Share

Dikejar Kembali oleh Tunangan Aroganku
Dikejar Kembali oleh Tunangan Aroganku
Author: Jiriana

Bab 1 Malam Panas

“Ah …”

Suara desahan wanita serta napas menderu dari pasangan muda itu kini memenuhi kamar hotel.

“Apa kau tidak akan menyesali ini, Lucia?” tanya pria tampan yang sedang sibuk meninggalkan jejak merah di leher jenjang milik sang wanita. Tercium aroma alkohol yang kuat dari mulutnya saat dia berbicara.

Kungkungan pria pemilik nama Dean Anderson itu membuat Lucia tak memiliki ruang untuk bergerak. Belum lagi kecupan-kecupan yang diberikannya, mengakibatkan sang wanita seolah larut ke dalam perbuatan panas mereka.

“Ti—tidak,” jawab Lucia tersipu. Jemari wanita itu menyisir rambut hitam sang pria.

Mendengar persetujuan dari Lucia, Dean tak menunggu waktu lama, dan segera menyentuh wanita itu lebih jauh.

Manik segelap malam serta senyuman tipis dari sang pria membuat Lucia semakin terhanyut dalam pesona Dean. Bisa jadi, itu juga alasan mengapa Lucia percaya dengan Dean untuk menjadi tunangannya.

Samar-samar Lucia merasakan sekujur tubuhnya meremang ketika tangan hangat Dean menyentuh tubuhnya.

“Percayalah padaku, Lucia. Kau akan menikmatinya,” bisik Dean dengan suara paraunya.

Detik selanjutnya, Lucia merasakan gelenyar aneh ketika bibir Dean mulai mendarat di bibirnya. Sentuhan lembut itu bibirnya begitu memabukkan membuat Lucia merasakan gelombang panas di tubuhnya semakin besar dan tidak terkendali.

Sentuhan demi sentuhan terus tercipta hingga sekujur tubuhnya seperti terbakar, nampaknya efek obat di dalam tubuhnya bekerja lebih cepat dari sebelumnya.

Kamar yang semula dingin dan hening, perlahan menjadi panas dan penuh gairah. Setelah itu, Lucia tidak tahu apa yang terjadi pada tubuhnya.

Waktu pun terus berlalu, hingga pada akhirnya terdengar suara lenguhan panjang dari mulut Dean dan Lucia setelah mencapai puncak bersama-sama.

Tetesan peluh Dean nampak mengenai wajah Lucia yang masih berada di bawahnya ketika sedang mengatur napas yang tersengal-sengal akibat aktifitas yang baru saja mereka lakukan. Setelah napasnya berangsur normal, Dean menarik diri lalu berbaring ke sebelah Lucia, kemudian menarik tubuh wanita itu ke dalam dekapannya.

*****

Kring!

Dering alarm dari ponselnya seketika membuat Lucia membuka matanya. Wanita itu mengerutkan keningnya, mencoba mengingat-ingat apa yang terjadi semalam yang membuat dirinya tak mengenakan sehelai benangpun di tubuhnya.

Detik berikutnya, matanya langsung terbelalak ketika bayangan semalam melintas di benaknya. Dia baru ingat, semalam, dia melepaskan keperawanannya kepada tunangannya sendiri!

Seketika, adegan demi adegan terus berputar di pikirannya hingga membuat wajahnya memerah. Dia menutup wajah dengan kedua telapak tangannya karena merasa sangat malu, tidak menyangka kalau dirinya dan Dean melakukan itu semalam.

Setelah berhasil mengusir bayangan-bayangan itu, Lucia akhirnya menyapu ke seluruh kamar dengan pandangannya. “Dean?”

Setelah wanita itu tidak mendapati Dean di manapun, Lucia bangun dari tidurnya, menyingkap selimut dan berniat untuk turun dari ranjang. Namun, belum sempat wanita itu menggerakkan seluruh tubuhnya, Lucia tiba-tiba merasakan sakit pada intinya.

“Aw!” rintihnya.

Saat akan turun dari tempat tidur, matanya tidak sengaja melihat bercak merah terang menempel di seprai berwarna putih. Bercak merah itu sebagai tanda kalau dia sudah menyerahkan dirinya seutuhnya pada pria yang sangat dia cintai.

“Dean, apa kau di kamar mandi?” Lucia memanggil tunangannya setelah membungkus tubuhnya kembali dengan selimut.

“Dean!” Lucia meninggikan suaranya karena tidak mendapatkan sahutan apa pun dari pria itu.

“Ke mana dia?” gumam Lucia dengan dahi berkerut. “Apa dia sedang sarapan di bawah?”

Saat Lucia larut dalam pikirannya, tiba-tiba saja ponselnya berbunyi. Dia meraih ponsel yang berada di atas nakas kemudian mengangkat panggilan telepon tersebut.

Terdengar suara wanita paruh baya menyapa indra pendengaran Lucia ketika benda pipih berwarna hitam itu menempel di telingannya.

"Lucia, kau di mana? Kenapa tiba-tiba menghilang saat pesta semalam?"

Lucia membenahi selimut untuk menutupi seluruh tubuhnya lalu berkata, "Bu, tunggu aku pulang. Nanti aku jelaskan."

"Baiklah. Segera pulang. Ayahmu mencarimu sejak semalam."

"Iya."

Lucia menyudahi pembicaraan dengan ibunya, lantas menghubungi Dean. Tiga kali dia menghubungi pria itu, tapi tak ada satu pun panggilan yang dijawab oleh Dean. Lucia memutuskan untuk mengirimkan pesan padanya kemudian berjalan menuju kamar mandi. Dia harus segera pulang setelah membersihkan dirinya.

"Kau dari mana saja?" Ibu Lucia menarik tangan anaknya menuju ruangan kerja suaminya, tidak ingin suaminya mendengar percakapan mereka berdua. "Apa kau tahu ayahmu hampir saja melaporkan berita kehilanganmu pada polisi karena kau tiba-tiba menghilang?"

Lucia duduk di sofa dengan wajah lesu diikuti oleh ibunya. Semalam, orang tuanya memang menghubunginya. Namun, Lucia abaikan. "Aku bersama Dean semalam, Bu. Dia sedang tidak sehat jadi aku menemani di apartemennya."

Mendengar itu, perasaan ibunya menjadi lega. Jika putrinya bersama dengan Dean, tidak ada yang perlu dicemaskan lagi. "Kenapa tidak bilang? Jika ibu tahu kau dengan Dean, ibu tidak akan khawatir."

Wajah Lucia mendadak muram. "Maafkan aku, Bu. Aku lupa memberitahumu karena khawatir dengan keadaan Dean."

"Bagaimana keadaan Dean sekarang?" tanya Nyonya Helia, raut wajahnya terlihat cemas.

Nyonya Helia hampir saja melupakan keadaan calon menantu idamannya itu. Siapa pun pasti sangat senang memiliki menantu seperti Dean yang berasal dari keluarga paling kaya di kota Y. Banyak keluarga kaya yang ingin menjadikannya menantu, selain karena tampan dan kaya, Dean juga berasal dari keluarga yang sangat dihormati banyak orang.

"Dia baik-baik saja sekarang, Bu."

"Bagus kalau begitu." Ibu Lucia pun merasa lega. Namun, saat melihat wajah lesu putrinya, dia pun mengernyit kemudian bertanya dengan heran. "Kenapa wajahmu terlihat lelah?"

Tidak ingin ibunya curiga, Lucia segera merubah mimik wajahnya menjadi tersenyum, meskipun itu hanya senyuman tipis. "Aku hanya kurang tidur karena menjaga Dean semalam, Bu."

"Kalau begitu lebih baik kau istirahat."

Lucia mengangguk lemah lalu berdiri. Ketika melihat cara berjalan anaknya sedikit aneh, Ibu Lucia mengerutkan keningnya. "Lucia, ada apa denganmu? Kenapa kau berjalan seperti itu?"

Lucia seketika menghentikan langkah kakinya dengan tubuh menegang. Wajahnya langsung pucat pasi dan jantungnya berdebar kencang karena takut ibunya mengetahui kejadian semalam. Meskipun mereka sudah bertunangan dan sebentar lagi akan menikah, tapi tetap saja orang tuanya akan kecewa kalau mengetahui kejadian semalam.

"Apa terjadi sesuatu denganmu dan Dean semalam?" tatap Ibu Lucia penuh selidik sambil menghampiri anaknya yang sedang berdiri memunggunginya.

Sekujur tubuh Lucia mendadak menjadi dingin ketika ibunya sudah berdiri di hadapannya. "Aku ... semalam aku tidak sengaja terjatuh di kamar mandi Dean, Bu. Kakiku terkilir, maka dari itu aku berjalan seperti ini."

"Benarkah?"

Melihat tatapan memicing dari ibunya, Lucia mencoba untuk meyakinkan ibunya kembali. Ibunya tidak boleh tahu mengenai kejadian semalam. "Bu, aku sungguh tidak apa-apa. Tidak terjadi apa pun antara aku dan Dean."

"Baiklah. Ibu percaya."

Usai berbicara dengan ibunya, Lucia naik ke kamarnya. Dia langsung berjalan menuju kamar mandi untuk berendam. Intinya masih terasa sakit dan tubuhnya terasa sangat pegal jadi dia memutuskan untuk berendam untuk membuat tubuhnya menjadi rileks.

Satu jam berlalu, Lucia akhirnya keluar dari kamar mandi. Dia mengeringkan rambutnya setelah itu berbaring di ranjang. Tangannya terulur menggapai ponselnya yang berada di atas nakas dan memeriksa ponselnya. Ternyata ada satu pesan dari Dean.

[Aku keluar kota selama 2 hari. Jangan mencariku ataupun menghubungiku]

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status