Share

Bab 4. Ancaman

Mulut Eddriz Bushiry memerintahkan untuk Raline tersenyum bahagia walau tanpa suara. Tangan kiri laki-laki yang sekarang ini menjadi suaminya menarik kebaya bagian belakang dengan kencang. Wajahnya yang garang terlihat semakin garang saat mata melotot melakukan ancaman yang tidak terlihat kamera.

Dengan sengaja Raline mengikuti perintah laki-laki yang sekarang ini menjadi suami. Tersenyum dengan tulus sambil melambaikan tangan. Sengaja pura-pura melirik pada pemilik ponsel sambil mengedikpan mata.

Tangan Eddriz belum melepas kebaya Raline setelah kamera diarahkan ke wajah diri sendiri, "Kami baru saja melangsungkan akad nikah, tunggu undangan resmi dari kami, bye!"

Ponsel dimatikan dengan tangan kanan. Raline langsung berbalik badan dan menarik tangan Eddriz serta memutarnya sedikit, "Kalau meminta bantuan tidak perlu memaksa, Pak Tua!"

"Aaauw sakit, Bocah. Lepaskan!" teriaknya.

Raline melepas tangan Eddriz sambil mendorong perlahan, "Lain kali minta baik-baik, tidak perlu memaksa. Ra akan melakukan dengan senang hati!"

Eddriz mengusap lengan yang sakit, "Jangan mentang-mentang kamu bisa bela diri bisa menentangku, ingat kamu sudah aku beli dari Wisnu bejat itu dengan harga mahal!"

Raline terdiam memandang Eddriz yang terus mengusap lengan menggunakan sapu tangan. Tatapan mata terlihat penuh amarah dan emosi. Kebencian dan kekesalan seolah lekat di muka garang dan tanpa ekspresi.

"Aku tahu kamu ingin balas dendam pada Wisnu, aku bisa membantu kamu asal kamu menuruti semua kataku. Aku juga punya rahasia ayah tirimu itu tentang ibumu."

"Apa maksud Anda?"

"Belum waktunya aku bercerita, aku akan melihat sampai mana kamu bisa membuat aku percaya dan tidak akan kabur dariku."

Raline langsung terduduk di kursi rias dengan hati gundah gulana. Ada sesuatu rahasia yang disembunyikan ayah Wisnu tentang Ibu Rayya. Sudah bisa dipastikan hal yang buruk yang dilakukan ayah tiri durjana itu pada ibu.

"Sana ganti baju, sebentar lagi akan ada tamu bisnisku datang. Berdandanlah seperti Nyonya Ed yang sebenarnya!"

Raline tidak menjawab perintah laki-laki yang umurnya dua kali lipat darinya itu. Otak dan pikiran masih tertuju pada perbuatan yang dilakukan ayah tiri. Tidak memperhatikan suami tua yang berganti baju tanpa sungkan di depan mata.

"Cepat ganti baju!" teriaknya.

Spontan Raline melihat ke arah Eddriz yang hanya memakai celana segitiga saja, "Astagfirullah," kata Raline langsung memalingkan wajah.

Eddriz tergelak dan menggelengkan kepala, "Dasar bocah, sebentar lagi Pak Basri datang membantu kamu berdandan, sana cepat mandi dulu!"

Raline berjalan dengan gontai ke kamar mandi. Membuka semua atribut dari baju kebaya dan aksesoris. Diletakkan di meja rias yang ada di kamar mandi.

Mandi hanya untuk menghilangkan keringat sebentar saja. Mengambil handuk dan melihat gaun yang tergantung di samping handuk, "Bagus banget gaun ini, apakah ini yang harus Ra kenakan malam ini?" tanya Raline sendiri.

Gaun berwarna hitam dengan lengan pendek dan sedikit terbuka di punggung. Panjang sampai menutupi mata kaki dan ada belahan di rok bagian belakang. Raline memakainya perlahan dan langsung berkaca di depan cermin, "Subhanallah, bagus banget gaun ini," monolog Raline sendiri sambil berputar melihat gaun yang sangat nyaman di pakai.

Sambil memandang dirinya di cermin, Raline mulai bertekat. Akan balas dendam dan akan mengungkap rahasia yang dikatakan suami dadakan. Tidak perduli apa yang akan diperintahkan oleh Eddriz yang killer itu, yang terpenting bisa balas dendam kepada ayah yang tega menjual dirinya.

"Tunggu pembalasan Ra, Ayah!" teriak Raline dengan kesal.

Akan bertekat juga menunjukkan jika sekarang bahagia walau hanya sandiwara. Yang terpenting ayah tiri tidak lagi bisa mengusik. Walau sebenarnya masih gamang tentang nasib dan masa depan yang suram sudah menanti.

Suara ketukan pintu mengagetkan Raline dari lamunan. Raline bergegas membuka pintu yang dari tadi dikunci dari dalam, "Ada apa ...?" Raline tidak melanjutkan ucapannya. Dikira hanya Pak Basri yang datang, tetapi ada laki-laki gemulai yang berdiri di samping Pak Basri.

"SIlahkan ke luar, Nyonya!" perintah Pak Basri.

"Tadi siang panggil Nona sekarang mengapa panggil Nyonya, mengapa tidak panggil Ra saja sih?" tanya Raline sambil menggerutu.

"Maaf, ini perintah dari Tuan Ed, Nyonya. Kalau tidak mengikuti pasti kami akan didepak dari sini."

"Ooo terserah saja, deh."

"Perkenalkan dia Jinny, dia yang akan menjadi Stylist pribadi Anda, Nyonya," kata Pak Basri menunjuk laki-laki yang lemah gemulai.

"Selamat malam, Nyonya. Saya Jinny."

"Malam."

"Silakan duduk, Jinny akan merias Anda sekarang!"

"Baiik, terima kasih."

Tidak kurang dari setengah jam, Raline berrdandan sangat cantik. Wajahnya kini terlihat sangat dewasa dari umurnya. Tidak ada yang menyangka gadis yang baru berusia delapan belas tahun itu berubah drastis dari gadis lugu menjadi anggun dan mempesona.

"Waaah Anda cantik sekali, Nyonya. Tidak salah Tuan Ed memilih Anda sebagai istrinya, tidak kalah cantik dari Nyonya Arum."

Pak Basri langsung meletakkan jari telunjuk di bibir. Matanya mengawasi sekitar kamar dan ke arah pintu masuk. Tidak seorang pun boleh menyebut nama mantan istri pertama Tuan Ed, "Ssstt, jangan sebut nama itu di rumah ini kalau masih ingin bekerja di sini, Jinny!"

"Ups, maaf keceplosan." Jinny memukul mulutnya berkali-kali.

"Mengapa dilarang, Pak?" tanya Raline penasaran.

"Tuan Ed pasti ngamuk tanpa alasan saat mendengar nama itu, dikhinanati terang-terangan dan tidak bisa move on dari sang mantan itu mungkin alasannya." Jinny nyerocos menjawab sambil berbicara dengan wajah di goyangkan layaknya wanita India.

Pak Basri langsung memukul pundak Jinny dengan map yang dipegangnya, "Dasar mulut bebek, Pak Basri sumpel pakai map ini baru tahu, dibilang diam malah nyerocos terus!"

"Auuaw, maaf. Jinny tidak tahan kalau tidak ngegosip."

Raline tersenyum melihat tingkah Jinny yang terlihat kemayu. Menjadikan hiburan kecil di antara kepenatan hati dan kebimbangan jiwa. Seolah mendapat hiburan gratis saat pikiran lagi kalut dan bingung.

"Tunggu dulu, Pak Basri. Jinny mau memberikan contoh cara menjadi wanita berkelas seperti Nyonya A ... ups, seperti wanita kelas atas pada Nyonya Ra, lihatlah!"

"Baik, Jinny."

"Yang pertama saat berjalan badan tegak, dagu diangkat dan jangan lupa pandangan ke depan, seperti ini!" Jinny memperagakan seperti yang di katakan.

"Seperti ini?" tanya Raline mengikuti gerakan Jinny.

"Ya, kurang tegak sedikit, Nyonya!"

"Ooo seperti ini?"

"Ok, bagus. Satu lagi saat berjalan tangan Anda yang akan bergelayut manja di lengan Tuan Ed, posisi tangan harus lurus dipinggang Anda seperti ini!" Jinny yang melingkarkan tangannya ke lengan Raline.

"Coba Ra yang praktek, Jinny. Seperti ini, 'kah?" Raline melingkarkan lengan pada Jinny, tetapi kepalanya menunduk.

"Kepala Anda jangan ditundukkan, Nyonya!"

"Oya, maaf."

Datang Eddriz dengan wajah garang dan kesal, "Tidak perlu praktek menggandeng tangan dia juga dong, ayo cepat ikut!" Eddriz langsung menarik tangan Raline.

"Auw, aduh!"

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status