Share

3. Salah Paham

Author: Wii
last update Last Updated: 2022-07-14 07:48:57

"Kamu ngapain sih cium dia segala?"

Davie menoleh ke belakang. Naura sudah berdiri sambil memasang raut wajah masam. Pria itu justru sedikit menyeringai diiringi senyuman. Davie pun membalikkan tubuhnya untuk berhadapan dengan wanita itu. "Kenapa? Dia pacar aku. Jadi wajar kalau aku cium dia."

Naura mengernyit. "Pacar?"

"Iya. Apa perlu aku ulangi supaya kamu dengar omongan aku tadi?"

Naura menggeleng. "Itu nggak perlu. Aku dengar kok. Cuma heran aja sama selera kamu sekarang."

"Emangnya kenapa sama selera aku?" tanya Davie seraya mengernyit.

"Selera kamu itu rendahan."

Davie tertawa mendengar ucapan Naura. Ia sudah menduga wanita itu akan menilai Ileana dari penampilannya saja. Inilah yang membuat Davie tidak terlalu peduli dengan masalah Naura tadi. Bisa saja Naura mengarang cerita mengenai suaminya.

"Naura Adisty, mungkin penampilannya kelihatan sederhana. Tapi aku suka," ucap Davie dengan santai.

Naura mengubah raut wajahnya menjadi semakin kesal. Seakan dirinya tidak suka Davie memuji wanita lain. "Tapi, dia nggak lebih baik dari aku, Vie. Kamu buka dong mata kamu. Lihat penampilannya. Stylenya kayak cowok. Bandingkan sama penampilan aku yang lebih elegan. Kalau kamu sama dia, keluarga kamu pasti malu karena punya menantu kayak gitu."

"Apa urusannya sama kamu? Ini urusan aku. Mending kamu urus aja suami sama anak-anak kamu yang ada di rumah. Nggak perlu urusin urusanku. Mau aku sama cewek tomboy atau feminim, itu hak aku. Itu pilihanku. Ngerti?"

"Davie, kamu bakal nyesel loh," ucap Naura. Masih saja berusaha untuk menghasut Davie agar menjauh dari Ileana. "Dia beneran nggak cocok sama kamu. Kamu itu anak orang kaya. Masa nikah sama cewek kayak gitu sih? Nggak seimbang."

Davie mengepalkan kedua tangannya. Rasa sabar itu mendadak hilang. Apalagi ucapan Naura seakan merendahkan status sosial Ileana, wanita yang sangat dicintainya itu.

Tanpa banyak bicara, Davie menarik Naura dan memaksanya untuk keluar dari ruangan. Ia benar-benar tidak bisa memaafkan wanita itu. Padahal awalnya Davie sangat senang bisa bertemu dan mengobrol kembali dengan Naura. Tapi itu tidak lagi berlaku setelah Naura berkata tidak sopan seperti itu.

"Pergi kamu dari sini. Aku udah nggak mau lihat muka kamu lagi," usir Davie. "Dan satu lagi yang harus kamu ingat, Ra. Memang Ilea hanya dari kalangan orang biasa, tapi setidaknya dia nggak murahan yang mau sana-sini."

Davie menutup pintu dengan keras hingga membuat Naura sedikit terkejut. Wanita itu mencoba mengetuk pintu ruangan Davie lagi dan memohon untuk kembali masuk ke dalam. Tapi permintaannya tidak digubris oleh Davie sama sekali.

"Davie, buka dulu pintunya!"

Saat Naura memohon seperti itu, beberapa karyawan yang lewat pun tampak menatapnya dan terdengar bisikan kecil yang terdengar menyudutkan wanita itu. Karena merasa malu, Naura segera berlalu dari tempat itu sambil menghapus airmatanya.

Naura berjalan dengan cepat menuju parkiran mobil. Dan saat menuruni tangga keluar, secara tak sengaja ia menabrak bahu seseorang. Terdengar suara pekikan dari orang yang ditabrak.

"Awh!"

Naura menoleh ke arah orang tersebut. Ternyata orang yang ia tabrak adalah Ileana. Bibirnya menyeringai. "Oh, ternyata kamu toh."

Ileana berdiri sambil memegangi bahunya yang sedikit sakit. Ia menatap Naura. "Kamu cewek yang ada di ruangan Davie kan?"

"Iya, Pelakor."

Ileana melotot. Apa yang baru saja ia dengar? Pelakor? Ileana langsung bertanya, "Maksud kamu apa? Kenapa bilang pelakor? Emang siapa yang aku rebut, hah?"

"Siapa lagi kalau bukan Davie? Kamu pasti pakai pelet kan biar Davie kepincut sama cewek kayak kamu? Lihat aja tampilan kamu. Nggak menarik sama sekali. Kalau aku tawari temen cowokku yang lain, mungkin mereka bakal ketawa dan tinggalin kamu."

Ileana semakin bingung dengan ucapan wanita yang baru dikenalnya itu. "Sumpah ya, aku nggak ngerti kamu lagi ngoceh apa. Maksud dari omongan kamu aja aku nggak ngerti loh. Kamu pernah sekolah kan? Harusnya kamu tahu gimana cara ngomong sama orang yang baru dikenal."

"Menuduh seseorang sebagai pelakor tanpa bukti, bisa dipidanakan loh. Kamu mau aku pidanakan? Di sini ada saksi loh," lanjut Ileana.

Naura langsung melirik ke arah sekitar. Ada banyak mata yang sedang memperhatikan mereka, terutama dirinya. Ileana benar. Di sini ada banyak saksi dan dia menuduh Ileana sebagai pelakor karena dirinya tidak suka wanita itu berdekatan dengan Davie.

Naura melengos dan bergegas pergi dari hadapan Ileana tanpa mengucapkan kata maaf sedikitpun. Seketika ia mendapat sorakan dari karyawan lain yang berujung pada rasa malu dalam diri Naura.

"Sialan! Cewek itu bener-bener ganggu rencana aku. Padahal aku udah buang airmata supaya dapat simpati dari Davie," Naura mengumpat sambil menjalankan mobilnya meninggalkan tempat itu.

Ileana berjalan masuk ke dalam lobi dan tak sengaja ia berpapasan dengan Davie. Ini saat yang tepat baginya untuk meminta penjelasan pada pria itu mengenai ucapan Naura. Dihadangnya langkah Davie sambil merentangkan kedua tangannya. Tatapannya sudah sangat tajam.

"Ada apa? Kamu kangen ya sama aku?"

Ileana mendecih. Kedua tangannya sudah terlipat di atas perut. "Nggak usah kepedean. Aku mau minta penjelasan sama kamu tentang cewek tadi."

"Naura?"

"Siapapun namanya, aku nggak peduli," ucap Ileana dengan lantang. "Yang jelas dia udah tuduh aku sebagai pelakor. Kamu bilang apa ke dia tentang aku? Pasti kamu kan yang udah bikin jelek nama baik aku?"

Davie menaikkan salah satu alisnya. Merasa heran dengan yang diceritakan oleh Ileana. "Pelakor?"

"Iya. Pe-la-kor." Ileana mengeja kata tersebut agar Davie memahaminya.

"Tapi aku nggak ada bahas apapun sama Naura tentang kamu. Kenapa dia sebut kamu pelakor ya? Aku beneran nggak ada ngomong gitu ke dia."

Ileana memutar bola matanya. Merasa lelah menghadapi pria itu. Tanggapan Davie benar-benar membuatnya kesal. "Kalau kamu nggak ada bilang apa-apa, kenapa dia sampai katain aku pelakor? Udah deh nggak usah banyak alasan. Akui aja kalau emang kamu yang fitnah aku."

"Ilea, aku beneran nggak ada fitnah kamu. Ini cuma salah paham," ucap Davie sambil memegang kedua pundah Ileana.

Wanita itu menepis tangan Davie, kemudian berlalu begitu saja dengan perasaan kesal. Davie berusaha mengejar, namun panggilan dari seseorang yang sejak tadi menunggunya di lobi pun membuat langkahnya terhenti. Dengan sangat terpaksa, Davie harus menemui orang tersebut. Dan mungkin setelah ini, Davie akan menemui Ileana untuk menjelaskan semuanya.

***

Setelah selesai berbincang dengan tamunya, Davie bergegas menemui Ileana di ruang engineering Sekilas ia melirik jam tangannya, sudah menunjukkan pukul 12.00 siang. Sudah waktunya untuk makan siang. Ini kesempatan bagus bagi Davie untuk mengajak Ileana mengobrol lebih banyak.

Davie membuka salah satu pintu untuk mencari keberadaan Ileana. Tapi ia tidak menemukan wanita itu. Hanya ada Jian beserta rekan yang lainnya.

"Loh? Pak Davie? Ada apa, Pak?" tanya Jian saat menghampiri Davie.

"Jian, kamu lihat Ilea?"

Jian mengernyit. "Enggak, Pak. Dari tadi nggak ada masuk ke sini. Ini lagi saya tungguin buat makan siang bareng. Ada apa ya, Pak?"

"Oh, nggak ada apa-apa. Cuma ada perlu aja," jawab Davie. "Makasih ya. Silakan dilanjut istirahatnya."

Jian mengangguk diiringi senyuman. "Baik, Pak."

Davie bergegas pergi dari tempat itu untuk mencari keberadaan Ileana. Kemana perginya wanita itu? Jelas sekali Davie melihatnya pergi menuju ruangan engineering. Tapi saat dicari, ternyata tidak ada di sana.

"Jangan-jangan dia pulang waktu aku lagi sibuk ngobrol sama Pak Tara tadi," gumam Davie.

Pria itu mengambil ponsel yang ada di saku celana, kemudian memanggil nomor Ileana. Tapi sayang, nomor Ileana justru tidak aktif. Davie merasa putus asa. Apa yang sudah dilakukan oleh Naura? Mengapa wanita itu mengatai Ileana sebagai pelakor?

"Pak Davie."

Davie sedikit terkejut lalu menoleh ke belakang. Ternyata salah satu pihak keamanan yang memanggilnya. "Ada apa, Pak Jono?"

"Bapak lagi cari Mbak Ilea?"

Davie mengangguk antusias. "Iya, Pak. Bapak tahu dia dimana?"

"Tadi saya lihat Mbak Ilea naik lift ke lantai paling atas, Pak. Dia duduk di balkon. Kayaknya lagi murung, Pak. Mau saya samperin, takutnya Mbak Ilea marah," ucap Jono.

"Oh, ya udah, biar saya aja yang samperin. Makasih ya infonya, Pak."

Jono mengangguk. "Iya, sama-sama, Pak."

Davie bergegas masuk ke dalam lift menuju lantai paling atas kantor tersebut. Ia takut Ileana melakukan hal yang mengerikan karena masalah ini. Ia harus bisa menenangkan wanita itu.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Maria Madhury
semangat minta maafnya davie...
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Dikejar Cinta Human Resource Manufacturing   102. Hikmah Dibalik Semua Musibah

    20 tahun kemudian….Braga keluar dari rutan sambil membawa tas berisi pakaian dan peralatan mandinya. Setelah 20 tahun lamanya berada di penjara, akhirnya hari ini, Braga bisa menghirup udara bebas.Tampak dari sisi gerbang rutan, seorang wanita, berusia kurang lebih 25 tahun, melambaikan tangan ke arah Braga. Wanita itu sudah terlihat sukses saat ini.Braga tersenyum manis sambil menghampiri wanita itu. Dipeluknya wanita itu dengan penuh cinta dan kasih sayang."Akhirnya Papa bebas juga."Wanita itu adalah Nisaka. Ia sudah tumbuh menjadi anak yang dewasa dan mandiri. Di usianya yang ke 25 tahun, Nisaka sudah memiliki rumah dan mobil berkat kerja kerasnya selama ini. Dukungan Davie dan Ileana juga sangat berpengaruh pada karirnya."Iya, Nak. Alhamdulillah, Papa bisa bebas sekarang. Papa nggak nyangka, kamu udah sebesar ini, Nak. Kamu juga udah sukses sekarang," ucap Braga sambil melepas pelukannya dan menatap wajah Nisaka.Nisaka tersenyum. "Alhamdulillah, Pa. Nisa bisa sampai di titi

  • Dikejar Cinta Human Resource Manufacturing   101. Reuni SMA

    6 tahun kemudian….Davie bersama Adinda yang sudah berusia 6 tahun bermain di taman kota, ditemani oleh Ileana dan Nisaka. Sedangkan Bi Tuti sudah meninggal setahun yang lalu, bersamaan dengan meninggalnya Khairil di dalam tahanan karena bunuh diri.Saat itu, Khairil mengalami depresi karena tidak tahan menjalani hukuman di dalam penjara. Ia memutuskan untuk gantung diri di dalam tahanan. Tahun lalu merupakan tahun terburuk bagi Davie dan Ileana. Mereka harus kehilangan dua orang yang disayang sekaligus. Bi Tuti sudah seperti orang tua sendiri bagi Davie dan Ileana. Setelah kehilangan Bi Tuti, Davie dan Ileana sempat terpuruk. Ditambah lagi ada berita tentang Khairil yang juga tewas gantung diri.Tapi semua itu bisa mereka lewati seiring berjalannya waktu. Mereka baru saja mengunjungi Braga dan Nisaka yang sudah beranjak remaja itu pun semakin memahami kondisi Braga saat ini."Tante," panggil Nisaka setelah selesai berlarian dengan Adinda."Iya, Nisa. Ada apa?" tanya Ileana."Nisa mau

  • Dikejar Cinta Human Resource Manufacturing   100. Adinda Putri Valerian

    Tiga minggu setelah selesai dengan urusan pernikahan Karina dan Jian, Davie mengajak Ileana untuk kembali ke Jakarta. Sedangkan Karina dan Jian masih akan menetap di Bandung untuk beberapa bulan.Davie dan Ileana sudah berpamitan dengan keluarga besar Karina dan Jian. Mereka pulang ke Jakarta menggunakan pesawat.Dan sekitar beberapa jam, mereka tiba di Jakarta. Davie dan Ileana masuk ke dalam taksi yang akan membawa mereka pulang ke rumah.Sesampainya di depan rumah, Nisaka langsung menghampiri mereka. Nisaka sangat merindukan Om dan Tantenya itu. Bi Tuti juga memasakkan makanan spesial untuk menyambut Davie dan Ileana. Mereka makan bersama setelah Davie dan Ileana selesai membersihkan diri."Nisa, kamu mau ikut Om jalan-jalan nggak?" tanya Davie setelah selesai makan."Mau sih, Om. Tapi Om kan baru pulang. Nanti capek loh.""Nggak masalah. Om mau ngajak kamu ke suatu tempat. Kamu pasti seneng.""Boleh deh kalau gitu. Tante juga ikut, kan?" tanya Nisaka pada Ileana.Ileana langsung m

  • Dikejar Cinta Human Resource Manufacturing   99. Garis Dua

    "Oh iya, gimana sama Braga?" tanya Karina setelah melepas pelukannya pada Ileana.Ileana menghela napas panjang. Haruskah ia mengingat kembali nama itu? Ia masih belum sepenuhnya memaafkan kesalahan Braga, meskipun Braga sudah berusaha untuk menebus semuanya. Tapi tetap saja, luka itu masih terasa sampai sekarang."Dia bilang mau nyerahin diri ke polisi. Surat tanah dan rumah punya mendiang Ayah juga udah dibalikin ke aku. Sebelum Ayah meninggal, Braga sempat ketemu sama Nisaka di taman. Mereka main bareng, terus berpisah lagi. Dan di hari yang sama, aku kehilangan Ayah," ucap Ileana lirih.Karina mengusap punggung tangan Ileana. Berniat menenangkannya. "Aku bisa ngerti perasaan kamu. Aku juga mau minta maaf karena sempat dengar obrolan kamu sama Davie. Dari situ, aku sengaja cari tahu soal Braga, siapa dia sebenarnya, dan apa pekerjaannya. Aku sempat kaget waktu baca kasus pembunuhan yang dia lakuin sama Kakak kamu.""Terus, dia juga udah banyak nipu orang. Uang yang dia dapat itu da

  • Dikejar Cinta Human Resource Manufacturing   98. Gimana Sama Braga?

    Sepulang dari Bogor, Ileana merasakan nyeri yang teramat dahsyat di area perutnya. Ileana sampai membungkuk untuk berjalan masuk ke rumah."Sayang, kamu kenapa?" tanya Davie cemas."Nggak tahu, Mas. Perut aku sakit banget."Davie bisa melihat bulir-bulir keringat sudah bermunculan di kening Ileana. Segera ia menggendong Ileana masuk ke dalam rumah. Merebahkan tubuhnya di atas kasur.Tapi hal yang paling mengejutkan adalah, noda darah di bagian bawah gamis yang dikenakan Ileana saat ini. Noda darah itu begitu banyak dan kental."Sayang, kok baju kamu banyak darah gini?" tanya Davie.Ileana tidak merespon. Davie pun menatap wajah sang istri yang sudah pucat dan tak sadarkan diri. Hal itu tentunya menimbulkan kepanikan tersendiri bagi Davie. Ada apa ini?"Bi! Bi Tuti!" teriak Davie memanggil Bi Tuti.Bi Tuti yang mendengar teriakan Davie pun bergegas masuk ke dalam kamar. "Ada apa, Mas Davie?""Bi, ini Ileana pingsan. Terus ada darah di gamisnya," jawab Davie panik."Ya Allah! Cepat diba

  • Dikejar Cinta Human Resource Manufacturing   97. Takdir Yang Harus Dijalani

    Malam hari, pukul 20.00 malam, Ileana masih termenung sambil duduk di kursi taman. Pemakaman Ikhwan sudah ia laksanakan sebelum hari gelap. Bahkan ia tak sempat menghubungi keluarga Ikhwan yang lainnya, kecuali Aldi dan Diana. Itupun karena Davie yang berinisiatif menghubungi mereka.Ileana seperti tidak memiliki semangat hidup saat ini. Kepergian Ikhwan masih menjadi mimpi baginya. Tidak menyangka akan secepat ini terjadi. Impian hidup bahagia bersama Ikhwan, Davie dan Nisaka lenyap sudah. Padahal Ileana sudah berhasil mengambil surat-surat penting itu dari Braga. Sampai harus mengorbankan Davie untuk sesaat demi Ikhwan."Ayah…." lirihnya.Sedangkan dari arah pintu masuk, Davie berdiri menatap sang istri yang duduk membelakanginya. Davie bisa merasakan kesedihan istrinya saat ini."Om."Davie menoleh ke samping kanan. Ternyata Nisaka juga ikut memandangi Ileana. "Kamu kok belum tidur, Nisa?""Nisa nggak bisa tidur, Om. Kepikiran sama Tante Ilea. Tante kelihatan sedih banget, Om," uja

  • Dikejar Cinta Human Resource Manufacturing   96. Ada Pertemuan, Ada Perpisahan

    Seharian ini, Nisaka tampak bahagia karena bisa bermain bersama Braga di taman hingga menjelang sore. Braga pun pamit sambil menitipkan Nisaka pada Davie dan Ileana. Braga juga meminta maaf untuk kesekian kalinya pada pasangan suami istri itu."Titip dia ya, Ilea, Davie. Gue cuma percaya sama kalian," ucap Braga."Iya, Ga. Dia aman sama kita," kata Davie."Makasih banyak ya. Gue pamit sekarang."Davie hanya mengangguk dan membiarkan Braga pergi. Sedangkan Ileana tidak berkata apapun. Ia hanya diam sambil menatap kepergian Braga. Setelah itu, dipeluknya Nisaka yang menangis karena Braga pergi."Nisa, kamu yang sabar ya. Nanti kalau urusan Papa kamu selesai, dia pasti bakal balik lagi," ujar Ileana menguatkan."Iya, Tante. Nisa bakal nunggu Papa.""Ya udah, sekarang kita jemput Kakek yuk!" ajak Davie penuh semangat.Ileana melepas pelukannya pada Nisaka dan bergegas menuju ke mobil untuk menjemput Ikhwan. Perjalanan kali ini akan sedikit jauh. Itu sebabnya Davie sudah membeli beberapa m

  • Dikejar Cinta Human Resource Manufacturing   95. Pertemuan Yang Menyedihkan

    "Nisa, Om mau bicara sebentar."Nisaka menatap Davie dengan senyum terkembang. Saat ini, hatinya sedang bahagia karena bisa melihat wajah sumringah Davie setelah bertemu kembali dengan Ileana."Om mau ngomong apa?"Davie mengelus kepala Nisaka, lalu menjawab, "Kita bicara di taman aja ya. Soalnya ini pembicaraan serius.""Oh, oke."Nisaka berdiri dan melangkah, mengikuti Davie menuju taman di halaman depan rumah. Mereka duduk bersebelahan di kursi taman bercat putih."Nisa, sebelumnya, Om minta maaf karena baru ngasih tahu kamu hari ini. Om harap, kamu bisa nerima dan nggak marah ya," ucap Davie sebelum memulai percakapan seriusnya."Iya, Om."Davie menghembuskan napas panjang dan memulai ceritanya. "Siang ini, kamu ikut Om sama Tante ke taman kota ya. Ada yang mau ketemu sama kamu.""Siapa, Om?""Hhh!" Davie diam sejenak. Sedikit takut untuk mengatakan semuanya pada Nisaka. "Kamu ingat cowok yang narik kamu waktu itu?" tanyanya kemudian."Ingat. Memangnya kenapa, Om?""Ehm, dia itu …

  • Dikejar Cinta Human Resource Manufacturing   94. Merelakan

    Keesokan harinya, pukul 07.00 pagi, Ileana memasukkan barang-barang Davie ke dalam tas berukuran sedang. Mereka bersiap untuk pulang ke rumah karena kondisi Davie sudah mulai stabil.Davie memperhatikan sang istri yang sibuk mengurus perlengkapannya. Ia sama sekali tidak diberi izin untuk membantu. Padahal Davie sudah merasa sehat."Udah semua ini kan, Mas?" tanya Ileana sambil memperhatikan setiap sudut ruangan."Udah semua, Sayang. Nggak banyak kok barang yang dibawa. Cuma itu aja," jawab Davie."Ya udah, kita pulang sekarang ya. Kebetulan taksi online-nya udah nunggu di parkiran.""Iya, Sayang."Davie membawa tas itu di tangan kanannya, sementara tangan kiri menggenggam tangan kanan Ileana. Mereka berjalan beriringan. Seluruh biaya rumah sakit sudah diselesaikan.Tapi suara panggilan dari arah belakang membuat mereka terpaksa menghentikan langkah. Keduanya menoleh bersamaan dan mendapati Braga sedang berjalan ke arah mereka sambil mendorong tiang infus dengan tangan kanannya. Sedan

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status