Kedua alis Robi bertaut, entah salah dengar atau hanya halusinasi. Saat Tuannya yang angkuh itu mengucapkan kata 'Tolong.' Kata keramat yang mampu menggetarkannya jiwanya.Wajarkan jika Robi merasa aneh? Memang sejak kapan Daniswara berkata lembut, sopan dan sabar? Mungkin saja itu berlaku hanya untuk Zahira.Karena biasanya Danis akan bersikap seperti petasan, emosinya meledak-ledak dan suasana hatinya seperti musim pancaroba. BMKG saja sulit untuk memprediksinya."Pak, Saya izin pulang, Ibu saya sakit." ujar Robi dengan sopan. Dia baru saja mendapat kabar lewat pesan kalau ibunya masuk rumah sakit.Danis menghentikan langkahnya lalu menoleh tatapannya melembut, "Ambil cuti saja Rob. Dan masuk saat ibumu sembuh!" ujar Danis. "Ada Zahira yang akan merawatku," lanjutnya.Semua hal yang menyangkut Ibu pasti Danis akan bersikap lembut. Karena di balik sikap angkuh dan galaknya, dia adalah anak yang berbakti. Sejak kecil dia hidup dengan ibunya di kampung. Dari bayi sampai usia 10 tahun
Zahira melotot horor dengan mulut menganga, "Ga usah modus deh, Kak!" "Namanya juga usaha," ujar Danis dengan santai sambil menahan tawa. Zahira mendengkus kesal, dia duduk sambil melipat kedua tangannya lalu bersandar di sofa dengan nyaman. Hingga sudut matanya melirik ke arah Danis yang sedang bersandar sambil sesekali melihat jam tangannya. Pria itu juga terlihat gelisah dan sesekali mengelus perutnya lalu membasahi bibirnya yang mengering. Wajah tampannya terlihat kuyu dan keningnya mulai berkeringat. "Kakak lapar," tanya Zahira dengan lembut. Dugaan Zahira tepat saat Danis melirik dan mengangguk. Zahira lalu bangkit dari duduknya dan mengambil paper bag yang ada di atas meja. Gadis itu membukanya, ternyata isinya hanya kue coklat dan kue keju. Makanan ini mungkin bisa untuk mengganjal perut, namun untuk orang yang baru keluar dari rumah sakit karena masalah lambung. Rasanya kurang cocok. "Kak, izin ke dapur boleh?" ujar Zahira dengan canggung. Dia ingin melihat apakah ad
Ternyata Zahira membanting berkas perjanjian itu di atas meja dengan kesal, matanya menyipit dan bibirnya mencebik. Setelah membaca ke seluruhan isi perjanjian yang membuat bulu kuduknya bergidig ngeri. Apalagi peraturannya sangat aneh dan merugikan. "Aku ga mau! Ini gila!" pekiknya. Gadis itu merapikan anak rambut di wajahnya dengan kasar, rasanya gerah dan geli.Alasan Zahira menolak karena pria yang mengaku gigolo itu sudah merenggut mahkotanya dan bahkan meminta bayaran. Jika bisa, dia ingin menjauhi Danis sejauh mungkin setelah berhasil membayarnya. Dan jika dia menandatangani surat perjanjian itu maka dia akan terikat dengan pria mesum dan licik itu.Danis cukup terhibur dengan reaksi gadis itu, dia bahkan tertawa cekikikan," Haha ... Baca dan pahami dulu, Ra.""Aku ga mau! Pokoknya aku ga mau!" Zahira memukul meja dengan keras. "Kontak fisik itu merugikanku!"Brakk!Danis merapatkan bibirnya, bahunya bergetar karena mencoba menahan tawa. Ekspresi Zahira benar-benar membuatnya t
"Sebelum sampai, Kakak ingin bertanya satu hal?" ujar Danis. Pria itu menyerongkan tubuhnya menghadap Zahira. Wajahnya sangat serius, dia ingin memastikan satu hal. Karena Danis sebenarnya terpengaruh dengan ucapan Talitha. Tuduhan Talitha ternyata membekas di pikirannya.Zahira yang masih belum terbiasa karena pria di depannya ini adalah orang asing, hanya bisa duduk dengan canggung. Rasanya sangat aneh setiap kali Danis menyebut dirinya Kakak. "Hmmm apa, Kak!" tanya gadis itu dengan gugup. Wajah senangnya berubah tegang.Danis menggigit bibir bawahnya, rasanya tidak nyaman jika bertanya hal yang terbilang privasi. Apalagi mereka baru kenal, tapi di sisi lain dia sangat penasaran. Dia harus mengetahui status gadis yang dia incar itu. "Apa kamu masih berhubungan dengan Emran?" tanyanya dengan ragu.Zahira cukup kaget dan bingung, ini adalah privasinya. "Kenapa Kak Danis bertanya seperti itu?"Danis membuang muka, "Aku teringat dengan tuduhan wanita siluman itu!" ujar Danis dengan ketu
Saat hendak masuk, Zahira teringat sesuatu, "Motorku!" "Biarkan! Siapa yang akan mencuri montor bututmu itu," ujar Danis dengan datar. Zahira hanya bisa mengerucutkan bibirnya. Orang ini kalau ngomong ga pernah di saring. Danis berdecis geli, lalu membukakan pintu dan mendorong Zahira masuk ke dalam setelahnya baru dia. Zahira dan Danis duduk di belakang. Sedangkan Robi duduk di depan bersama supir. Robi memberikan obat dan minuman kepada Danis, "Tuan ... minum obat dulu," ujarnya. Zahira berinisiatif untuk mengambilnya, "Terima kasih, Pak!" Robi mengangguk dan tersenyum, "Wanita ini cantik dan sopan," batinnya. Tapi dia ga berani menatap terlalu lama, bosnya yang galak itu pencemburu. Setelah meminum obat, Danis menjatuhkan kepalanya di bahu Zahira dan memeluk lengannya. Sikapnya sangat manja karena merasa sangat nyaman. Zahira hanya bisa duduk dengan punggung terasa panas, wajahnya memerah dan jantungnya berdebar kencang. Robi melirik kaca sepion tengah, terlihat Danis mem
Danis melirik ke arah Zahira dengan tajam, membuat gadis itu menunduk ketakutan. Bagaiman bisa gadis ini memaafkan wanita bermuka dua itu dengan mudah? Danis tidak habis pikir!"Ada apa, Kak Danis?" tanya Talitha dengan gugup. Jika Zahira memanggilnya Kak, dia juga harus memanggil Danis dengan sebutan Kak. Karena apa?Karena jika Talitha tetap berteman dengan Zahira maka dia bisa mendekati Danis dan cepat atau lambat akan merebutnya. Talitha tidak rela jika Zahira bersama pria hebat seperti Danis.Danis mengangkat sebelah alisnya, menatap jijik ke arah Talitha, "Jangan pernah panggil aku Kak! Aku bukan kakakmu!" ujarnya dengan ketus. Danis benar-benar muak dan jijik, berbeda jika Zahira yang memanggilnya Kak.Melihat situasi semakin memanas, Zahira mengapit lengan Danis dan menariknya. Gadis itu mulai takut jika Danis akan mengamuk karena di lihat dari rahang pria itu yang semakin mengeras. "Ayo kita pulang!" bujuknya.Sebelum pergi Danis mengangkat jari telunjuknya ke arah wajah Emr
Zahira yang terus di sudutkan tentu tidak tinggal diam, dia berusaha membantah, "Ta ... aku sudah bilang berkali-kali, aku sudah tidak punya perasaan apapun pada Dokter Emran. Dan apa yang kamu katakan? CEO Biantara Grup, siapa yang kamu maksud?" tanya Zahira dengan penuh keheranan. Zahira semakin bingung, dia merasa semakin hari Talitha semakin aneh. Mungkin dia mengalami delusi atau semacamnya. Tuduhannya tidak berdasar dan ngawur bagi Zahira. Talitha menunjuk ke arah Danis, "Dia! Pria yang memeluk pinggangmu itu adalah Daniswara Biantara, Tuan muda dari keluarga Biantara!" ujar Talitha. Wanita itu bahkan mengerlingkan mata saat tatapannya bertemu dengan mata Danis. Menjijikan! Kalimat itu yang ada di pikiran Danis saat melihat tingkah Talitha yang penuh kepura-puraan. Zahira mendongak, dahinya mengerut, "Hah! Biantara Grup? Jadi pria yang mengaku gigolo ini membohongiku atau itu profesi lainnya?" batinnya. Gadis itu terbelaklak dengan menutup mulutnya yang menganga dengan tan
Zahira juga menoleh ke belakang, matanya langsung membulat, jantungnya berdegup kencang saat melihat sosok yang berjalan ke arahnya, "Pak gigolo?"Tatapan semua orang tertuju pada pria berwajah pucat, mata tajamnya kini terlihat sayu. Pria itu memakai kaos oversize dan celana cargo, penampilannya terlihat kasual namun tetap tampan. Aroma uang menguar dan tercium dari 10 kilo meter.Pria dengan potongan rambut mulet itu berjalan mendekati Zahira dengan wajah datar, lalu tangannya terangkat dan menjewer telinga gadis itu lalu berkata dingin, "Ya ampun! Kamu di sini rupanya?""Awwww!" Zahira meringis, matanya melotot horor, kepalanya tertarik kesamping dengan mimik wajah konyol, kaget bercampur takut. "Apa-apaan ini?!" pekiknya.Talitha yang sedang bersimpuh tercengang, "Orang ini lagi?"Emran buru-buru menarik tubuh istrinya dan memberikan tatapan tajam, pertanda dia sedang marah.Talitha menelan salivanya, dia hanya berharap Zahira mengakui Gusti sebagai pacarnya. Tapi pria super kaya
Talitha memulai sandiwaranya, wajahnya tampak sedih dan tidak berdaya. "Ra ... " panggilnya.Zahira mendongak, lalu berdehem, " Humm!"Talitha berdiri dan mendorong kursinya ke belakang, lalu berkata dengan suara cukup keras dan kepala tertunduk, "Mumpung kita sedang duduk bersama, ada Kak Emran dan teman-temanmu juga. Mari kita akhiri kesalahpahaman ini?" Talitha berniat mempermalukan Zahira dan membalikkan keadaan karena Zahira berani membuatnya malu di depan para rekannya tadi siang. Dia muak di bilang pelakor!Semua orang tertuju pada Talitha. Sedangkan Emran langsung berdirk dan menggenggam lengan istrinya lalu mengeram lirih, "Aku mohon, Ta. Berhenti!"Talitha menatap sayu ke arah Emran matanya berkaca-kaca. "Tidak Kak! Aku tidak ingin ada yang berpikir buruk dengan kita. Aku ingin Zahira tetap menjadi temanku," ujarnya dengan sedih.Emran memucat tangannya terlepas dengan sendirinya. Dia paham bahwa Talitha berniat mengusik Zahira. "Jika aku membela Zahira, maka mereka akan be