共有

Bab 24

作者: Mufid Pandri
last update 最終更新日: 2025-10-27 07:53:47

Suasana ruang makan di kediaman orang tua Vino teras hangat. Lampu gantung kristal memantulkan cahaya lembut di atas meja makan.

Vino duduk di sisi kiri ayahnya. Sementara Vina, si bungsu yang cerewet, duduk di sebelah ibunya, di sisinya kanan ayahnya. Vina duduk dengan terus tersenyum, sejak datang dari apartemen, bertemu dengan Nadira, dia tidak bisa menyembunyikan rasa bahagianya.

"Ayah, Ibu," katanya sambil menatap keduanya bergantian. "Aku suka banget sama Kak Dira. Dia orang yang lembut, ramah, dan cantik."

Vino yang baru saja meneguk airnya hampir tersedak mendengar pernyataan adiknya itu. Dia mengangkat alis, menatap Vina dengan ekspresi datar.

"Kamu baru bertemu sekali, Na," sahut Vino pelan.

"Sekali saja sudah cukup, buat tahu kalau dia orang yang baik, Kak," sahut Vina cepat.

"Tidak heran sih, kalau Kak Vino jatuh cinta pada pandangan pertama pada Kak Dira," lanjutnya.

Vino tersedak ludahnya sendiri, mendengar ucapan Vina.

"Ehem, ehem," Vino mengalihkan rasa salah tingkahn
この本を無料で読み続ける
コードをスキャンしてアプリをダウンロード
ロックされたチャプター

最新チャプター

  • Dijual Ayah, Dipinang Takdir   Bab 47

    Sore itu, rumah keluarga Vino terasa jauh lebih sunyi dari biasanya. Nadira berjalan pelan menaiki tangga, menuju kamar yang dia dan Vino tempati. Begitu dia membuka pintu, suara lembut shower terdengar dari kamar mandi. Vino baru pulang, lebih dulu dan langsung mandi. Nadira melepas tas kerjanya, melep[as cardigannya, dan duduk di sofa.Nadira menarik napas panjang, mengingat apa yang sudah terjadi di kantor tadi. "Kenapa hari ini rasanya... aneh sekali?" pikirnya.Pintu kamar mandi terbuka, Vino keluar dengan rambut yang masih basah. Dengan memakai kaos hitam dan celana santai yang terlihat rapi. Dia mengeringkan rambut sambil berjalan melintasi ruangan, tanpa menoleh sedikit pun pada Nadira."Tiba-tiba baik, tiba-tiba dingin, dia kenapa sih?" Nadira bertanya dalam hatinya.Tanpa menyapa, Nadira langsung masuk ke kamar mandi. Dia ingin cepat-cepat mengguyur kepalanya yang terasa panas. Mungkin dengan mandi air dingin, pikiran dan perasaannya bisa sedikit lebih tenang.Jujur saja se

  • Dijual Ayah, Dipinang Takdir   Bab 46

    Baru saja Nadira mendudukkan dirinya di kursi di ruangannya, menarik napas panjang setelah pagi hingga hampir siang yang cukup menguras energi jantungnya, tiba-tiba ponselnya bergetar tanda satu pesan masuk. Pesan dari Vino, "Temani aku makan siang."Alis Nadira terangkat, mulutnya sedikit menganga, matanya membulat. Dia baru saja keluar dari ruangan pria itu. Di suruh mengecek laporan yang seharusnya bisa dia kerjakan di ruangannya sendiri. Setelah itu dia mengira semuanya akan benar-benar selesai, ternyata..."Kenapa tidak sekalian tadi memberi tahu?" gerutu Nadira pelan, sambil menatap ponselnya.Bukannya Nadira tidak senang, ini bahkan sudah dia impikan dari beberapa bulan lalu. Bisa makan berdua dengan suaminya, tapi rasanya terlalu mendadak dan tidak masuk akal. Nadira merasa ada yang aneh dari perlakuan Vino. "Dia kenapa sih?"Satu pesan lagi masuk, "Aku tunggu di restoran, tiga pulih menit lagi.""Iya, Mas," balas Nadira singkat.Sebelum jam makan siang, dia mencoba fokus me

  • Dijual Ayah, Dipinang Takdir   Bab 45

    Sejak hari itu, hari ketika Vino tanpa sengaja melihat Nadira dan Doni mengobrol di depan ruang divisi administrasi umum, ada sesuatu yang berubah dari sikapnya. Sesuatu yang tidak pernah Nadira bayangkan akan muncul dari pria yang selama satu tahun ini menjadi suami kontraknya.Perubahan itu dimulai dengan hal yang tampak sepele.Pagi ini, ketika Nadira baru menyalakan komputer di mejanya, pesan masuk dari nomor Vino. Bukan dari Rama, tapi langsung dari Vino sendiri."Dira, datang ke ruanganku, sekarang!"Nadira mengerutkan kening saat membaca isi pesannya. Biasanya Vino hanya menyuruhnya melalui Rama, dan itu pun jarang sekali. Selama dia bekerja di sini, pertemuannya dengan Vino bisa di hitung dengan jari. Apa lagi sampai ke ruanannya, dia tidak pernah sama sekali menginjakkan kaki ke sana."Kenapa tiba-tiba menyuruh ke ruangannya?" gumamnya pelan.Nadira pun bergegas menuju lantai paling atas. Saat sampai di atas dia menghampiri meja karyawan yang ada di dekat ruangan CEO."Permis

  • Dijual Ayah, Dipinang Takdir   Bab 44

    Pagi terasa berjalan lambat hari itu. Vino memutuskan datang lebih awal ke kantor untuk meninjau laporan dari beberapa pabrik yang baru dia kunjungi minggu lalu. Dia sudah berjanji untuk mengurangi jadwal ke luar kota, jadi sekarang dia meminta Rama yang mengurus pekerjaan di luar kota dan bertemu klien.Dia biasanya langsung menuju lantai paling atas, ke ruangan CEO. Namun entah kenapa langkah kakinya membawanya ke lantai divisi tempat Nadira bekerja. Dia bilang pada dirinya itu hanya kebetulan, dia hanya ingin melihat aktivitas para karyawan. Tapi dalam hatinya, dia tahu itu hanya sebuah alasan untuk memastikan sesuatu.Ketika dia keluar dari lift, suara percakapan ringan dan gelak tawa kecil, samar terdengar dari arah ruang divisi administrasi umum. Vino tidak berniat mencari tahu, tapi langkahnya berhenti begitu saja ketika suara itu semakin jelas. "Suara Dira," batinnya.Dan satu suara pria yang terdengar begitu akrab mengobrol dengan Nadira.Vino berdiri beberapa meter dari rua

  • Dijual Ayah, Dipinang Takdir   Bab 43

    Malam itu menjadi makan malam keluarga yang yang hangat bagi Nadira. Untuk pertama kali dalam beberapa bulan, Vino tidak berada di luar kota. Dia pulang lebih cepat dari biasanya, langsung menuju rumah keluarga besarnya, tanpa singgah ke kantor.Nadira yang baru saja selesai membersihkan diri sepulang dari kantor, tampak terkejut ketika melihat Vino sudah duduk di sofa di kamar mereka."Mas..." ucapnya pelan sedikit terkejut, entah kenapa ada rasa bahagia di hatinya. Melihat Vino ada di kamar."Kamu... tidak keluar kota malam ini?" tanya Nadira pelan, sekedar memastikan."Besok pagi," jawab Vino singkat. Suaranya datar, tapi ada sedikit nada lelah yang tertangkap oleh Nadira.Vino berdiri, berjalan masuk ke kamar mandi. "Tunggu aku, kita turun sama-sama," pintanya pada Nadira.Nadira mengangguk pelan. "Iya."Ketika mereka sampai di ruang makan, Vina langsung tersenyum lebar. "Akhirnya, Kak Dira bisa makan malam bareng suami.""Ibu kira kamu sudah lupa jalan pulang, Vin.""Maaf, Bu. Ak

  • Dijual Ayah, Dipinang Takdir   Bab 42

    Suatu pagi di kantor, Doni datang dengan membawa dua gelas kopi. "Aku lihat kamu sibuk banget, masih pagi loh ini," katanya sambil menyodorkan segelas kopi.Nadira tertawa kecil, mengambil gelas. "Makasih, Don. Repot-repot deh.""Repot apanya," jawab Doni, namun menahan sisa kalimatnya. Yang seharusnya berbunyi "kalau untuk kamu, aku tidak akan merasa repot."Bagi Nadira, sikap itu hanya bentuk perhatian dari teman. Dia tidak pernah menganggapnya lebih dari itu. Nadira tidak menyadari tatapan Doni yang sedikit lebih lama dari saat pertama dia bergabung ke divisi ini, atau senyum gugup Doni ketika berbicara dekat dengannya.Mungkin karena dari awal Nadira sudah menjaga hatinya. Setiap kali nama Vino terlintas di pikirannya, dia otomatis menjaga jarak dan hatinya dari siapa pun. Meski Vino sendiri sedang jauh dan mungkin tidak peduli.Dia lebih sering bertukar pesan dengan Rama, menanyakan mereka sedang apa, sudah makan atau belum. Hanya sebatas itu, dia merasa segan untuk menanyakan l

続きを読む
無料で面白い小説を探して読んでみましょう
GoodNovel アプリで人気小説に無料で!お好きな本をダウンロードして、いつでもどこでも読みましょう!
アプリで無料で本を読む
コードをスキャンしてアプリで読む
DMCA.com Protection Status