Share

Dika dan Dito
Dika dan Dito
Author: Hadist Syaffiah

Part 1

HALO SEMUANYA 👋

 selamat membaca dan terima kasih telah singgah.

jika kalian ada saran tulis di komentar yah 

🌼😁

-

-

sepasang remaja asyik bercanda dibawah rindangnya pohon yang melindungi mereka dari teriknya bola api alias matahari. Jika diperhatikan sepertinya mereka remaja SMA diperjelas dengan balutan seragam putih, abu-abu.

Hari semakin panas dan pohon sudah tak lagi melindungi mereka, saat itu juga medadak remaja pria mengulurkan tangannya seolah mengajak gadis pasangannya untuk pergi dari tempat itu. Dengan menarik senyuman manisnya gadis itu meraih tangan lajang SMA itu.

“Rose!!!, novel aku jangan lupa!”

Sontak membuat sepasang remaja itu memutarkan badan mereka.

“Hehehe iya besok yah” sahut gadis bersenyum manis  yang memiliki nama Rose. Sesuai dengan senyumnya indah seperti bunga.

Lalu terdengar lagi seseorang memanggil nama “Dito” sepertinya itu nama lajang tampan itu.

“Dito, flashdisk jangan lupa”

“Iyaaa!!!” sahut pria  itu.

*****

 “Bby” panggilan beken sekarang untuk remaja yang sedang menjalin cinta alias pacaran. 

Dito senang menggunakan kata itu untuk mengganti panggilan Rose, dan berhubung mereka berpacaran jadi sudah wajar saja. Namun, tidak berlaku bagi Rose. Terlalu risih yang dirasakan Rose saat Dito memanggilnya dengan sebutan “bby” alhasil “bby” hanya digunakan sebagai candaan Dito. Pengakuan dari Rose sendiri sebagai penggemar K-Idol, dan K-drama “chagi” lebih lucu dan ia merasa lebih nyaman saat Dito memanggilnya Chagi.

“Chagi-ya...” 

“Mwo?” sahut Rose yang sedang mencari novel.

“Udah belum kamu pilih-pilih novelnya?” tanya Dito yang sedang berdiri di belakang Rose.

“Sebentar novel titipan Lucy belum dapat” jawab Rose lagi, dan terus menelusuri semua rak novel.

Bosan pun menghampiri Dito, Dito pun menunggu Rose di kafe terdekat.

Lima menit berlalu novel titipan Lucy pun belum ketemu juga, Rose pun menyerah dan memilih untuk membayar  dikasir. Saat hendak berjalan menuju kasir  tiba-tiba.

“BRAKKK” suara rak buku yang jatuh, sontak membuat seisi toko buku kaget. Rose yang memiliki sifat terlalu kepo dan ingin keluar dari zona itu berusaha untuk tidak nimbrung. Namun, Rose tak mampu mengendalkan rasa ingin tahunya itu. Kakinya seakan berjalan dengan sendirinya menuju kerumunan orang-orang.

“Jangan kepo Rose, jangan. Jang-“  gumam Rose dalam hati.

“MAAF!!!” teriak suara laki-laki bersumber dari suara jatuhnya rak buku dan membuat Rose pun memutar balikkan badannya.

Suara seperti rak jatuh itu membuat seisi toko buku gagal fokus dan ikut mengerumuni, mencari tahu apa yang sedang terjadi.

Benar dugaan Rose suara yang membuatnya penasaran itu adalah suara rak jatuh yang di jatuhkan pria itu. Insiden itu membuat amarah para staf pegawai toko buku. Pria tampan itu juga berusaha minta maaf namun tidak di gubris oleh staf pegai toko buku itu.

“M-maaf pak, maaf"

"Maaf?!, kamu kira gaji saya di bayar pakai maaf kamu !" sentak petugas Toko buku yang marah akibat ulah anak laki-laki itu.

"M-ma...mama...!' spontan pria itu nangis, terlihat seperti ada kelainan dalam  perkembangan tumbuh pria itu. Jika di perhatikan usianya lebih tua dari Rose namun bertingkah seperti anak-anak. Degan rasa iba pun Rose membantunya.

“Pak bisa kali pak di selesaikan dengan baik-baik” lirih Rose berusaha mendinginkan suasana. Namun, usaha Rose tidak di indahkan oleh petugas toko, Rose pun mencari cara. Ia menghentakkan sepatunya sembari berpikir dan munculah. 

"Yaudah gini saya yang ganti rugi buku yang rusak" sahut Rose yang langsung jadi pusat perhatian banya orang saat itu.

"Dan sekali lagi atas nama abang ini, saya mohon maaf yah" lanjut Rose dan menggenggam tangan pria itu.

***

Rasa iba Rose tak terhenti untuk membayari buku yang rusak, Rose pun  ikut membantu mencarikkan taksi untuk pria ini pulang. Sembari menunggu Taksi. pria yang memiliki kelambatan pertumbuhan ini pun membuka obrolan dengan Rose.

"K-kamu baik. te-te-rima kasih yah cantik!" ucap pria itu tergagap, yang membuat Rose tersenyum manis.

"Aku Dika, nama kamu siapa?" lanjut pria itu dan mengulurkan tangannya seraya berjabat tangan

“Aku Rose bang, aku manggilanya kakak aja kali yah" sahut lembut Rose.

"Rose, bunga mawar?!" tanya pria itu dengan lugu.

"Hehe iya" jawab Rose, dan menatap manis kepada laki-laki itu.

"A-aku manggilnya adik bunga mawar aja boleh?" tanya Dika lagi dengan tergagap dan menggarukkan kepalanya.

"Tentu kak Dika" jawab Rose dengan senyum manisnya.

Asyik berbincang dengan Dika, Rose lupa kalau dia pergi bersama sang kekasih yang sedang meunggunya saat itu. disisi lain, Dito yang menunggu Rose pun menyusul dengan rasa khawatir. Dito kembali ke toko buku Rose sudah pergi dan di cari ke toko kosmetik pun juga ga ketemu, dan Dito pun merasa kalau Rose pulang awal, dan di waktu yang sama Taksi yang di tunggu datang tibalah sang kekasih Dito yang mulai murung karena terlalu lama menunggu sang kekasih.  ternyata Rose sedang berdiri di pintu masuk mall itu, dan dengan jahilnya Dito menutup kedua mata Rose dari belakang.

" Dito!" seru Rose yang menebak seseorang yang menutup matanya dengan kedua tangan.

"Kamu dari mana aja Rose, aku cariin di toko buku ga ada, di toko kosmetik juga ga ada" keluh Dito dengan raut wajah seperti bebek.

"Aku tadi ngebantu kakak-kakak " jawab Rose dengan mencubit pipi sang pacar

"Kakak-kakak?" jawab Dito 

"Cewek atau cowo, mungkin cewek aku ga boleh negatif thingking" gumam Dito dalam hati.

"Eh udah mau gelap nih aku takut nanti papa marah ayo buruan" sontak Rose tertegun melihat langit yang mulai gelap dan panik.

"Ih padahal kamu yang lama dari tadi" sahut Dito sembari mengulurkan tangannya.

"Maaf bby" jawab Rose dengan senyuman indahnya seraya mengandeng tangan Dito.

"A-apa?, bby?, coba ulangin!" Dito tersipu, pipinya naik dan memerah.

"Hmm... engga kok chagi, aku tadi ngomong chagi bby"

"Ih tu, barusan bilang bby"

“Ih engga, chagi”

*****

“Aku pulang dulu yah bby” lirih Dito berpamitan dengan Rose, dengan senyum andalannya

“Ih... Dito! kalau papa denger gimana?” keluh Rose dengan menjulurkan bibir bawahnya.

“Yaudah aku balik yah, pamit om!” seru Dito tak lupa berpamitan dengan calon mertua, dan membuat Rose kaget d matanya membesar, mengerutkan alisnya dan menggit bibir bawahnya, dan memejamkan mata. saat memutarkan badannya ternyata papa Rose sedang berdiri sambil menyilangkan tangan dengan wajah datar.

“Eh... papa, udah lama pa?” tanya Rose basa basi dengan jantung berdegup kencang, namun harus stay cool merasa tak bersalah.

“Apanya?” jawab papa Rose datar

“Berdiri di situ?” tanya Rose lagi memastikan papanya tidak lama beridiri di belakangnya.

“Dari Dito balik. kamu kok lama sekali pulang?” jawab papanya balik, sembari menutup pintu pagar yang belum di tutup Rose.

“A-anu i-itu, nyari a-nu...” jawab Rose tergagap-gagap, matanya berkeliaran.

“Novel lagi?” sahut ayah Rose, yang sudah tahu apa yang dilakukan ananknya seharian.

Rose pun menundukkan kepala seolah mengakui kesalahannya, mengerutkan bibirnya dan menggenggam kedua tangannya. Namun, tak seperti biasanya yang jika tahu Rose membeli Novel akan menyeramahinya tujuh hari tujuh malam. Pak Yogi ayah Rose itu pun merendahkan nada bicaranya dengan lembut. 

"Rose, kamu kan udah kelas 11 udah kepikiran tamat SMA mau lanjut kemana?, luar negeri atau stay di Indonesia?" lirih pak Yogi.

Mendengar perkataan papanya, alis Rose yang tadinya mengerut melengkung ke atas turun dan naik, lalu kembali mengerutkan alisnya, bola matanya tampak berkeliaran seolah mencari tahu.

 "Tumben papa nanya gini?, hmm mumpung papa lagi bahas aku mau coba keluar negeri pa" jawab Rose 

"Ke mana US?" sahut pak Yogi menajamkan tatapannya.

"Enggak Pa, Rose mau ke Korea Selatan pah" sahut Rose, merapatkan bibirnya.

Mendengar jawab dari sang putri, pak Yogi pun memutuskan untuk mendukung impian sang anak, Pak Yogi pun menjanjikan kelas bahasa korea yang akan di ikuti Rose euntuk persiapannya kuliah di Negri Ginseng itu. B agi seorang ayah mungkin sudah seharusnya mendukung cita-cita, niat baik sang ana k dan membuatnya bahagia. Itulah yang di lakukan oleh orang tua. 

"Asal kamu ada niatan dan serius, juga selagi itu positif papa dukung kok" ujar pak Yogi menatap sang putri.

"Gomapda pa" teriak Rose dan memeluk papanya sekuat mungkin, tak pernah di sangka oleh Rose kalau papanya mengizinkannya untuk kuliah di luar negeri. Di saat posisi Rose seorang anak piatu, dan juga perempuan tunggal. Di samping rasa bahagia itu dia juga memikirkan sang papa yang harus melakukannya semua sendiri. 

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status