Share

Dijual Suami!
Dijual Suami!
Penulis: Caty Perii

Bab 1 - Dijual Suami

"Apa maksudnya ini Mas?!" 

Maura tak bisa menahan buliran air matanya, baru saja ia mendengar pernyataan yang begitu kejam dan jahat dari sang suami untuknya. 

"Maaf Maura, aku butuh uang, hanya ini jalan terakhir yang bisa menolongku." 

Maura membekap wajahnya, lututnya goyah dan ia bersimpuh di dekat sang suami yang kian merasakan perasaan bersalah pada istrinya itu. 

"Tapi apa harus menjualku Mas?! Tega! Kamu sangat jahat!!" jerit itu mengalun di tengah heningnya malam. 

"Maura dengar..." Deri menggenggam kedua tangan Maura, pria itu ikut bersimpuh di depan Maura yang menangis di bawahnya. 

"Aku janji, aku akan menebus kamu setelah semua hutangku lunas, aku akan mencari berbagai cara agar kamu bisa bebas!" 

"Berbagai cara?!" Pandangan Maura terangkat dan menatap tajam pada Deri yang kedua matanya berkaca bingung dan merasa bersalah pada sang istri yang terlihat sangat kacau dan berantakan. 

"Cara apa lagi?! Sekarang saja kamu berani menjual aku ke rumah bordil!" Amuk Maura memukulkan kepalan tangannya pada Deri yang menerima begitu saja. 

"Akan aku pikirkan-"

"Tidak! Tidak perlu! Selama ini aku sudah cukup bersabar bertahan denganmu Mas, di saat kamu jatuh dan bangkrut aku masih setia mendukung kamu ... Tapi ini balasan kamu padaku?" Maura memundurkan langkahnya perlahan ke belakang. 

"Sudah cukup, aku tidak mau pergi ke sana, aku tidak mau lagi ikut campur dengan urusanmu, aku mau pergi!!" 

Maura menghapus kasar sisa air mata di wajahnya, kemudian berbalik cepat ingin kabur dari suaminya yang ia pikir sudah gila dan sakit jiwa ini. 

"Maura tolong aku! Jika kamu pergi, kita berdua akan mati! Maura, aku sudah tanda tangan kontrak perjanjian dengan pemilik tempat itu, mereka akan memberikan uang yang banyak untuk melunasi hutang-hutangku ke para rentenir itu. Aku mohon sekali lagi, berkorbanlah untuk aku, suamimu!" 

Deri menahan lengan Maura saat wanita itu berniat untuk melarikan diri "Maura-"

Ucapan Deri terhenti saat mendengar dobrakan kasar dari pintu rumah mereka, dan kemudian menampilkan dua orang laki-laki berbadan besar yang menatap keduanya tajam. 

"Perjanjiannya kamu yang akan mengantar sendiri wanita ini! Namun sampai malam tiba kamu tidak kunjung datang! Apa kalian berniat kabur?!" 

"Tidak- Maksudnya aku baru akan mengantar istriku ke sana" Deri menangkap Maura dan membawanya ke dalam pelukannya, menahan Maura yang berontak dan mencoba lepas dari pelukannya. 

"Mas!!" Maura menjerit tak terima, terlebih bagaimana kedua pria berbadan besar itu tersenyum miring dan membuka jalan. 

"Bawa ke mobil! Kami sendiri yang akan mengantarnya!" 

Maura menatap Deri dengan kedua mata berkacanya, berharap pria itu mau menolongnya meski hal tersebut mustahil.

Deri sendiri hanya bisa memberikan tatapan tak berdaya nya pada Maura. " Maafkan aku," Bisiknya pelan yang kemudian memberikan ciuman lembut di kening Maura.

"Aku yang akan mengantarnya, kalian ikuti dari belakang, setidaknya aku mau bersama istriku sebelum kalian membawanya," Tangan Deri meremas lembut bahu Maura yang tubuhnya sudah lemas tak bertenaga.

Harapannya agar bisa kabur sudah hancur, Maura berpikir dia tidak akan bisa lari lagi dari takdir buruk yang menimpanya.

Di saat seperti ini ia kembali mengingat tentang larangan kedua orangtuanya yang menolak ia untuk menikah dengan Deri dulu.

Apa ini doa dari kedua orangtuanya yang mendoakan agar pernikahan hancur berantakan dan membuatnya menyesal serta tersiksa?

Sepertinya iya, Maura kini menyesal tak menuruti perkataan kedua orangtuanya yang dulu mungkin memiliki firasat jika Deri bukanlah orang yang baik.

Maura dan Deri sudah menikah lebih dari lima tahun, namun keuangan keluarga mereka terus saja menurun karena suaminya sering kali menghabiskan uang itu untuk mabuk dan berjudi.

Sementara sudah dua tahun Deri menganggur karena dipecat dari pekerjaannya dan itu membuat Maura harus bekerja untuk menghidupi keluarga mereka.

"Maaf Maura," Bisikan Deri itu mengembalikan Maura dari lamunannya, pria itu mencium lagi kening Maura sebelum kemudian membawa Maura keluar dari rumah mereka.

Tetes air mata itu menetes perlahan, sebelum kemudian menjadi beranak sungai, Maura menangis tanpa suara.

***

Mobil yang Deri kendarai tu berhenti tepat di depan pintu masuk sebuah rumah bordil yang tak terlihat seperti tempat pelacuran.

Rumah mewah itu terlihat biasa saja, sama seperti rumah-rumah pada umumnya namun melihat banyaknya mobil mewah nan mahal yang terparkir di halamannya, Maura tau pelanggan di tempat ini bukanlah orang-orang biasa.

"Mas Deri!!" Maura kembali dengan isakannya, wanita itu jelas ketakutan karena suaminya benar-benar serius membawa ia ke tempat prostitusi ini. 

"Aku mohon Mas! Aku gak mau ada di sini!" bisik Maura penuh kepedihan pada Deri yang juga ikut merasakan sakit, namun juga pria itu tak punya pilihan lain selain melakukan ini di saat nyawanya juga sedang diancam oleh para rentenir yang menagih hutang padanya. 

"Maaf sayang, aku janji akan membebaskan kamu dari tempat ini," Deri membawa kepala Maura ke dalam pelukannya untuk ia beri kecupan dalam dan penuh penyesalan. Perandaian ada di kepalanya, andai ia tak berjudi dan andai ia tak kehilangan pekerjaannya juga andai ia tak memaksa kehendaknya untuk menikahi Maura di saat kedua orangtua wanita itu menentang keras pernikahan mereka dulu. 

"Aku mencintaimu Maura!" bisik itu tak menenangkan Maura, justru ketakutannya makin menjadi karena kemudian pintu mobil dibuka paksa oleh dua orang badan besar yang mengikuti mobil mereka tadi. 

"Apa yang kalian lakukan sehingga sangat lama?!" ujar salah satu si pria berbadan besar yang menatap nyalang pada Maura dan Deri yang masih berpelukan di dalam mobil itu. 

"Maaf, kalian bisa membawanya!" 

Perintah Deri itu diangguki kedua pria berbadan besar dan juga menghancurkan hati Maura, Deri bahkan memalingkan wajahnya saat Maura berusaha berontak menolak saat kedua pria yang tak ia kenali itu menyeretnya paksa. 

"Aku membenci kamu Mas!!" adalah ucapan terakhir Maura saat wanita itu benar-benar menghilang dari pandangan Deri yang telah menangis di dalam mobilnya. 

Maura di bawa memasuki rumah mewah itu, suasana yang ada di dalam nampak seperti pesta, banyak sekali orang-orang berpakaian mewah nan rapih yang ada di dalamnya, bahkan beberapa pasang mata sudah menatap pada Maura yang dibawa oleh dua orang berbadan besar melewati kerumunan orang-orang ke lantai atas. 

Seperti masuk ke dalam dunia berbeda, di lantai dua rumah mewah ini berisikan orang-orang yang sepertinya mencari kesenangan, terbukti di beberapa sudut tempat yang Maura lihat, banyak pria dan wanita yang bercumbu begitu liar dan tentu itu membuatnya mual dan pusing. 

"Sebentar lagi nasibmu akan sama seperti para wanita di tempat ini, jadi jangan berpaling dan pelajarilah apa yang para wanita itu lakukan untuk bisa memuaskan para pelanggannya!" 

Wajah Maura ditarik salah satu pria yang mengawalnya itu, dan pria itu berbicara tepat di depan wajahnya hingga bau napasnya membuat Maura mual. 

Maura sudah ketakutan setengah mati, ia berusaha mencari cara agar bisa melarikan diri dari tempat ini. 

Saat kedua pria itu lengah membawanya dan berpikir jika Maura telah pasrah, wanita itu melarikan diri dan mencoba mencari pintu keluar yang entah dimana letaknya, karena kerumunan orang-orang membuatnya lupa serta linglung. 

"Berhenti jalang!!" teriakan itu bisa Maura dengar, dan makin membuat kakinya gemetar ketakutan namun ia juga tidak menghentikan langkahnya untuk terus menjauh. 

Maura berhasil mencapai pintu keluar, meski dengan sedikit kericuhan yang dia buat, namun saat udara di luar menerpa dirinya perasaan Maura lega begitu saja. 

Baru akan melarikan diri, tubuhnya menabrak seorang pria yang sepertinya baru ingin masuk ke dalam tempat yang menurut Maura menjijikan itu. 

"Kamu terlihat sangat buru-buru? Apa ada yang mengejarmu?" suara berat itu menyihir Maura, mengangkat wajah dan terpaku oleh ketampanan pria yang masih mendekap tubuhnya dalam tubuh besarnya itu. 

Seperti mendapat pertolongan, Maura merasa pria ini bisa membantunya "me-mereka, mereka mengejar aku, bisakah kamu menolongku?" cercanya diiringi air mata yang meluruh dari kedua matanya. 

Pria berpenampilan rapih dengan kemeja kerjanya yang masih membalut tubuhnya itu mengamati sejenak Maura sebelum pada dua orang pria yang berwajah seram tengah mengejar sosok Maura yang mengeratkan pegangannya padanya. 

Bibir pria yang menolong Maura itu terangkat membentuk senyum miring, sebelum ia perhatikan Maura yang telah bersembunyi di balik tubuhnya. 

"Kamu mau aku selamatkan?" tanyanya dari balik bahu pada Maura yang tak menunggu untuk menganggukan kepalanya dengan cepat. 

Pria itu melirik pada dua pria yang mengejar Maura telah berdiri di depannya dengan tatapan bingung juga sungkan padanya. Pria berkemeja rapih itu memberikan senyum menenangkan pada Maura. 

"Baiklah, aku akan selamatkan kamu!" 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status