.”
Setengah berlari , Ghea naik ke lift dipencetnya tombol 35 , ada kegelisahan di hatinya,” Pasti bos marah melihat aku tertidur di mobil,” bisiknya.
“TING”
Pintu lift terbuka, di depan lift telah berkumpul para karyawan yang akan pulang. Jam sudah menunjukkan jam lima sore.
“ Hallo Ghea, baru nyampe ya… itu bosmu sudah menunggumu dari tadi.” Kata Nyali.
“ Mana oleh-olehnya dari Jayapura.” Teriak Santi.
“ Mana pernah bos beli oleh-oleh, kiamat deh kalau bos beli oleh-oleh.” Nyelutuk Bambang , langsung disambut tawa para staf yang berdiri di depan lift.
Gelisah, takut dimarahin bos, Ghea segera meluncur ke ruang kerja bos.
“ Kerjanya hanya tidur, pantas kerjamu selalu tidak beres. Cepat ambil tabletku yang ada di tas jinjing, kita buat laporan untuk meeting dengan direktur besok.” Perintah bos .
Huh rupanya dia sudah membuat konsep laporan di pesawat dan di mobil, ngedumel Ghea dalam hati , metransfer konsep laporan ke laptopnya. Langsung jemarinya yang lentik menari di atas tuts keyboard memperbaiki konsep bos menjadi laporan memakai program Microsoft Power Point agar memudah bos mempresentasikan ke depan para direktur besok hasil negosiasi pembangunan mall bertaraf internasional di kota Abepura.
Selesai, Ghea menuju ke ruang kerja bos. Dilihatnya bos tertidur di kursi kerjanya, matanya memejam rapat terdengar dengkuran halus . Ghea terpaku sejenak melihat bos tertidur, Sialan dalam tidurpun dia terlihat cakep , tidak nampak kearoganannya, malah terlihat manis seperti bayi, ngedumel Ghea dalam hati.
Berfikir sejenak apakah meletakkan tablet di meja kerja lalu langsung kabur. Ghea melihat jam dinding di ruang kerja bos telah menunjukkan pukul Sembilan lewat sepuluh menit, Uh… sulit mendapatkan bis trans Jakarta pada jam segini, ngedumelnya lagi.
Akhirnya Ghea memutuskan pulang, meletakkan tablet di meja kerja bos dengan beringsut sedikit berjinjit , tanpa bersuara dia membuka pintu ruang kerja bos. Terdengar suara bariton, “ Mau pergi diam-diam ? Tunggu saya belum periksa hasil kerjamu.”
“ Oh… My God, mengapa kamu kirimkan padaku bos arogan , tidak punya hati dan super galak .” bisik Ghea.
“ Jangan ngedumel, memang aku tidak punya hati, kalau aku punya hati perusahaan ini tidak akan maju dan berkembang menjadi perusahaan terbesar di Indonesia !” bentak bos.
Langsung wajah Ghea memerah, ampun Tuhan, dia mendengarnya, batinnya langsung kembali lalu duduk manis di sofa.
" Judul foldernya !" teriak bos.
" Presentasi pembangunan mal Abepura pak," jawab Ghea gelisah, takut jika ada kesalahan dalam mengupgrade konsep bos menjadi Power Point.
Bos membuka tablet, mencari folder Presentasi pembangunan mall Abepura, memandang sekilas, ada rasa puas di wajahnya yang tidak dilihat Ghea yang sedang menunduk lesu dengan pikiran bercabang, cara pulang ke tempat kost , perutnya yang melilit karena lapar belum lagi dia mendapatkan haid membuat keseluruhan tubuhnya apalagi bagian bawahnya terasa nyeri dan gatal. Seharian dia memakia pembalut yang tidak sempat diganti karena sibuk menghadapi bos yang gila kerja.
Tidak saja gila kerja tapi perfeksionis, sedikit kata salah bos sudah meraung menatap Ghea dengan tatapan kejam.
" Kamu boleh pulang, nanti diantar mas Gito. Sudah malam." kata bos tanpa mengangkat wajahnya terus memandang tabletnya.
" Apa pak? " tanya Ghea gugup karena sibuk dengan pikirannya.
" Kamu boleh pulang diantar Gito!"
" Baik pak, saya pamit. Terima kasih menginjinkan mas Gito mengantar saya. Eh ! Tapi bagaimana dengan bapak jika mas Gito mengantar saya?" tanya Ghea.
" Bukan urusanmu !"
Dengan cepat Ghea merapikan meja kerjanya , sebelum bos berubah pikiran.
" Ghea !!" terdengar suara bos.
" Uh ! Betul kan, dia berubah pikiran?" bisiknya , dengan langkah lunglai menuju ruang kerja bos.
" Besok, Sabtu masuk kerja ! Ada beberapa konsep rancangan proyek yang saya ingin kamu buatkan presentasinya! " perintah bos.
" Baik pak ! Saya pamit." jawab Ghea.
" Hmmm..."
Cepat-cepat Ghea meninggalkan ruang kerja bos , bagaikan kilat dia lari menuju lift. Setelah sampai di lobbi dia menghela nafasnya terbebas dari bos yang arogan , tak punya hati, tapi pikiran itu kemudian dibantahnya, " Dia ternyata punya hati baik, bayangkan aku harus menyeret koper sepanjang jalan Thamrin mencari taksi," bisiknya sambil mencari mas Gito yang sudah menunggunya di depan pintu gedung Griya Artha Langgeng Jaya .
Dibukanya tas ransel, mengambil bungkusan kecil. Sampai di tempat kost, Ghea mengucapkan terima kasih kepada Rio, memberikan bungkusan kepada Rio.
" Mas Rio ini oleh-oleh buat mas Rio, khusus buat mas Rio yang telah mengantar saya."
" Eh, bos yang suruh saya antar mbak Ghea, katanya sudah malam sulit mendapatkan Trans Jakarta."
" Iya, banyak sih taksi , tapi saya takut naik taksi malam-malam.Satu lagi mas Rio, jangan bilang saya kasih oleh-oleh, ini kue sagu enak ditemani dengan kopi pahit."
" Wah, saya sih suka kopi hitam pakai susu kental manis. Kopi pahit? Hidupku sudah pahit mbak, sepahit kopi hitam." seloroh Rio, menstarter mobil meninggalkan Ghea yang menyeret kopernya ke ruang tamu.
Ghea bangun dari tidurnya yang nyenyak, dia mengedarkan matanya sekeliling kamar kostnya yang sempit, tertata rapi dan bersih.” Ini duniaku, bebas dari segala suara kebencian dan intimidasi,” bisiknya.“ " Bertahun-tahun aku mendengar suara kebencian, menanggung intimidasi , ketidak adilan ibu tiri dan saudara tiriku. Aku menanggung semuanya demi papa. “ bisiknya. Ghea tahu ayah mencintainya tapi tidak bisa berbuat apa-apa, apalagi sekarang papa berbaring tak berdaya di tempat tidur karena stroke. Sejak papanya menikah lagi , Ghea masuk dalam lubang api penderitaan karena ketidak adilan. Ibu tirinya lebih memperhatikan serta memberikan kasih sayang kepada Frenya Ananda Prayudi dan Fredo Anando Prayudi, dua adik tirinya. Ghea Ananda Prayudi dianggapnya sampah yang harus dimusnahkan dalam rumah keluarga Prayudi. Ghea yang sebenarnya periang , murah senyum, lincah berubah karena penderitaan , ketidak adilan bahkan setiap hari mendapat intimidasi dari mama tirinya.Seandainya ada
Ghea langsung memainkan jemarinya yang lentik di atas tuts keyboard. Karena asyiknya dia tidak mengetahui bahwa bos memejamkan matanya , diluar sadar bos membayangkan jemari lentik menari di atas tuts piano mendentingkan lagu " Fur Eize". Terbayang sesosok wajah eksotik dengan tubuh yang ramping , rambut panjang bergelombang tersenyum memandangnya sambil jemarinya terus menari di atas tuts piano. Jemari lentik berpoleskan kuteks warna ungu. Bos tersentak dari lamunan pendeknya,tiba-tiba matanya yang kejam kembali bersinar, luka lamanya kembali menganga membentang kenangan lama yang menyakitkan. “ Besok saya tidak mau melihat kukumu yang panjang. Potong kukumu , menjijikkan!” teriak bos. Ghea langsung berhenti mendengar teriakan bos. Dipandangnya wajah bos yang pucat , matanya yang kemerahan bibirnya menahan geram . “ Itu sebabnya kamu sering salah ketik, kukumu terlalu panjang sehingga menyentuh tuts lain di keyboard dan warna kukumu menjijikkan ! “seru bosnya. Ghea menundu
Ghea menghempaskan tubuhnya di tempat tidur, airmatanya langsung mengucur ke pipinya yang putih mulus. Kejadian tadi di kantor ketika bos membanting ponselnya terjadi secara tiba-tiba , berlalu cepat, kayaknya pernah dialami Ghea. " Kejadian ponsel dibanting pernah aku alami, kapan ya?" bisik Ghea. Ghea seolah-olah merasakan pernah mengalaminya serta berusaha mengingat kembali, entah berapa puluh tahun yang lalu ,diingatnya papa dan mamanya bertengkar karena mama tidak mengijinkan papa menikah lagi. “ Aku harus mempertanggungjawabkan kehamilannya, anak yang dikandungnya adalah anakku.” Teriak papa. “ Aku tidak perduli dia mengandung anakmu, aku tidak mau dimadu !” mama balas berteriak. " Kalau anaknya lahir, papa akan menceraikannya . Apa yang terjadi karena aku khilaf ma.. " Kata papa , ada nada menyesal ketika mengatakannya. " Mana mungkin si Joani mau diceraikan, dia tidak akan mengeluarkan sendok emas yang sudah dimasukkan ke mulutnya. Anak dalam kandungannya hanya
Hari Minggu adalah hari memanjakan diri, bangun agak telat, sarapan mie instan, diseduh langsung dari dispenser , minum kopi instan sambil melamun memikirkan ponsel yang dibanting bos, meskipun Ghea melihat di paper bag berisi ponsel flip merk terkenal yang diberikan bos . Ghea enggan membukanya, dibiarkan paper bag tergeletak di bawah meja. Makanan cepat saji yang dikirim bos, telah dilahapnya, sayang kalau dibuang , kebetulan perutnya sedang lapar-laparnya dihabiskan tanpa sisa. Setelah membersihkan kamar , Ghea menuju ke samping tempat kost mencuci baju yang bertumpuk , seprei , bedcover serta handuk yang dicucinya setiap minggu di laundry coin milik ibu kost. Ghea lebih suka memakai laundry coin, setelah kering dia menyetrika sendiri. Setelah selesai dia memanjakan dirinya, makan siang pesan melalui online , melulur badannya , creambath sendiri setelah selesai dia membalur seluruh tubuhnya dengan handbody, kemudian menghempaskan dirinya di tempat tidur . “ Uhm, nikma
Pagi-pagi sekali Ghea sudah berada di kantor, dia berangkat lebih pagi karena selain ingin mengembalikan paper bag berisi ponsel, dia akan menyelesaikan pekerjaannya yang masih menumpuk jika sewaktu-waktu dikondisikan akan resign dari kantor. Terdengar pintu ruang kerja bos terbuka, ternyata bos juga datang pagi-pagi. Deg..! Dada Ghea berdetak kencang, mengapa bos juga datang pagi-pagi? batinnya. Ghea terus mengumpulkan berkas , mengetik jadwal bos selama seminggu, kemudian mengirim ke tablet bos. Terdengar pintu penghubung terbuka, Ghea mendongak dilihatnya bos menatapnya keheranan. “ Kenapa kamu masuk pagi-pagi, belum jam kantor.” Kata bos sedikit ramah. Ghea tidak menjawab hanya menatap bosnya dengan tatapan datar. “ Saya tidak mau terima ponsel bapak, terlalu mahal , terlalu mewah bagi saya. Ada di meja kerja bapak.” Kata Ghea berusaha terlihat garang. “ Kamu tidak menjawab pertanyaan saya!” geram bos. “ Pertanyaan yang sama untuk bapak.” Kata Ghea. Terkejut bos mendenga
Pulang kerja , Ghea membuka paper bag , melihat dos ponsel yang mereknya terkenal , modelnya sedang ngetred ,ponsel lipat yang sudah diidam-idamkan sejak lama. Ternyata segelnya sudah terbuka, ponsel mungil warna silver yang bisa dilipat pada bagian tengahnya, dimana layar utamanya menampilkan bunga yang indah jika dibuka. Ponsel itu selalu dilihatnya ketika nonton drama Korea membuat Ghea bertekat akan mewujudkan impiannya memiliki ponsel model lipat berwarna silver. Dipandangnya ponsel itu bagaikan memandang kekasih. “ Kau yang kuinginkan telah hadir di depanku , “ bisiknya sambil meletakkan ponsel di dadanya. Dadanya bergemuruh senang , terasa ada aliran hangat merasuk ke dadanya , sebuah wajah tampan dengan matanya bagaikan permata black opal menatapnya dengan kejam. Ghea berusaha memejamkan matanya untuk menghilangkan wajah yang sangat dibencinya , bukannya menghilang wajah itu semakin melekat tidak ingin keluar dari matanya yang terpejam, malah di sudut hatinya ada sedikit k
Keesokan harinya, Ghea bangun dengan perasaan malas. Ada keengganan berangkat ke kantor, takut menghadapi rekan-rekan kantor membicarakan HOT GOSSIP yang kemarin terjadi. Setelah menarik badannya kuat-kuat, disingkapkannya bedcover langsung duduk berdoa . Setelah berdoa ada sedikit harapan di hatinya, semoga HOT GOSSIP segera berlalu. Sesampai di lobbi perusahaan, sekuriti yang biasanya cuek menyambutnya, menyambutnya dengan hangat,” Selamat pagi mbak Ghea, tidur nyenyak semalam?” Dengan muka datar dan dingin, Ghea tidak menjawab pertanyaan sekuriti , cepat-cepat melangkahkan kakinya menuju ke lift. Di depan lif sejumlah karyawan bergerombol , riuh membicarakan sesuatu, Ghea cuek saja memasang topeng muka datar, dingin dengan gestur tubuh , jangan sentuh aku. “ Wah ini dia si frigid yang bisa mengalahkan monster perusahaan .” terdengar suara perempuan dengan nada iri. “ Frid, bagaimana rasanya dicium bos ? Hangat, panas, manis, kecut, asam atau pahit bibirnya?” tanya Roland tert
Setelah pertemuan yang melelahkan karena sepanjang pertemuan, presentasi bos dicecar dengan pertanyaan pak Hartono ,Person In Charge , bertanggungjawab atas semua proyek yang dikerjakan PT Griya Artha Langgeng Jaya. Pak Hartono, berkepribadian agresif , suka mendominasi dan ambisius , berusaha terlihat percaya diri , arogan , sangat tidak menghargai orang lain. Karakter yang sama dimiliki bos , meskipun tidak nampak di permukaan. Lain halnya dengan bos tidak menyembunyikan karakternya. Semua staf tahu karakteer bos, sedangkan pak Hartono para staf harus mereka-reka karakternya. Pak Hartono diam-diam bersaing dengan bos. Menurut Nyali , bos tahu bahwa pak Hartono selalu ingin menjegal bos, ingin bersaing merebut hati bapak Pringgodihardjo, apalagi kedudukan bos sedang diincar pak Hartono. Begitu bos menceraikan Yasmin , maka kedudukan bisa lepas sebagai CEO. Pihak yang dekat dengan mereka tahu bahwa sering terjadi persaingan tidak sehat yang dilakukan pak Hartono. Karena tidak ada