Share

Dijodohkan dengan Bos Super Galak
Dijodohkan dengan Bos Super Galak
Penulis: MARIWINA

Bab 1 . BOS GILA KERJA.

Pesawat Garuda  mendarat dengan mulus di bandara Soetta, Jakarta. Ghea Ananda Saputri segera persiapkan dirinya yang  sedang duduk di kelas ekonomi. Dengan gemetar  mendekati bosnya yang duduk di kelas busines, mengambil tas jinjing bosnya lalu keluar dari pesawat menuju apron kedatangan.

Tubuh  mungil itu dengan percaya diri, tanpa senyum ciri khas Ghea langsung menuju tempat pengambilan bagasi yang telah dikerumuni para penumpang yang tidak sabar menyerobot ,malah berdesak-desakan mengambil koper. Dari jauh Ghea melihat kopernya , mengambilnya , menunggu koper bosnya , dilihatnya label pada koper warna silver , ternyata cocok ,Ir. Galang Juda Saputra, MSc.

Diseretnya kedua koper dengan kesulitan penuh karena harus memegang tas jinjing bosnya ,di punggungnya tergantung tas punggung berisi laptop dan dokumen-dokumen. Keluar pintu bandara, supir kantor sudah menunggu , langsung mengambil kedua koper.

” Wah, mbak Ghea benar-benar super woman, kuat juga menyeret dua koper ini. Berat banget, banyak oleh-oleh ya mbak?” tanya Gito supir kantor yang terkenal kepo.

“ Oleh-oleh apaan, di Jayapura kalau tidak meeting, tinjau lokasi , meeting lagi, meeting terus , tidak ada kesempatan untuk jalan-jalan. Beli oleh-oleh ? Tidak ada dalam otak bosmu! Isinya  pakaian kotor.” Kata Ghea cemberut , bukan terlihat kesal malah menampakkan kedua lesung pipinya yang membuat Ghea semakin menarik.

“ Mana bos?” tanya Ghea sambil melongok ke kiri dan ke kanan.

“ Sudah di mobil mbak.” Jawab supir.

“ Uhh ! Memang enak jadi bos, tinggal perintah, jalan santai , duduk manis di mobil, ” gerundel Ghea perlahan, takut gerundelnya di dengar supir.

" Ini kopernya bos, koper saya pegang sendiri, saya pulang naik bus saja.” Kata Ghea.

Dengan kesal Ghea menuju tempat parkir membuka pintu penumpang, mengembalikan tas kerja bos, sekalian  pamit pada bos sengaja  memasang  wajah capek dengan harapan bosnya mengijinkannya pulang.

“ Maaf pak, ini tas kerja bapak ,” katanya meletakkan tas jinjing di samping duduk bosnya.

“ Saya pamit, “

“ Eh ! Mau kemana kamu? Enak aja pulang ! Masih banyak kerjaan. Ini baru jam tiga sore, masih jam kerja.” perintah bos dengan suara arogan.

“ Hai, mau kemana?” terdengar suara bariton bosnya ketika melihat Ghea akan menutup pintu mobil.

“ Menaruh koper saya di bagasi pak.” Jawab Ghea.

“ Gito, masukkan kopernya mbak Ghea ke bagasi. Kita langsung ke kantor.” Perintah bos.

Gito yang sudah duduk manis di belakang kemudi langsung keluar, mengambil koper Ghea, berbisik ke Ghea, " Kerja lagi," tidak ditanggapi Ghea hanya menatap sopir kepercayaan bos dengan tatapn dingin.

Dengan kesal Ghea duduk di depan, di samping Gito, diliriknya bos melalui kaca spion  sibuk dengan ponselnya. Merasa ada melihatnya,bos memandang ke depan, cepat-cepat Ghea memalingkan wajahnya dengan ketakutan, Huh, hampir ketahuan, katanya dalam hati.

Tidak ada pembicaraan di dalam mobil, serasa di kuburan, dengus Ghea dalam hati. Perjalanan dari bandara ke kantor yang terletak di jalan Thamrin membutuhkan waktu yang panjang, belum lagi jalan macet , karena capek akhirnya Ghea tertidur di mobil.

 Dia tersentak ketika supir membangunkannya, “ Mbak Ghea kita sudah sampai.”

“ Oh ! Aku ketiduran, “ katanya dengan menahan malu langsung membuat pipinya semburat merah.

Ghea melirik ke kaca mobil tidak nampak bos.

” Bos sudah turun,  naik ke atas mbak.Cepatan, koper mbak  saya titip di lobbi.”

“ Baik, terima kasih mas Gito.”

Setengah berlari , Ghea naik ke lift dipencetnya tombol 35 , ada kegelisahan di hatinya,” Pasti bos marah melihat aku tertidur di mobil,” bisiknya.

“TING”

Pintu lift terbuka, di depan lift telah berkumpul para karyawan yang akan pulang. Jam sudah menunjukkan jam lima sore.

“ Hallo Ghea, baru nyampe ya… itu bosmu sudah menunggumu dari tadi.” Kata Nyali.

“ Mana oleh-olehnya dari Jayapura.” Teriak Santi.

“ Mana pernah bos beli oleh-oleh, kiamat deh kalau bos beli oleh-oleh.” Nyelutuk Bambang , langsung disambut tawa para staf yang berdiri di depan lift.

Gelisah, takut dimarahin bos, Ghea segera meluncur ke ruang kerja bos.

“ Kerjanya hanya tidur, pantas kerjamu selalu tidak beres. Cepat ambil tabletku yang ada di tas jinjing, kita buat laporan untuk meeting dengan direktur besok.” Perintah bos .

Huh rupanya dia sudah membuat konsep laporan di pesawat dan di mobil, ngedumel Ghea dalam hati , metransfer konsep laporan ke laptopnya. Langsung jemarinya yang lentik menari di atas tuts keyboard memperbaiki konsep bos menjadi laporan memakai program Microsoft Power Point agar memudah bos mempresentasikan ke depan para direktur  besok hasil negosiasi pembangunan  mall bertaraf internasional  di kota Abepura.

Selesai, Ghea menuju ke ruang kerja bos. Dilihatnya bos  tertidur di kursi kerjanya, matanya memejam rapat terdengar dengkuran halus . Ghea terpaku sejenak melihat bos tertidur, Sialan dalam tidurpun dia terlihat cakep , tidak nampak kearoganannya, malah terlihat manis seperti bayi, ngedumel Ghea  dalam hati.

Berfikir sejenak apakah meletakkan tablet di meja kerja lalu langsung kabur. Ghea melihat jam dinding di ruang kerja bos telah menunjukkan pukul Sembilan lewat sepuluh menit, Uh… sulit mendapatkan bis trans Jakarta pada jam segini, ngedumelnya lagi.

Akhirnya Ghea memutuskan pulang, meletakkan tablet di meja kerja bos  dengan beringsut  sedikit berjinjit , tanpa bersuara dia membuka pintu ruang kerja bos. Terdengar suara bariton, “ Mau pergi diam-diam ? Tunggu saya belum periksa hasil kerjamu.”

“ Oh… My God, mengapa kamu kirimkan padaku bos arogan , tidak punya hati dan super galak .” bisik Ghea.

“ Jangan ngedumel, memang aku tidak punya hati, kalau aku punya hati perusahaan ini tidak akan maju dan berkembang menjadi perusahaan terbesar di Indonesia !” bentak bos.

Langsung wajah Ghea memerah, ampun Tuhan, dia mendengarnya, batinnya langsung kembali lalu duduk manis di sofa.

" Judul foldernya !" teriak bos.

" Presentasi pembangunan mal Abepura pak," jawab Ghea gelisah, takut jika ada kesalahan dalam mengupgrade konsep bos  menjadi Power Point. 

 Bos membuka tablet, mencari folder Presentasi pembangunan mall Abepura, memandang sekilas, ada rasa puas di wajahnya yang tidak dilihat Ghea yang sedang menunduk lesu dengan pikiran bercabang,  cara pulang ke tempat kost , perutnya yang melilit karena lapar belum lagi dia mendapatkan haid membuat keseluruhan tubuhnya apalagi bagian bawahnya terasa nyeri dan gatal. Seharian dia memakia pembalut yang tidak sempat diganti karena sibuk menghadapi bos yang gila kerja. 

Tidak saja gila kerja tapi perfeksionis, sedikit kata salah bos sudah meraung menatap Ghea dengan tatapan kejam.

" Kamu boleh pulang, nanti diantar mas Gito. Sudah malam." kata bos tanpa mengangkat wajahnya terus memandang tabletnya.

" Apa pak? " tanya Ghea gugup karena sibuk dengan pikirannya.

" Kamu boleh pulang diantar Gito!"

" Baik pak, saya pamit. Terima kasih menginjinkan mas Gito mengantar saya. Eh ! Tapi bagaimana dengan bapak jika mas Gito mengantar saya?" tanya Ghea.

" Bukan urusanmu !"

Dengan cepat Ghea merapikan meja kerjanya , sebelum bos berubah pikiran.

" Ghea !!" terdengar suara bos.

" Uh ! Betul kan, dia berubah pikiran?" bisiknya , dengan langkah lunglai menuju ruang kerja bos.

" Besok, Sabtu masuk kerja ! Ada beberapa konsep  rancangan proyek yang saya ingin kamu buatkan presentasinya! " perintah bos.

" Baik pak ! Saya pamit." jawab Ghea.

" Hmmm..."

Cepat-cepat Ghea meninggalkan ruang kerja bos ,  bagaikan kilat dia lari menuju lift. Setelah sampai di lobbi dia menghela nafasnya terbebas dari bos yang arogan , tak punya hati, tapi pikiran itu kemudian dibantahnya, " Dia ternyata punya hati baik, bayangkan aku harus menyeret koper sepanjang jalan Thamrin mencari taksi," bisiknya sambil mencari mas Gito yang sudah menunggunya di depan pintu gedung Griya Artha Langgeng Jaya .

Dibukanya tas ransel, mengambil bungkusan kecil. Sampai di tempat kost, Ghea mengucapkan terima kasih kepada Rio, memberikan bungkusan kepada Rio.

" Mas Rio ini oleh-oleh buat mas Rio, khusus buat mas Rio yang telah mengantar saya."

" Eh, bos yang suruh saya antar mbak Ghea, katanya sudah malam sulit mendapatkan Trans Jakarta." 

" Iya, banyak sih taksi , tapi saya takut naik taksi malam-malam.Satu lagi mas Rio, jangan bilang saya kasih oleh-oleh, ini kue sagu enak ditemani dengan kopi pahit." 

" Wah, saya sih suka kopi hitam pakai susu kental manis. Kopi pahit? Hidupku sudah pahit mbak, sepahit kopi hitam." seloroh Rio, menstarter mobil meninggalkan Ghea yang menyeret kopernya ke ruang tamu.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status