Share

5. Kabar Burung

Ileana berjalan menuju ruang engineering. Wanita itu baru saja selesai makan siang bersama Davie. Davie berniat mengantarnya sampai ke ruang engineering, namun Ileana menolak dengan tegas agar pria itu tidak memaksa. Di sepanjang lorong menuju ruang engineering, terlihat beberapa karyawan saling memberi tatapan aneh pada Ileana. Awalnya, Ileana hanya diam dan mengabaikan mereka. Tapi lama kelamaan, tatapan itu berubah menjadi sebuah sindiran pedas untuknya, terutama di kalangan karyawan wanita.

Tatapan menelisik serta sindiran yang diberikan membuat telinga Ileana semakin panas. Kedua tangannya sudah mengepal karena kesal. Tapi masih berusaha untuk mengabaikan mereka. Hingga tiba saatnya ia dihalangi oleh dua orang wanita. Padahal Ileana hampir tiba di depan ruang engineering.

Dengan sangat terpaksa, Ileana berhenti dan menatap dua wanita berjas hitam itu. Ditatapnya mereka dari ujung rambut hingga ujung kaki. Ileana dengan gaya tomboynya itu terlihat memberi tatapan menantang sambil mengunyah permen karet di mulutnya. Itu sudah menjadi kebiasaan Ileana selama ini.

"Heh, Ilea, kamu tuh ngaca dong!" Salah satu wanita mulai berbicara sambil menunjuk wajah Ileana, "Kamu itu nggak usah kecentilan sama Pak Davie deh. Nggak cocok. Kamu cocoknya sama anak-anak produksi yang dekil dan bau oli. Nggak pantes banget cewek oli kayak kamu jalan sama Pak Davie yang super duper wangi, ganteng dan kaya raya."

"Iya bener. Kamu lebih cocok jadi pembantunya sih," sahut wanita satunya.

Ileana menyeringai sambil mendecih. Sudah ia duga, kabar burung itu akan segera menyebar, meskipun dirinya hanya sekadar makan siang dengan Davie. Ileana akui, dirinya memang tidak pantas untuk pria itu dan Ileana memang tidak menyukai Davie. Dari awal ia masuk ke perusahaan itu, Davie-lah yang selalu mengejarnya. Padahal Ileana sudah berulang kali menolak. Tapi perasaan memang tidak bisa dipaksa harus menghilang dalam waktu singkat.

Jika memang Davie benar-benar menyukainya, haruskah Ileana memaksa pria itu untuk membencinya? Tentu tidak semudah yang dibayangkan. Cinta itu adalah anugerah yang tumbuh dalam hati manusia. Murni tanpa adanya unsur kesengajaan. Jadi, Ileana tidak bisa menghilangkan rasa itu dari hati Davie begitu saja. Biarkan Davie yang melakukannya sendiri tanpa paksaan siapapun.

"Heh, jangan diam aja kamu!" Wanita yang pertama kali berbicara pada Ileana, tiba-tiba saja mendorong tubuh Ileana. Untung saja tubuh Ileana masih bisa berdiri dengan seimbang.

Ileana membersihkan kedua bahunya yang tersentuh oleh wanita itu. Menyindir dengan cara halus. "Maaf ya, cewek-cewek yang bersih dan wangi. Aku emang kelihatan kotor di mata kalian. Tapi di mata orang yang tepat, aku bakal kelihatan bersih. Permisi."

Ileana berjalan di tengah dua wanita itu dan sengaja menyenggol mereka untuk menyingkir. Segala umpatan dan cacian pun Ileana dengan dari dua wanita itu, namun ia tetap mengabaikannya. Ileana membuka pintu ruang engineering, setelah itu menutupnya dengan keras. Sampai Jian yang sedang bermain game terkejut dan hampir menjatuhkan ponsel di tangannya.

"Buset dah!" Jian mengumpat sambil mengelus dada. Ditatapnya Ileana yang sudah duduk di hadapannya dengan wajah masam. "Lo kalau nutup pintu pelan dikit dong. Gue sampai kaget kayak gini. Untung jantung gue masih sehat."

"Berisik."

"Dih, kok lo yang sewot? Harusnya gue yang sewot," protes Jian tidak terima.

Ileana hanya mendengus lalu menangkupkan wajahnya di atas meja. Bahunya mulai bergetar karena saat ini Ileana sedang menangis. Biasanya ia akan tahan dengan segala cacian orang. Tapi tidak untuk kali ini. Ileana seakan lelah dengan kehidupannya yang begitu rumit dan terlalu banyak tekanan di sekelilingnya.

Jian yang menyadari Ileana menangis pun langsung meletakkan ponselnya di atas meja dan menatap Ileana yang masih menutupi wajahnya di atas meja. Jian mencoba menggoyangkan lengan Ileana sambil bertanya, "Ilea, lo kenapa? Kok nangis?"

Ileana hanya menggeleng sambil tetap menangis. Isakan tangisnya terdengar begitu pilu di telinga Jian. Pria yang sudah lama mengenal Ileana itupun merasa iba dan berusaha untuk mengerti.

"Kalau lo ada masalah, cerita aja sama gue. Jangan dipendam sendirian," ucap Jian.

Karena tidak mendapatkan respon apapun, Jian memilih diam dan melihat ponselnya. Ia masih tetap berada di sana untuk menemani Ileana meskipun harus mendengar isakan tangis Ileana.

Jian membuka akun sosial medianya dan terkejut melihat berita mengenai Ileana yang berkencan dengan Davie menyebar di salah satu grup W******p. Jadi, perusahaan itu memiliki sebuah grup W******p untuk memberikan informasi penting seputar perusahaan serta memberikan laporan secara online jika memang ketua dari perusahaan itu berhalangan hadir.

Dan saat ini, Jian tengah membaca kabar burung yang sudah menyebar di grup tersebut. Jian menatap ke arah Ileana yang masih menangis dan mulai menyadari apa yang terjadi pada wanita itu. Jian yang kesal lantas menggenggam erat ponselnya, kemudian berjalan keluar dari ruangan itu. Ditemuinya salah satu wanita yang menyebarkan berita itu di W******p. Wanita itu bernama Tiara. Dia bekerja di bagian resepsionis.

Jian menggebrak meja resepsionis hingga membuat Tiara terkejut setengah mati. Tiara menatap Jian dengan tajam. "Apa-apaan sih?! Bikin kaget aja!"

"Lo yang apa-apaan!" tunjuk Jian dengan tatapan tajamnya dan suara yang lantang. "Maksud lo apa nyebarin gosip murahan kayak gitu di grup perusahaan, hah?! Kalau mau menjatuhkan Ilea, jangan kayak gitu caranya! Murahan!"

"Kamu tuh...."

"Apa?!" tantang Jian saat Tiara ingin melawannya. "Lo pikir, gue takut sama lo, hah?! Gue nggak pernah takut sama siapapun di kantor ini, termasuk lo! Sekarang, lo hapus berita bodoh itu dan lo harus minta maaf sama Ilea di depan semua karyawan perusahaan ini! Kalau enggak, lo bakalan gue aduin ke Pak Davie dan lo bakal dipecat."

Bukannya takut dengan ancaman Jian, Tiara justru mendecih sambil berdiri dengan tangan terlipat di atas perut. "Tanpa lo kasih tahu ke Pak Davie, dia juga udah tahu dan mungkin mulai sadar kalau si Ilea itu emang nggak pantes buat dia. Cewek kotor dan bau oli gitu berharap disukai sama pangeran tampan? Cih! Suruh dia ngaca dulu sebelum menghayal."

Saat Jian ingin menanggapi ucapan Tiara, Davie muncul di hadapan Jian. Pria berparas tampan dan selalu mendapat perhatian dari para wanita itu langsung menatap Tiara dengan tatapan dingin dan mengerikan. Bahkan mampu membuat Tiara menunduk ketakutan.

"Saya udah baca isi berita nggak penting yang kamu sebarin di grup. Grup itu dibuat bukan untuk bergosip atau menyebar berita bohong. Grup itu dibuat bertujuan untuk memudahkan kalian mengirimkan laporan penting jika atasan berhalangan hadir. Saya pergi sama Ilea cuma untuk makan siang, bukan untuk yang lain-lain. Dan karena kamu udah sebarin berita buruk ini, saya bakal kasih kamu SP satu. Kalau diulangi lagi, kamu bakal tahu akibatnya," ucap Davie lalu berlalu dari hadapan Jian dan Tiara.

Jian menyeringai dan berkata, "Lo lihat, kan? Siapa yang lebih kuat pengaruhnya di mata Pak Davie? Lo atau Ilea? Harusnya bisa lo nilai sendiri. Kalau gue jadi lo, gue udah malu dan bakal resign dari kantor ini. Permisi."

Jian beranjak pergi sementara Tiara mendecak kesal karena keinginannya menjatuhkan Ileana tidak berhasil dengan mudah. Tiara memang sangat menyukai Davie dan terus berusaha mendekati pria itu. Tapi Tiara selalu mendapat respon dingin. Tidak seperti Ileana yang selalu mendapatkan tatapan hangat dari Davie.

Wii

Halo semua. Mohon dukungannya untuk cerita ini ya. Jangan lupa vote dan komentar. Kritik dan saran bakal diterima kok. Terima kasih đź’•

| Sukai

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status