Share

Part 03

"Mommy mau kan berfoto denganku dan juga daddy? Sama seperti teman-teman Ray yang lainnya. Mereka memiliki foto keluarga, ada mommy dan juga daddy mereka. Bahkan ada juga bersama kakak atau adik mereka. Sedangkan Raygan," ucap Raygan sedih sambil menatap foto-foto yang terpajang di dinding kamarnya. Foto yang memperlihatkan kebahagiaannya bersama sang daddy, walaupun tidak ada sosok mommy di samping mereka.

"Ray! Apa tugas sekolahmu sudah selesai?" tanya Leon mengalihkan pembicaraan.

"Baiklah! kita akan berfoto bersama. Mommy, Ray dan juga daddy," ucap Naura tersenyum manis sambil memgusap lembut wajah Raygan.

"Benarkah mom?" tanya Raygan penuh semangat. Bocah itu tidak menyangka jika akhirnya keinginannya selama ini akhirnya terkabul juga. Dimana dia akan memiliki foto keluarga yang lengkap, sama seperti teman-temannya.

"Benar sayang," ucap Naura tersenyum hangat.

"Bisakah kita bicara sebentar?" tanya Leon menatap istrinya itu dengan tatapan datar.

"Em!" Naura hanya mengangguk pelan.

"Sayang! Kamu di sini dulu ya. Daddy mau bicara dengan mommy sebentar," ucap Leon mengusap kecil puncak kepala putranya itu.

"Ia, Dad," ucap Raygan mengangguk patuh sambil menatap Naura dengan senyuman penuh kehangatan.

Setelah mendapatkan izin dari sang putra, Leon perlahan melangkahkan kakinya keluar dari kamar itu. Naura hanya menunduk lalu mengikuti langkah sang suami. Namun, baru beberapa langkah, langkah Naura langsung terhentikan karena tangannya di genggam oleh Raygan.

"Mom! Mommy tidak pergi lagi 'kan? Mommy tidak akan meninggalkan Ray dan juga daddy lagi 'kan? Ray mohon, mommy jangan pergi lagi ya," ucap Raygan dengan mata berkaca-kaca.

Tes.....

Tidak terasa air mata Naura langsung mengalir membasahi wajah cantiknya. Dia menatap Raygan dengan tatapan penuh kesedihan, melihat wajah bocah itu, dengan seketika ingatan Naura langsung tertuju pada kejadian sepuluh tahun lalu. Dimana dia harus kehilangan sosok orang tua dalam hidupnya.

"Mommy tidak akan pernah meninggalkanmu. Mulai sekarang mommy akan selalu ada di bersamamu," ucap Naura langsung memeluk tubuh munggil putra sambungnya itu.

"Mommy janji?" tanya Raygan dengan polosnya sambil menyodorkan jari kelingkingnya.

"Janji!"

Melihat keakraban istri dan juga putranya, Leon hanya tersenyum kecil. Dia merasa jika keputusannya menikahi Naura adalah keputusan yang tepat. Selama ini Raygan memang sangat merindukan sosok seorang ibu, bahkan selama lima tahun ini bocah itu selalu menantikan janji yang tidak pasti dari sang daddy.

Setelah memberikan Raygan kepada pengasuhnya, Leon langsung membawa Naura ke kamar. Naura menatap ruangan luas dan juga mewah itu dengan tatapan penuh kekaguman. Dengan cepat Leon mengambil sesuatu dari laci meja yang ada di samping ranjang lalu kembali mendekati Naura. Dia memperlihatkan sebuah foto pernikahan, dimana mempelai prianya adalah dirinya sendiri.

Melihat foto itu, Naura langsung mengerutkan keningnya bingung. Dia menatap mempelai wanita yang ada di foto itu dengan lekat. Terlihat dengan jelas senyuman yang mengembang di wajah pasangan pengantin itu, senyuman yang mewakili kebahagiaan mereka pada waktu itu.

"Dia adalah Grace, Mommy kandung Raygan," jelas Leon singkat.

"Tidak banyak yang harus kamu ketahui, intinya cuman satu, kamu harus mengantikan posisi Grace untuk Raygan. Apa kamu mengerti apa yang aku katakan?" tanya Leon singkat, tidak lupa dengan tatapan tajam yang tertuju pada wanita itu. "Kamu baca surat perjanjian ini dengan baik," ucap pria itu kembali sambil menyodorkan sebuah kertas perjanjian kepada Naura.

Naura hanya diam sambil menatap tulisan di kertas itu satu persatu. Dia menatap pria yang baru menikahinya itu dengan tatapan penuh kebingungan, sungguh dia tidak tau apa yang ada di pikiran pria itu sama sekali.

"Aku menikahimu agar putraku dapat merasakan kasih sayang seorang ibu. Jadi kamu jangan terlalu banyak berharap dengan hubungan ini," ucap Leon tegas sambil membuka jasnya dan melepaskan satu persatu kancing kemejanya. "Aku harap kamu bisa melakukan tugasmu dengan baik, dan jangan pernah melewati batasanmu,"

Mendengar ucapan pria itu, Naura hanya bisa mengangguk kecil tanpa berani menatap wajah lawan bicaranya itu. Tatapan pria itu sangat tajam, sehingga membuat suasana di dalam ruangan itu terasa sangat mencekam.

"Bersihkan dirimu, lemari itu khusus untukmu, di sana sudah ada pakaian dan juga semua keperluanmu. Jadi jangan pernah sentuh apapun yang bukan milikmu, " ucap Leon dengan tegas sambil menunjuk salah satu lemari yang ada di sana.

"Baik!" ucap Naura menunduk, lalu berjalan menuju lemari yang di tunjuk oleh Leon.

Leon hanya menatap sekilas punggung sang istri sambil mengenakan kemeja yang baru. Tanpa banyak bicara, dia kembali melangkahkan kakinya menuju pintu keluar.

"Tu ... Tuan mau kemana?" tanya Naura dengan gugup.

"Saya ada urusan sebentar," ucap Leon datar tanpa menoleh sedikitpun.

"Baik!" ucap Naura mengangguk patuh, tetapi sayangnya pria itu sudah terlebih dulu menghilang dari penglihatannya.

Baru saja di nikahi beberapa jam yang lalu, tetapi dia langsung di tinggal begitu saja. Sehingga membuat wajah gadis itu langsung terlihat murung. Dia menatap seluruh sudut kamar itu dengan tatapan yang tidak bisa di artikan. Hingga akhirnya tatapannya terhenti kearah laci tempat Leon menyimpan foto pernikahannya tadi.

Rasa penasaran akan masa lalu pria itu langsung menganggu pikiran Naura, siapa sebenarnya pria itu? Mengapa dia memilihnya untuk menggantikan posisi wanita yang ada di foto itu? berbagai pertanyaan langsung datang berhamburan memenuhi pikiran wanita itu.

"Sudahlah! lebih baik aku mandi saja," ucap Naura menepis semua pertanyaan yang ada di otaknya lalu berjalan menuju lemari yang di tunjuk oleh suaminya tadi.

Namun, saat membuka lemari itu, mata Naura langsung membulat ketika melihat jenis pakaian kurang bahan memenuhi isi lemari itu. Benar, ternyata dugaannya benar, pria itu adalah pria mesum, tetapi bukan pria tua bangka yang dia bayangkan. Melainkan pria matang yang terlihat mengoda dan juga gagah perkasa.

"What! Pakaian jenis apa ini?" Gumam Naura menatap semua pakaian itu satu persatu.

Dari begitu banyak pakaian yang ada di lemari itu, tidak ada satupun yang lengkap. Jangankan memakai, membayangkannya saja Naura sudah kehilangan muka.

"Apa mereka gila? mana mungkin aku mengunakan pakaian seperti ini" batin Naura terus mengoceh kesal.

Bersambung.......

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status