"Mommy mau kan berfoto denganku dan juga daddy? Sama seperti teman-teman Ray yang lainnya. Mereka memiliki foto keluarga, ada mommy dan juga daddy mereka. Bahkan ada juga bersama kakak atau adik mereka. Sedangkan Raygan," ucap Raygan sedih sambil menatap foto-foto yang terpajang di dinding kamarnya. Foto yang memperlihatkan kebahagiaannya bersama sang daddy, walaupun tidak ada sosok mommy di samping mereka.
"Ray! Apa tugas sekolahmu sudah selesai?" tanya Leon mengalihkan pembicaraan."Baiklah! kita akan berfoto bersama. Mommy, Ray dan juga daddy," ucap Naura tersenyum manis sambil memgusap lembut wajah Raygan."Benarkah mom?" tanya Raygan penuh semangat. Bocah itu tidak menyangka jika akhirnya keinginannya selama ini akhirnya terkabul juga. Dimana dia akan memiliki foto keluarga yang lengkap, sama seperti teman-temannya."Benar sayang," ucap Naura tersenyum hangat."Bisakah kita bicara sebentar?" tanya Leon menatap istrinya itu dengan tatapan datar."Em!" Naura hanya mengangguk pelan."Sayang! Kamu di sini dulu ya. Daddy mau bicara dengan mommy sebentar," ucap Leon mengusap kecil puncak kepala putranya itu."Ia, Dad," ucap Raygan mengangguk patuh sambil menatap Naura dengan senyuman penuh kehangatan.Setelah mendapatkan izin dari sang putra, Leon perlahan melangkahkan kakinya keluar dari kamar itu. Naura hanya menunduk lalu mengikuti langkah sang suami. Namun, baru beberapa langkah, langkah Naura langsung terhentikan karena tangannya di genggam oleh Raygan."Mom! Mommy tidak pergi lagi 'kan? Mommy tidak akan meninggalkan Ray dan juga daddy lagi 'kan? Ray mohon, mommy jangan pergi lagi ya," ucap Raygan dengan mata berkaca-kaca.Tes.....Tidak terasa air mata Naura langsung mengalir membasahi wajah cantiknya. Dia menatap Raygan dengan tatapan penuh kesedihan, melihat wajah bocah itu, dengan seketika ingatan Naura langsung tertuju pada kejadian sepuluh tahun lalu. Dimana dia harus kehilangan sosok orang tua dalam hidupnya."Mommy tidak akan pernah meninggalkanmu. Mulai sekarang mommy akan selalu ada di bersamamu," ucap Naura langsung memeluk tubuh munggil putra sambungnya itu."Mommy janji?" tanya Raygan dengan polosnya sambil menyodorkan jari kelingkingnya."Janji!"Melihat keakraban istri dan juga putranya, Leon hanya tersenyum kecil. Dia merasa jika keputusannya menikahi Naura adalah keputusan yang tepat. Selama ini Raygan memang sangat merindukan sosok seorang ibu, bahkan selama lima tahun ini bocah itu selalu menantikan janji yang tidak pasti dari sang daddy.Setelah memberikan Raygan kepada pengasuhnya, Leon langsung membawa Naura ke kamar. Naura menatap ruangan luas dan juga mewah itu dengan tatapan penuh kekaguman. Dengan cepat Leon mengambil sesuatu dari laci meja yang ada di samping ranjang lalu kembali mendekati Naura. Dia memperlihatkan sebuah foto pernikahan, dimana mempelai prianya adalah dirinya sendiri.Melihat foto itu, Naura langsung mengerutkan keningnya bingung. Dia menatap mempelai wanita yang ada di foto itu dengan lekat. Terlihat dengan jelas senyuman yang mengembang di wajah pasangan pengantin itu, senyuman yang mewakili kebahagiaan mereka pada waktu itu."Dia adalah Grace, Mommy kandung Raygan," jelas Leon singkat."Tidak banyak yang harus kamu ketahui, intinya cuman satu, kamu harus mengantikan posisi Grace untuk Raygan. Apa kamu mengerti apa yang aku katakan?" tanya Leon singkat, tidak lupa dengan tatapan tajam yang tertuju pada wanita itu. "Kamu baca surat perjanjian ini dengan baik," ucap pria itu kembali sambil menyodorkan sebuah kertas perjanjian kepada Naura.Naura hanya diam sambil menatap tulisan di kertas itu satu persatu. Dia menatap pria yang baru menikahinya itu dengan tatapan penuh kebingungan, sungguh dia tidak tau apa yang ada di pikiran pria itu sama sekali."Aku menikahimu agar putraku dapat merasakan kasih sayang seorang ibu. Jadi kamu jangan terlalu banyak berharap dengan hubungan ini," ucap Leon tegas sambil membuka jasnya dan melepaskan satu persatu kancing kemejanya. "Aku harap kamu bisa melakukan tugasmu dengan baik, dan jangan pernah melewati batasanmu,"Mendengar ucapan pria itu, Naura hanya bisa mengangguk kecil tanpa berani menatap wajah lawan bicaranya itu. Tatapan pria itu sangat tajam, sehingga membuat suasana di dalam ruangan itu terasa sangat mencekam."Bersihkan dirimu, lemari itu khusus untukmu, di sana sudah ada pakaian dan juga semua keperluanmu. Jadi jangan pernah sentuh apapun yang bukan milikmu, " ucap Leon dengan tegas sambil menunjuk salah satu lemari yang ada di sana."Baik!" ucap Naura menunduk, lalu berjalan menuju lemari yang di tunjuk oleh Leon.Leon hanya menatap sekilas punggung sang istri sambil mengenakan kemeja yang baru. Tanpa banyak bicara, dia kembali melangkahkan kakinya menuju pintu keluar."Tu ... Tuan mau kemana?" tanya Naura dengan gugup."Saya ada urusan sebentar," ucap Leon datar tanpa menoleh sedikitpun."Baik!" ucap Naura mengangguk patuh, tetapi sayangnya pria itu sudah terlebih dulu menghilang dari penglihatannya.Baru saja di nikahi beberapa jam yang lalu, tetapi dia langsung di tinggal begitu saja. Sehingga membuat wajah gadis itu langsung terlihat murung. Dia menatap seluruh sudut kamar itu dengan tatapan yang tidak bisa di artikan. Hingga akhirnya tatapannya terhenti kearah laci tempat Leon menyimpan foto pernikahannya tadi.Rasa penasaran akan masa lalu pria itu langsung menganggu pikiran Naura, siapa sebenarnya pria itu? Mengapa dia memilihnya untuk menggantikan posisi wanita yang ada di foto itu? berbagai pertanyaan langsung datang berhamburan memenuhi pikiran wanita itu."Sudahlah! lebih baik aku mandi saja," ucap Naura menepis semua pertanyaan yang ada di otaknya lalu berjalan menuju lemari yang di tunjuk oleh suaminya tadi.Namun, saat membuka lemari itu, mata Naura langsung membulat ketika melihat jenis pakaian kurang bahan memenuhi isi lemari itu. Benar, ternyata dugaannya benar, pria itu adalah pria mesum, tetapi bukan pria tua bangka yang dia bayangkan. Melainkan pria matang yang terlihat mengoda dan juga gagah perkasa."What! Pakaian jenis apa ini?" Gumam Naura menatap semua pakaian itu satu persatu.Dari begitu banyak pakaian yang ada di lemari itu, tidak ada satupun yang lengkap. Jangankan memakai, membayangkannya saja Naura sudah kehilangan muka."Apa mereka gila? mana mungkin aku mengunakan pakaian seperti ini" batin Naura terus mengoceh kesal.Bersambung.......Seorang pria sedang sibuk memeriksa dokumen yang ada di tangannya. Dia membuka lembaran dokumen itu satu persatu, tidak lupa dia membaca setiap tulisan di dokumen itu dengan teliti sambil sesekali mengusap wajahnya kasar. Terlihat dengan jelas jika sorot matanya memancarkan kemarahan yang sangat besar. "Apa kau sudah yakin jika informasi ini benar?" tanya Leon menatap Arga sang asisten dengan tatapan datar."Sudah, Tuan! Saya sendiri yang mencari informasi itu, jadi tidak mungkin salah," ucap Arga dengan penuh keyakinan."Baiklah! aku percaya kepadamu. Posisi sekertarisku masih kosong bukan?""Ia, Tuan! tapi sudah ada tiga berkas yang masuk untuk melamar di posisi itu. Bahkan besok mereka sudah di hubungi untuk melakukan interview.""Batalkan saja! aku sudah menemukan orang yang tepat untuk menduduki posisi itu," ucap Leon dengan tegas."Baik, Tuan!" Arga hanya bisa mengangguk patuh mendengar perintah bosnya itu.Leon hanya tersenyum tipis sambil menatap dokumen yang ada di tangannya
Saat membuka pintu, mata Leon langsung tertuju kearah wanita yang sedang tertidur di atas sofa. Terlihat wanita itu tertidur dengan begitu lelap, sehingga membuat pria itu menjadi tidak enak untuk membangunkannya. Namun, ketika melihat wajah teduh wanita itu, tiba-tiba ingatannya langsung tertuju pada masa lalu. "Maaf! Aku minta maaf karena baru menemukannya sekarang. Aku berjanji, akan mendidiknya menjadi seperti dirimu." Leon hanya bisa menatap wajah Naura dengan tatapan yang tidak bisa di artikan. Dia terus menatap wajah wanita yang baru dia nikahi itu tanpa berani menyentuhnya. Dari posisi tidur sang istri, dia tau jika wanita itu tertidur karena menunggunya. Ntah apa tujuan Leon menikahi Naura, akan tetapi ada rahasia besar di balik pernikahan itu. Jika karena nafsu, sudah pasti dia mengambil haknya malam ini juga, tetapi dia terlihat tidak tertarik untuk melakukan hal itu. Melihat Naura yang hanya menggunakan kemeja putih miliknya, kening pria itu tiba-tiba mengerut. Padahal d
"Apa kau sudah mempelajari semua berkas yang papa berikan?" Tanya Heri menatap sang putra yang asik memainkan ponsel. "Ia, Pa! Papa tenang saja, Rico pasti bisa," Ucap Rico santai sambil terus bermain game online. Melihat kelakuan putranya itu, Heri hanya bisa membuang napasnya pelan. Dia hanya bisa berdoa semoga putranya itu tidak membuat malu di rapat nanti. Hingga akhirnya mereka berhenti di depan bangunan mewah yang berdiri kokoh. Rico menatap bangunan itu dengan tatapan penuh kekaguman, bagaimana tidak, bangunan itu jauh lebih besar dan juga mewah dari kantor sang papa. "Pa! Apa ini kantor milik pria tua itu?" Tanya Rico sambil terus menatap kantor Leon tanpa berkedip. "Benar! Jadi kau harus jaga sikapmu. Jangan sampai gara-gara kelakuanmu yang tidak beradap, Tuan Leon membatalkan kerja samanya dengan perusahaan kita," Ucap Heri ketus lalu melangkahkan kakinya memasuki kantor itu. Sesampainya di ruang rapat, dia melihat beberapa pengusaha penting yang sudah hadir untuk mela
Mommy!" pekik Raygan ketika melihat sang mommy berdiri di depan gerbang sekolah untuk menunggu kepulangannya. Senyuman di wajah polos bocah itu terlihat dengan jelas. Sudah lama dia memimpikan hal ini, hal yangsangat sederhana, akan tetapi sangat bermakna di hati kecilnya."Jagoan mommy sudah pulang. Bagaimana sekolahnya? Apa menyenangkan?'' Tanya Naura sambil mengusap lembut puncak kepala Raygan."Hari ini Raygansangat senang. Karena akhirnya Raygan bisa mengatakan kepada teman-teman Raygan jika Raygan juga punya mommy," ucap Raygan tersenyum penuh percaya diri."Ray! apakah dia mommymu?" tanya Bimo, teman sekelas Raygan."Ia! dia adalah mommyku. Aku uga punya mommy sama sepertimu," ucap Rayga mengenggam tangan Naura. "Tapi saya perhatikan kalian tidak mirip sama sekali. Apalagi melihat mommymu itu yang masih sangat muda. Saya rasa dia tidak mungkin mommy kandungmu, atau jangan-jangan," ucap Tania, mama Bimo tersenyum sinis."Stop! jaga mulut Anda jika berbicara di depan putra saya
"Mom! Apa benar mommy itu mommy tiri Ray?" Deg...Jantung Naura langsung berdegup kencang mendengar pertanyaan putra sambungnya itu. Walaupun usianya masih sangat muda, akan tetapi Raygan memiliki pemikiran yang sangat dewasa. Jadi, walaupun Tania tidak mengucapkan secara langsung, tetapi dia dapat mengerti apa maksud ucapan wanita itu."Sayang! Kamu tidak perlu memikirkan perkataan mereka." Naura memilih untuk tidak membahas masalah itu lagi. "Tapi Ray juga berhak tahu, Mom," ucap Raygan dengan tegas. Sudah cukup selama ini dia di bully oleh teman-temannya, memang dia tidak masalah mendapatkan hinaan dan ejekan dari mereka. Namun, dia tidak terima jika ada orang yang menyakiti Naura, wanita yang telah memberikan kasih sayang seorang ibu untuknya. Mendengar ucapan Raygan, Naura hanya bisa diam membisu. Mulutnya seperti terkunci, sehingga dia tidak bisa mengucapkan sepatah katapun."Sayang!" ucap Naura menatap Raygan dengan mata yang berkaca-kaca."Kebohongan tidak akan pernah bisa
"Sayang! Ikut Mommy Naura ke kamarmu ya," Ucap Leon mengusap lembut air mata Raygan. "Naura! Bawa Raygan ke kamarnya." Naura hanya mengangguk patuh mendengar perintah Leon. "Sayang!" Ucap Naura dengan lembut sambil membawa Raygan menjauh. Melihat Naura dan Raygan telah pergi, Grace langsung tersenyum kecil. Dia berjalan mendekati Leon dengan senyuman yang melingkar di wajah cantiknya. Dia sangat yakin jika Leon akan menyambut kedatangannya dengan baik. "Kenapa kau kembali?" Tanya Leon dengan raut wajah yang tidak bisa di artikan. Sehingga membuat senyuman yang sejak tadi melingkar di wajah Grace langsung menghilang dalam seketika. "Sayang! Kenapa kau bertanya seperti itu? Aku sudah kembali, sekarang lebih baik kita buka lembaran baru bersama-sama. Bersama putra kita," Grace merangkul mesra lengan Leon lalu menyandarkan kepalanya di dada bidang pria itu. "Maaf! Kami tidak membutuhkanmu lagi." Leon langsung mendorong tubuh Grace agar menjauh darinya. Tidak banyak bicara, dia langs
"Tuan!" Ucap Arga menatap Leon yang masih fokus dengan tumpukan dokumen yang ada di hadapannya. "Hem!" Leon hanya berdehem, tanpa menoleh sedikitpun. Tatapannya tetap tertuju pada dokumen yang ada di tangannya. Walaupun dia terlihat sangat lelah, tetapi dia tetap fokus dengan tumpukan dokumen itu. "Sepertinya tuan sangat kelelahan. Lebih baik tuan istirahat saja, biar saya yang memberiksa dokumen ini,""Tidak! Saya akan memeriksanya sendiri. Sebentar lagi juga selesai," Ucap Leon terus membuka lembaran dokumen itu. Pernikahannya dan Naura sudah berjalan selama dua minggu, akan tetapi hari-harinya selalu dia habiskan di kantor. Pergi sebelum Naura bagun, dan pulang setelah Naura tidur terlelap. Bahkan mereka hanya berbicara di kantor saja, itupun hanya mengenai masalah pekerjaan saja. Setelah kedatangan Grace, pria itu terlihat lebih tertutup dari biasanya. Walaupun aslinya dia memang seperti itu. "Tuan! Apa Anda tidak ingin menghabiskan waktu dengan nyonya besar?" Tanya Arga member
"Arggh! Sial. Kenapa tiba-tiba keuangan perusahaan kita bisa menurun seperti ini? Bukankah perusahaan Tuan Leon sudah memberikan bantuan kepada perusahaan ini?" Tanya Heri melemparkan berkas yang berisi laporan keuangan kantor. "Ma... Maaf, Tuan! Tapi," "Tapi apa?" Tidak membiarkan manager keuangan berbicara, Heri terus saja nyerocos tiada henti. Walaupun sudah mendapatkan uang yang begitu banyak dari Leon, tidak membuat nasib keuangannya semakin membaik. Kepalanya terasa ingin pecah melihat keadaan perusahaan yang semakin hancur. "Tuan Rico mengunakan uang perusahaan, Tuan!" Jelas manager keuangan itu tidak mau menjadi sasaran kemarahan Heri. Rico yang berbuat ulah, kenapa dia yang harus mendapatkan hukumannya. "Apa! Dimana anak itu?" "Di... Di ruangannya, Tuan!"Tidak banyak bicara, Heri langsung bergegas menuju ruangan Rico. Matanya memerah, rahannya langsung mengeras, seakan ingin menerkam setiap orang yang mendekat. Melihat ekspresi Heri yang menakutkan, semua karyawan yang d