Share

Part 2

Seperti biasa Dito sibucin, tak tahu tempat, tak tahu kondisi dimana ia bertemu dengan Rose disitulah kejantananya meletot alias berubah seratus delapan puluh derajat. Dari kejauhan Dito menunggu sang pacar sambil memegang bekal yang telah ia siapkan untuk di makan berdua. 

“chagi-ya ~” seru Dito menghampiri Rose, namun langkahnya terhenti ketika ada sekumpulan adik kelas mengerumuni Rose. Dengan rasa penasaran pun Dito ikut menghampiri kerumunan adik kelas itu. Ternyata kerumunan adik kelas itu adalah anak kelas sepuluh yang jatuh hati pada Rose. Banyak di antara mereka yang mengirim surat, makanan, coklat dan lainnya.

     Rasa cemburu, wajar saja Dito sibucin cemburu dengan Rose yang banyak di gemari adik kelas. Rasa iri pun berkobar dari hati, mata sinis Dito tajamkan kearah adik kelas yang memancarkan ketampanannya di depan Rose.

    “ kak”

    “kalo 1+2=3, kalo aku di tambah kakak sama dengan kita” lirih Reza adik kelas yang paling sering memberikan hadiah kepada Rose. Mendengar gombalan itu otomatis membuat Dito sibucin semakin panas, dan seperti biasa Rose yang ramah pun membalas dengan senyumannya.

     “jangan senyum Rose, senyummu cuma buat aku!” gunggam Dito menatap tajam ke arah Rose. Disisi lain Rose sedikit melirik ke arah Dito kemudian ia membalas sedikit senyuman. Melihat kejadian itu membuat Dito ambil tindakan dengan sigap Dito menutup bibir sang pacar dengan tatapan tajam di tuju ke adik kelas kemudian menggelangkan kepala ke arah Rose seolah melarang Rose untuk tersenyum ke adik kelasnya.

    “Rose di panggil bu Ida” seru Dito dan menggenggam erat tangan Rose dan keluar dari kerumunan itu.

    “pinggir kalian!” tegas Dito.

    Di sepanjang jalan Rose Cuma tersenyum, sebenarnya ia sangat senang orang yang dicintainya sangat mencintainya juga. 

    “sakit tau!” keluh Rose yang pura kesakitan. mendengar hal itu Dito langsung melepaskan genggamannya dan meniup lembut tangan Rose.

    “maaf yah, abisnya tadi kenapa kamu senyum senyum segala sama mereka”

    “ih kan senyum itu ibadah”

    “kamu ibadahnya ke aku aja, kalo senyum cuma boleh ke aku aja, boleh sih tapi jangan cantik cantik banget” keluh Dito, melihat Dito cemberut Rose memalingkan topik dengan bertanya apa yang di bawakan oleh Dito.

           "I-itu apa?" Mata Rose tertuju dengan bekal itu.

    “aku tadi masak, nyiapin bekal buat kamu!” Dito menyodorkan kotak makan.

    “kamu masak?” tanya Rose langsung membuka kotak makan yang tertata rapi, walupun isinya sekedar telur mata sapi, nugget, dengan hiasan saos dengan bentuk love. Rose pun memberi reaksi untuk usaha sang pacar, Rose langsung makan di taman sekolah berdua dengan Dito.

“hmm... enak !” seru Rose 

    “enak?” tanya Dito mengangkatkan alis terkaget mendengar pernyataan dari Rose, karna Dito merasa masakknnya biasa saja rasanya.

    “iya enak banget.”

~.~.~.~.

Bel pulang sekolah berbunyi dan Rose menatap pintu kelas.

    “satu, dua, tiga” gunggam Rose, kemudian Rose tersenyum, ternyata Dito baru saja tiba di depan kelasnya Rose.

     “mau makan siang apa tuan putri?” tanya Dito sambil meraih tangan mungilnya Rose.

    “hmmm... aku tadi udah makan bareng Hena” jawab Rose.

    “terus, kita pulang sekarang?, atau chagi mau ke toko buku?” tanya Dito lagi.

    “hmm...” rose menggelengkan kepala dan menarik Dito menuju gerbang sekolah.

Rose mengajak Dito ke suatu tempat yang sangat di gemarinya. Saat ia merasa sedih, senang, apapun perasaan yang timbul. Rose akan menyempatkan diri untuk mengunjungi makam ibunya. Untuk pertama kalinya Dito datang ke makam ibunya dan sebelumnya Rose juga belum pernah cerita tentang Ibunya.

    “ini makam siapa Rose?”

    “mama!” sahut Rose menatap senyum ke arah nisan yang bertorehkan nama Mamanya.

    “m-mama?” tanya Dito mengangkat alisnya.

    “hmm...” Rose menghela napas.

    “ maaf yah, aku belum pernah cerita. Karen-“

    “maaf untuk apa?, kamu juga butuh privasi. Ada beberapa hal yang ga perlu aku tahu.”

Dito mendekat kearah batu nisan mamanya Rose sembari membersihkan makam mamanya Rose.

    “tante!, kenalin aku Dito tante. calon mantu tante!. Sebelumnya maaf tante aku baru datang sekarang.” Seru Dito.

"C-ca. Calon?" Seru Rose sontak tergejut mendengar Dito sepercaya diri itu.

            Iya! Calon! Kenapa kamu kaget?, Kamu ga mau nikah sama aku?" Jawab Dito sepontan. Dengan mengerutkan alisnya di tambah tatapan tajam tak lupa bibir seperti bebek. 

            "Enggak!, Enggak ih maksud aku ga gi-"

            "Terus?, Kenapa kamu kaget?, Atau udah ada pria lebih bucin dari aku di hati kamu?" Tatapan tajam masih tepasang ke arah Rose

                "Enggak…, aku cuma kaget aja, aku bangga kok kamu segigih itu. Aku harap yang kamu bilang ke mama beneran." Jawab Rose 

             "Beneran lah!" Seru Dito. Rose menghela nafasnya lalu tersenyum. Ia juga berharap di masa depan nanti ia ingin Dito menjadi pendamping hidupnya.

    “ma..., aku kemari mau cerita ma, jadi beberapa hari yang lalu papa tanya soal kuliah ma, papa tanya aku ingin melanjutkan kuliah di mana?, aku jawab aku pingin banget ke Korea. Mama tau ga jawaban papa di luar ekspetasi aku!. Papa ngizinin aku untuk lanjut ke Korea!” seru Rose dengan tersenyum berbicara dengan batu nisan yang mustahil mendengarnya. Mendengar ungkapan Rose, Dito pun turut bahagia ia juga ikut tersenyum melihat sang kekasih tersenyum.

Setelah mengunjungi makam ibunya, mereka memutuskan untuk langsung pulang.

    “tante, Dito sama calon istri pamit dulu yah!” sambil mengulurkan tangannya ke arah Rose.

    “Dito!, ma... Rose pulang dulu yah ma” Rose meraih tangan Dito.

    “Dit, kamu udah dengerkan tadi?. Aku diizini papa kuliah di sana jadi ada beberapa hal yang harus aku persiapkan. Aku harus ikuti kursus bahasa korea. Jadi mulai kedepannya kamu ga perlu anterin aku lagi karena papa sendiri yang anterin aku”

    “jadi?, ga ada waktu aku sama kamu?”

    “di sekolah kan kita ketemu”

    “tapi beda”

    “aku kursus bahasa ga setiap hari kok, kita masih bisa main bareng bby”

    “hmmm?, bby?” Dito tersenyum, dan meraih tangan mungilnya Rose. 

            "bby, kita sepedaan yuk!"

             "Ha?, Ehemm tapi aku pake rok loh"

           "Ga masalah!"

 Akhirnya Rose pun naik sepeda yang dikemudikan Dito. Mereka mengelilingi kota dengan bersepeda menghirup asap kendaraan yang berkeliaran di kota. Namun anehnya Rose seneng dengan keadaan itu ditambah ia bersepeda dengan Dito.

  Langit tidak merestui mereka untuk bersepeda hari ini. Hujan lebat tiba-tiba memberi salam selamat datang dan seolah mengisyaratkan mereka agar segera pulang. Namun, mereka tidak berencana pulang melainkan mereka menerobos hujan lebat itu. Semua kendaraan roda dua penepi untuk berteduh tapi tidak dengan dengan sepeda mereka. Dito terus mengayuh sepedanya dan berhenti di rumah makan yang tampak lusuh.

            "Kamu laper?"

            "Hmmm. Enggak!"

           "Terus kenapa kita berhenti disini?, Atau kamu mau kita berteduh?"

            "Hmmm. Engga juga!" 

Remaja yang basah kuyup itu membawa gadisnya ke dalam rumah makan itu. Rose yang tampak kebingungan itu melirik seluruh isi rumah makan itu semuanya kelihatan lusuh dinding dan atap yang terbuat dari tepas, lantainya juga tanah dan kursi serta meja yang sudah tak layak pakai itu membuat dia berpikir "apa ada orang yang mau makan disini?" 

            "Ibu!!!" Seru Dito memalingkan mata Rose yang sedang melihat isi rumah itu. Lalu munculah seorang wanita sepuh bajunya kumuh dan kotor. Wajahnya pun terasa tak enak bila dipandang terlalu lama. Kuku jarinya semua hitam dan sangat-sangat kotor. Namun, seketika Dito melepas genggamannya dan langsung meraih tangan wanita sepuh itu untuk Salim.

             "Siapa?" Tanya ibu itu yang penglihatannya mulai rabun. Dan seketika pula Rose ikut menyalami ibu itu

         "Kalian siapa?" Tanya ibu itu lagi dengan nada sangat lembut dan perlahan.

             "Dito Bu!" Sahut Dito membalas nada lembut ibu itu. Mendengar laki-laki yang baru saja menyalaminya wanita itu langsung memeluk erat Dito seolah lama tak bertemu dengannya. Wanita itu meneteskan air mata dan begitu juga dengan Dito rasa rindunya menyelimuti, hingga tangis yang belum pernah di lihat Rose sebelumnya menjadi suatu momen yang ga bisa Rose lupain.

                "Gimana kabarmu ndok?"

            "Sangat baik bu!, Gimana dengan ibu?, Sehatkan?. Maaf Bu Dito sudah lama sekali tidak menjenguk ibu"

               "Wes. Ora opo-opo to. Seng penting sekarang kamu kan udah jenguk ibu, lagian kamu masih sangat muda, kamu pasti harus belajar." Sahut ibu itu menepuk lembut pundak Dito. Secara alami Rose yang menyaksikan mereka ikut meneteskan air mata. Emosi sedih Rose tak terkendali dan merusak suasana sedih Dino.

               "K-kamu kenapa?"

               "T-er. Terharu!!!!" Tangis Rose menjadi jadi, dan tangis Dito terhenti.

               "Siapa gadis ini nak?”

               "Pacar Dito Bu!" Kemudian wanita itu mendekati Rose, memeluk Rose dan menepuk punggung Rose. Dan membuat tangis Rose semakin menjadi.

              "Oh…. Ayu sekali toh pacarmu!" Seru wanita itu yang sekarang telah menggunakan kacamatanya Hingga ia dapat melihat dengan jelas paras Rose. 

               "Ndok bajumu basah loh, ganti dulu pakaianmu!" Wanita itu kembali kebelakang dan membawakan baju ganti yang lusuh juga. Melihat baju yang di bawakan wanita itu Dito juga melihat ekspresi Rose yang terasa tak nyaman bila memakainya. Dito pun pergi membeli baju ganti Rose, melawan derasnya hujan ia berlari mencari toko pakaian.

 Disisi lain rasa tak nyaman Rose melihat baju yang di tawarkan wanita itu di kalahkan oleh ketidaknyamanan nya dengan baju basah yang ia kenakan. Dan benar Rose memakai baju yang di tawarkan wanita itu. Sepulang Dito mencari baju dan membawa baju yang telah ia beli. Dito kaget dengan pakaian Rose dan hanya bisa senyum melihat dua wanita itu sedang berbincang.

          "Kamu nyaman?" Tanya Dito memasang ekspresi ragu.

          "Hm… nyaman" jawab Rose dengan senyumannya.

          "Kamu beliin aku baju?, Hmmm aku udah pake baju dari ibu. Kamu aja yang pake!" Lanjut Rose.

              "Eng-enggak ih, ini baju cewe warna pink"

      "Kenapa enggak, dari pada kamu kedinginan!" Jawab Rose

      "Iya nak, ga papa pake aja ibu juga ga ada baju cowo!" Sahut wanita itu. Mendengar wanita itu yang memerintah Dito tak bisa berkata tidak dengan tatapan tajam yang ia sudutkan ke arah Rose ia pun berjalan masuk kedalam kamar mandi.

Saat keluar dari kamar mandi dan Dito mengenakan baju berwarna merah muda itu membuat Rose tersenyum lucu. Seolah Rose menahan tawanya di tambah ekspresi Dito sama seperti ia masuk ke dalam kamar mandi.

              "Kamu kenapa senyum?" tanya Dito ketus.

              "Ih engga, siapa yang senyum?"

              " Hantu!" Dito masih memberikan ekspresi kesal.

Hujan mulai reda, sepertinya langit mengizinkan pasangan ini bersepeda lagi, tapi kali ini mereka berencana untuk balik karena hari mulai gelap.

             "A-aku harus pake baju ini?" Tanya Dito dengan tatapan yang sangat lucu. Keningnya berkerut matanya melihat baju merah mudah yang melekat di badannya.

               "Ga ada cara lain bby!" Sahut Rose menggoda pasangannya itu. Inisiatif pun muncul di kepala Rose, ia kembali masuk ke rumah makan itu dan keluar membawa kantok plastik hitam lalu memasangkannya ke kepala Dito dan Rose duduk di depan untuk mengemudi sepedanya. 

              "Pegangan kuat Dito!!!" Rose mulai mengayuh sepedanya, wajahnya memerah sepertinya Dito tidak seringan yang ia bayangkan.

         "K-kamu yang kuat, aku berat. Wah…. Pelan-pelan Rose!!!" Teriak Dito ketakutan, ditambah dia tak dapat melihat sekitar karena kepalnya di kurung kantong plastik hitam. 

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status