Share

Dikhianati Mantan, Dinikahi Billionaire
Dikhianati Mantan, Dinikahi Billionaire
Author: Cryptica Scintilla

Bab 1. Diuji

"Tidak bisakah kamu berdandan sedikit saja? Ingat! Kamu itu istri dari CEO terkenal di kota ini, bagaimana mungkin seorang CEO memiliki istri yang tidak terawat. Mau ditaruh dimana muka saya?" Lelaki itu menarik tangan seorang wanita lusuh didepannya. Ia membawanya ke ruangan dimana satu cermin yang tingginya melebihi tinggi wanita tersebut berada.

Wanita itu bernama Charlotte Jacquenline, lebih sering dipanggil dengan sebutan Quen. Ia adalah lulusan terbaik dari École Études Komersiales, dalam bidang bisnis. Selain itu, ia juga mengikuti kursus menjadi desainer di Charden Cavard dan berhasil merancang satu brandnya sendiri yang ia namai Blyhte Callie Fashion Corps. Keterampilannya dalam berbisnis dan mendesain pakaian memukau banyak orang. Tidak hayal jika di usianya yang ke 21 tahun, ia berhasil membawa brandnya tampil di London Fashion Week edisi musim semi.

"Coba lihat dirimu di cermin? Apakah kamu sendiri suka, banyak lemak dimana-dimana, tidak ubahnya seperti ikan buntal, bagaimana saya tidak malu untuk membawa kamu ke pertemuan penting." Ia memutar-mutar tubuh Quen tanpa adanya perlawanan.

Quen hanya diam membisu, bagaimana caranya ia merawat diri sedangkan jika suaminya memberi uang, ibu mertuanya langsung mengambil dan menyisakan hanya untuk berbelanja kebutuhan mingguan. Ia terlalu takut untuk melawan perintah ibu mertuanya.

"Kenapa hanya diam!? Tidak cukupkah uang yang saya berikan? Baiklah, saya akan menambah uang mingguan kamu. Jika kamu masih seperti ini siap-siap saja!" bentak lelaki itu.

Ia adalah Edward Barclay, seorang yang pernah menjadi magang di brand milik Quen yang sekarang menjadi suaminya sekaligus dipercaya sebagai CEO oleh Quen untuk mengatur bisnisnya. Sehingga Quen bisa memfokuskan diri kepada produk-produk yang ditawarkan. Ia percaya bahwa Edward mampu membawa bisnisnya berkembang dengan keterampilannya dalam bidang managemen.

"Tidak ... tidak perlu menambahnya, maafkan saya yang ceroboh." Quen merasa takut jika harus berterus terang dengan apa yang terjadi sebenarnya.

Edward pergi meninggalkan Quen sendirian dengan kesal. Semasa menjadi magang, ia melihat Quen begitu modis dan selalu memikirkan soal penampilan. Edward hanya tidak habis pikir, kemana ia habiskan semua uang yang diberikan.

"Bagaimana mungkin, uang yang seharusnya lebih dari cukup bahkan tidak mampu hanya untuk membeli pakaian?" gerutunya.

Tanpa sadar sepasang mata telah memperhatikan gerak-gerik Edward. Seorang perempuan dengan gaun merah menyolok mata mengintip dari balik pintu kamarnya. Berenice Lynne Barclay, seorang janda yang memiliki relasi cukup kuat dalam bidang bisnis di Paris. Ia adalah pemilik dari The Barclay Restourant. Merupakan restoran bergaya Arabia, dengan interior khas. Bahan-bahan yang digunakan dalam menunya pun langsung di impor dari negara tersebut, sehingga menjadikan restoran milik Berenice mendapatkan label michelin bintang dua.

Berenice diam-diam masuk ke ruangan dimana Quen sedang memandangi bentuk tubuhnya yang mulai melebar. Ia memegang wajahnya yang jauh tampak lebih tua ketimbang umurnya yang masih 23 tahun. Dari cermin, ia sadar bahwa seorang wanita setengah baya sedang mengintainya dengan tatapan tajam.

"Apakah kamu kini sadar bahwa kamu tidak pantas bersanding dengan anak saya. Coba lihat bagaimana dirimu, seorang wanita miskin yang bermimpi menjadi tuan putri. Tidak ada Cinderella di dunia nyata nona, berhentilah berangan-angan. Level kita sungguh berbeda. Jika dari awal kamu tahu dimana tempatmu, hal ini tidak mungkin terjadi." Berenice mendelik dengan tangan bertolak di pinggang.

Quen hanya terdiam dan menunduk. Ia tidak akan pernah bisa melawan wanita yang ada di belakangnya. Meskipun ia ingin dan berusaha namun tetap saja, siapa yang akan percaya dengannya yang lebih mirip seperti pembantu ketimbang istri.

"Entah ramuan apa yang kamu berikan kepada anak saya sehingga menolak perjodohan yang telah saya atur dengan anak dari pemilik showroom terbesar di kota ini. Tanpa anak saya, apakah brand yang kamu banggakan itu akan menjadi sebesar sekarang? Selain itu, bahkan tidak ada yang bisa dibanggakan lagi."

Wanita tua dengan gaya nyentrik itu meninggalkan Quen yang tidak merespon apapun perkataannya. Hal ini justru membuatnya semakin geram dan ingin secepatnya mengusir Quen dari hidup anaknya. Quen memandangi lamat punggung wanita tua tersebut dengan perasaan campur aduk.

"Quen, seharusnya kamu melawannya. Sampai kapan kamu menjadi pecundang seperti ini." Ia berkata sambil memukul-mukul bayangannya di cermin.

Ia menangis sejadi-jadinya melihat betapa buruknya ia saat ini. Bukannya Berenice selalu berkata padanya bahwa Edward menyukai wanita yang berisi dan terus memaksanya untuk memakan makanan yang banyak mengandung lemak jenuh. Ia sama sekali tidak bisa menolak meskipun ia ragu.

Berkali-kali pun, ia telah membulatkan tekad untuk melawan semua kemauan mertuanya. Namun, ketika berhadapan langsung ia hanya menggidik ketakutan. Semua tekatnya sirna begitu saja. Ia kembali ke kamarnya mengambil handphone dan mengirim pesan singkat kepada sahabatnya. Ia merasa muak dengan dirinya yang takut untuk melindungi dirinya sendiri.

Berenice berjalan menuju taman dimana Edward terlihat duduk dikursi berwarna putih sendirian. Ia mempercepat langkahnya dan duduk tepat disebelah Edward yang nampak masih kesal.

"Ada apalagi? Tidak bisakah kamu berhenti menuntutnya. Quen telah cukup bekerja keras untuk Blyhte Callie Fashion Corps hingga lupa merawat diri. Apakah itu salah? Maaf karna Mama tidak sengaja mendengarkan pertengkaran kalian. Seharusnya Mama tidak ikut campur. Mama tidak mau Quen membentak Mama lagi seperti tempo hari." Berenice menundukkan kepalanya, terdengar samar-samar suara tangisnya.

Edward tidak habis pikir, sekarang istrinya juga telah berani membentak seorang yang paling ia sayangi. Meskipun ia keras kepala dan tidak boleh dibantah namun ia tidak pernah meninggikan suara kepada Mamanya.

"Apa? Dia berani memarahi Mama?" Edward terkejut mendengar pernyataan dari Berenice.

"Beberapa kali Mama memergokinya bersama penjaga toko bunga di ujung jalan. Mama hanya menasehati agar ia bisa menjadi nama baik keluarga agar tidak ada fitnah. Dia justru malah membentak dan mengancam, jika sampai Mama memberitahumu, dia tidak akan segan-segan mengusir Mama dari rumah ini." Berenice memeluk Edward untuk mendapatkan perlindungan. Edward melenguh kesal.

"Tidak akan saya biarkan wanita lusuh itu membentakmu lagi!" Edward mengepalkan tangannya. Kursi menjadi sasaran pukulan kemarahan Edward.

Melihat respon Edward, Berenice tersenyum di antara tangis palsunya. Senyuman penuh arti.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status