Share

Bab 4 : Menerima Penawaran Kaivan

“Pagi semuanya,” sapa Khayra saat baru saja sampai di kantor. 

 “Pagi, Ra,” jawab rekan-rekannya yang lain.

 Khayra menoleh ke dalam ruangan Kaivan di mana pria itu sudah duduk manis di singgasananya dengan sorot mata tajam mengarah pada Khayra.

 Khayra langsung memalingkan wajahnya dan menduduki kursi.

 “Hari ini katanya akan ada yang di minta ke area,” bisik Sunny.

 “Kenapa? Apa ada masalah jaringan?” tanya Khayra.

 “Tidak ada, hanya ada, katanya akan ke proyek,” jawab Sunny.

 “Paling Cecep lagi yang diajak, kan?” tanya Khayra.

 “Aku tidak tahu,” jawab Sunny.

 “Khayra, ke ruangan saya,” panggil Kaivan.

 Khayra dan Sunny saling memberi kode lewat mata. Khayra bingung kenapa dia yang dipanggil, biasanya yang menemani Kaivan ke area adalah Cecep.

 “Bapak memanggil saya?” tanya Khayra saat sudah berada di dalam ruangan Kaivan.

 Kaivan melihat ke arah Khayra dengan intens. “Kamu ikut saya ke area,” ucap Kaivan.

 “Kenapa saya?” tanya Khayra terlihat bingung.

 “Memangnya kenapa kalau kamu? Kamu mau bantah perintah managermu?” tanya Kaivan dengan sorot mata tajam.

 “Bukan begitu, biasanya Cecep yang nemenin Bapak,” ucap Khayra.

 “Kok aku risih banget ya, denger cara kamu manggil aku Bapak.” Khayra kebingungan mendengar penuturan Kaivan barusan.

 “Tidak mungkin saya memanggil anda, Aa Ivan, kan, di sini?” ejek Khayra.

 “Sudahlah, cepat bersiap. Kita berangkat lima menit lagi,” ucap Kaivan.

 Akhirnya, tanpa membantah lagi, Khayra pun beranjak pergi keluar dari ruangan Kaivan.

 “Kenapa?” tanya Sunny.

 “Aku diminta untuk menemani Pak Kaivan ke area,” jawab Khayra dengan wajah ditekuk. 

 “Tumben kamu, bukannya biasanya karyawan cowok yang diajak? Langganan kan si Cecep,” ucap Sunny.

 “Entahlah, lagi badmood sama si Cecep kali. Entah mau ngerjain aku,” keluh Khayra membuat Sunny terkekeh.

 “Sabar, ya. Siapkan mental dan tebalkan telingamu, saat mendengar amukannya,” kekeh Sunny yang hanya dijawab dengan kedikan bahu oleh Khayra. 

 “Khair, cepat!” ucap Kaivan yang sudah berjalan keluar ruangan.

 “Huh, dasar Mr. Bossy!” gerutu Khayra dan mengejar Kaivan.

 “Pak, tunggu!” teriak Khayra saat pintu lift akan tertutup. Tidak lama, pintu terbuka dan menampakkan sosok Kaivan yang sendirian di dalam lift.

 “Ck, dasar kura-kura, lamban.”

 Khayra masuk ke dalam lift dengan penuh kekesalan. “Dasar kuda zebra,” gerutu Khayra.

 “Kamu login web perusahaan dan akses ke akun divisi kita. Di sana ada tulisan proyek. Buka itu, dan nanti kamu isi semua laporannya,” perintah Kaivan.

 “Iya,” jawab Khayra.

 “Harusnya kamu senang aku ajak keluar kantor. Anggap hiling setelah ditinggal menikah,” ucap Kaivan yang berbicara tanpa perasaan.

 Ting!

 Pintu lift terbuka dan dia berjalan mengikuti Kaivan keluar dari lift. Mereka berada di parkiran basemen dan langsung menuju mobil Kaivan terparkir.

 Di dalam mobil, keduanya sama-sama bungkam, tidak ada yang membuka suara. Sampai akhirnya terdengar suara perut Khayra, dan itu membuat wajah Khayra memerah karena malu. Bisa-bisanya, di tengah kemacetan, dalam keheningan, suara perutnya menjadi terdengar kencang.

 Kaivan menahan senyumnya. “Kamu gak makan berapa hari? Ternyata efek putus cinta separah ini, ya?” seru Kaivan membuat Khayra mendelik ke arahnya.

 “Kalau tidak mau membelikan makanan untukku, tidak perlu mengkritik,” sindir Khayra.

 “Baiklah, bagaimana pun aku bos yang peduli pada timnya. Jadi, kamu mau makan apa?” tanya Kaivan.

 “Bukannya kita akan pergi ke tempat proyek, nanti terlambat,” ucap Khayra karena tidak mau mengganggu pekerjaan mereka.

 “Ada waktu 30 menit, kita bisa makan dulu sebelum ke proyek. Kamu mau makan apa, Kura-kura?” tanya Kaivan.

 “Kenapa sih kamu senang banget ganti-ganti nama orang?” seru Khayra sangat kesal.

 “Kalau kita sudah menikah, aku akan memanggilmu Neng Khayr, bagaimana?” tanya Kaivan benar-benar pelawak berkedok papan triplek.

 “Siapa yang mau menikah denganmu?” cibir Khayra. “Aku takut setelah menikah denganmu, tubuhku akan kurus kering karena keseringan dibentak,” ucap Khayra. 

 Kaivan terkekeh mendengar ucapan Khayra. “Kamu belum mengenalku,” ucap Kaivan yang membawa mobilnya ke arena restoran yang buka pagi untuk sarapan. 

 “Ayo turun, ada banyak menu di sini untuk sarapan,” ucap Kaivan yang sudah turun dari mobil lebih dulu.

 Khayra mengikuti Kaivan memasuki restoran tersebut yang sudah penuh dengan orang-orang yang menikmati sarapannya. 

 “Mau pesan apa?” tanya Kaivan saat Khayra membuka buku menu.

 “Kayaknya mau nasi kuning saja, telurnya mau telur dadar saja, jangan balado,” ucap Khayra. 

 “Baik,” jawab pelayan tersebut.

 “Minumnya teh hangat saja,” ucap Khayra.

 “Anda mau pesan apa, Mas?” tanya pelayan perempuan itu.

 “Kopi saja,” jawab Kaivan. Kemudian pelayan itu berlalu pergi meninggalkan mereka berdua.

 “Kamu lihat, kan. Pelayan tadi saja, matanya normal. Dia memanggilku dengan sebutan Mas, bukan Bapak. Karena wajahku masih sangat muda,” ucap Kaivan membuat Khayra memutar bola matanya merasa jengah.

 “Kamu benar-benar gadis Indonesia, ya. Sarapan harus nasi,” ucap Kaivan.

 “Ya, makan roti mana kenyang,” jawab Khayra apa adanya membuat Kaivan terkekeh.

 “Aku ingin bertanya masalah penawaran kamu,” ucap Khayra membuat Kaivan menatap Khayra di depannya.

 “Ya, kenapa?” tanya Kaivan.

 “Kenapa kamu memilihku untuk melahirkan anak? Dan kenapa harus pernikahan kontrak untuk bisa punya anak? Apa kamu tidak memiliki kekasih, atau teman wanita yang bisa kamu nikahi. Kalian bisa merangkai mahligai pernikahan bahagia dengan program banyak anak,” seru Khayra.

 “Aku hanya butuh anak, bukan istri,” jawab Kaivan membuat Khayra menghela napasnya.

 “Kenapa tidak adopsi anak saja? Banyak loh yayasan panti asuhan yang menampung anak yatim piatu,” seru Khayra.

 “Aku maunya anak kandung, alias anak biologisku,” jawab Kaivan.

 “Kenapa gak nikah saja sih? Dan kenapa harus aku wanita yang kamu pilih untuk melahirkan anakmu?” tanya Khayra semakin penasaran. Karena jawaban Kaivan tidak ada yang membuatnya percaya.

  “Ternyata kamu tidak sekalem wajahmu,” ucap Kaivan. “Intinya, kamu butuh seseorang untuk bisa balas dendam pada Yuda, kan? Kamu lihat aku, pekerjaanku jauh lebih baik dari Yuda, usiaku lebih matang dari Yuda, dan wajahku? Tentu saja, aku jauh lebih tampan dibanding Yuda,” jawab Kaivan penuh percaya diri sampai Khayra melongok dibuatnya.

 Obrolan mereka terhenti karena pelayan mengantarkan pesanan mereka dan meletakkannya di atas meja.

 “Bagaimana?” tanya Kaivan saat pelayan tadi berlalu pergi.

 “Aku mau makan dulu,” jawab Khayra yang langsung menyantap makanannya. 

 Kaivan menyesap kopinya dan sesekali tatapannya tertuju pada Khayra yang makan dengan lahap sampai pipinya membentuk bulat penuh makanan.

 Setelah beberapa menit menyantap makanan, akhirnya habis juga. Khayra meneguk minumannya hingga tandas.

 “Sudah kenyang?” tanya Kaivan.

 “Iya, sudah.”

 “Bagus. Kayaknya masih ada waktu lima belas menit lagi. Aku ingin kamu jawab sekarang, jangan membuang-buang waktu,” ucap Kaivan.

 Khayra terdiam beberapa saat. “Baiklah aku setuju, tapi aku juga punya syarat,” ucap Khayra.

 “Syarat apa?” tanya Kaivan.

 “Aku akan menuliskannya nanti. Tunggu saja,” jawab Khayra. “Sebaiknya sekarang kita pergi ke proyek.”

 “Baiklah. Aku tunggu syaratmu,” ucap Kaivan beranjak bangun dari duduknya.

 “Makasih traktiran sarapannya, Aa Ivan,” ucap Khayra tersenyum merekah dan beranjak pergi meninggalkan Kaivan seorang diri.

 “Haishh, patah hati tapi masih minta traktiran,” gumam Kaivan menggelengkan kepalanya.

*** 

Comments (8)
goodnovel comment avatar
Elvi Yonafrita
akhirnya khayra setuju jg nikah dg kaivan tp sayang nya bukan nikah resmi tp kawin kontrak
goodnovel comment avatar
Febrin Fifys Mara
beda dong patah hati juga kan butuh energi JD nutrisinya dipastikan hrus full.........
goodnovel comment avatar
Lily
............ dua-duanya so gengsian tapi mau juga ... lucu mereka tuh
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status