Malam itu, rumah Nadira begitu sunyi, hanya sesekali terdengar batuk ayahnya dari ruang tamu yang ditemani aroma menyengat alkohol. Nadira duduk di sudut kamar, lututnya dipeluk erat. Matanya sembab karena terlalu lama menangis. Sejak pertemuannya dengan Brama pagi tadi, pikirannya tak berhenti berputar. Esok, dia akan dibawa ke rumah pria tua itu, dinikahkan paksa tanpa cinta. Dan akan menjadi seperti burung yang terjebak dalam sangkar selamanya."Tidak, aku tidak bisa pasrah... aku harus pergi," bisiknya, suara tercekat oleh ketakutan."Maafkan aku, Ayah..." lanjutnya.Nadira bangkit, melangkah ke arah meja kecil di samping ranjang yang sudah terlihat rapuh. Dari bawah laci meja itu, dia mengeluarkan sebuah kaleng bekas berkarat yang sengaja dia simpan. Di dalamnya tersimpan koin-koin dan lembaran lusuh yang dia kumpulkan diam-diam selama beberapa tahun ini, tanpa sepengetahuan ayahnya. Upah dari menjahit baju tetangga, uang gajinya sebagai buruh di kebun yang dia sisihkan, dan sedi
Last Updated : 2025-10-02 Read more