Share

Bab 5

last update Last Updated: 2023-12-06 16:53:37

"Tolong bawakan makanan ini kepada Quen, bagaimanapun dia sedang hamil. Tidak baik menyiksanya begitu." Berenice menyerahkan sandwich yang ia buat beserta satu gelas jus.

"Mama, tidak perlu sebaik ini pada wanita yang tidak tahu diuntung itu. Memang apa kurangnya saya sebagai laki-laki?" Edward memakan sosis yang ada didepannya.

"Cepatlah, jika kamu ingin anak di kandungannya segera pergi, maka turuti saja perintah Mama." Edward mengambil piring dan gelas yang telah disiapkan Mamanya.

Dari semalam, Quen tidak diizinkan untuk keluar dan juga tidak diberi makan. Tidak ada yang bisa ia lakukan di dalam kamar selain mendesain pakaian agar pikirannya terfokus tidak pada makanan. Ia teringat perkataan Lyden untuk merubah sudut pandanganya mengenai pernikahannya dengan Edward.

Quen mendengar seorang membuka pintu kamarnya. Meskipun ia telah mencoba untuk menahan lapar, tetap saja tidak bisa. Ia mendapati Edward membawa makanan serta jus untuknya. Tanpa pikir panjang Quen langsung mengambilnya.

Edward terpesona dengan desain-desain yang dibuat oleh Quen. Timbul perasaan ingin memiliki semua desain itu. Dengan tipu rayunya, ia mencoba membujuk Quen.

"Sayang, maafkan perkataan kasar saya semalam, saya hanya khawatir soal kesehatanmu saja. Maaf karna saya terlalu egois dan hanya memikirkan tentang pekerjaan." Edward bersimpuh dikaki Quen yang sedang duduk di meja riasnya. Ia tersedak ketika melihat Edward melakukan hal itu. Edward dengan buru-buru memberikan jus.

"Apakah kamu tidak masalah atas kehamilan ini?" tanya Quen dengan wajah penuh harap.

Ketamakan Edward terhadap desain-desain cantik buatan istrinya membuatnya mengalah kali ini. Ia sangat tahu bahkan perancang busana yang ia pekerjakan juga belum tentu mendesain seindah ini.

"Tentu saja. Apakah kamu mau memaafkan kecerobohan saya kemarin? Saya janji tidak akan terulang lagi." Quen merasa sangat bahagia karna akhirnya suaminya mengakui kesalahannya.

Ia sangat yakin bahwa suaminya tetap yang terbaik. Quen berpikir suatu saat Edward pasti akan menjadi papa terbaik untuk anaknya.

"Apakah rancangan-rancangan ini digunakan untuk acara selanjutnya?" Edward memunguti beberapa gambar rancangan yang tercecer di lantai. Ia sangat terkesima melihat gaun-gaun pesta yang indah. Quen hanya mengangguk dan menikmati makanannya.

"Apakah kamu bisa menjelaskan konsep apa yang kamu gunakan?" tanya Edward.

"Ini adalah gaun-gaun yang akan dipergunakan untuk pesta musim panas, berbahan dasar sutra pilihan yang digabungkan dengan rajutan. Saya pribadi memilih warna-warna lembut namun terkesan elegan," terang Quen.

Edward merasa yakin, dengan semua rancangan ini akan menarik banyak inverstor. Demi kesuksesan yang ia impikan. Ia tidak apa-apa jika harus mengalah sekarang.

"Apakah ada kemungkinan penggunaan bahan lain juga?" tanya Edward mendalam.

"Kemungkinan, saya akan mempelajari detail lebih lanjut. Apakah kamu suka dengan rancangan ini?" Quen sangat berharap suatu saat nanti ia mempunyai satu set koleksi gaun dari berbagai musim.

"Saya sangat menyukai terobosan baru yang kamu buat. Terima kasih sayang telah selalu mendukungku." Edward berhasil membuat luluh Quen kembali.

Sebenarnya Quen sangat merindukan kehanyatan dari suaminya. Bagaimanapun ia adalah orang yang percaya dan yakin akan mimpinya meski berulang kali gagal. Membangun suatu bisnis bukanlah hal mudah. Saat usahanya sedang merangkak, Quen harus merasakan pengkhianatan dari teman dekatnya.

Ia harus merelakan semua uangnya di bawa kabur oleh teman yang ia percaya mengelola keuangan. Ia kembali mengumpulkan pundi-pundi dari hasil menjadi penjaga kedai kopi. Karna tidak mau jatuh ke lubang yang sama lagi. Selain bekerja, ia juga mengambil kursus keuangan.

"Kalau begitu, saya ke butik dulu. Jangan terlalu capek bekerja. Jika lapar minta Mama saja untuk membuatkannya." Edward meninggalkan Quen sendirian di kamar.

Quen merasa lebih tenang sekarang. Ia sadar, memang seharusnya ia lebih terbuka terhadap suaminya. Ia membawa piring dan gelasnya ke dapur.

"Seharusnya kamu memanggil Mama untuk mengambilnya." Berenice dengan segera mengambil piring dan gelas dari tangan Quen.

Quen merasa kehamilannya membawa perubahan yang drastis. Mertuanya mulai baik dan murah senyum. Kebahagiaan ini yang ia inginkan dari dulu.

"Jika kamu perlu sesuatu, jangan sungkan untuk memanggil Mama." Senyuman Berenice membuat hati Quen merasakan kasih sayang yang selama ini ia cari.

Ia kembali menuju ruang kerjanya dengan perasaan bahagia. Ia mulai menyiapkan beberapa kain untuk di potong, meletakkanya pada patung-patung yang berjajar. Senyuman itu kembali lagi.

Waktu ke waktu keadaan rumah semakin membaik. Rancangan gaun yang akan di pamerkan pun sudah mendekati selesai dalam pengerjakannya. Quen terbiasa mengerjakannya sendirian. Ia selalu mengandalkan diri sendiri untuk mencapai cita-citanya.

Ia membayangkan kehidupan yang indah bersama keluarga kecilnya. Mengerjakan sesuatu hal yang ia inginkan dan berlibur bersama. Sungguh menyenangkan.

Quen mendadak merasakan kram pada bagian perutnya. Ia mendudukan diri pada lantai. Bulir-bulir keringat sebiji jagung mulai bercucuran. Ia mengerang dan memegangi perutnya. Ia merasakan seperti dililit oleh tali yang kencang.

"Dimana saya?" Akhirnya Quen siuman. Ia melihat suami dan mertuanya bersedih.

"Sayang, saya harus memberitahu kenyataan pahit ini. Dengan berat hati, kami menyetujui saran dokter untuk melakukan operasi laparotomi. Demi keselamatanmu," terang Edward.

Quen tidak menyangka ia harus mengalami semua ini. Ia hanya terdiam dengan tatapan mata kosong. Terbaring lemah tak berdaya setelah operasinya. Quen didiagnosis mengalami kehamilan ektopik, yaitu kehamilan diluar kandungan dan sangat berisiko jika di pertahankan.

Tanpa sadar, tetes demi tetes air mengalir dari matanya. Saat ia merasakan apa arti sempurna dihidupnya. Ia harus kehilangan harapan menjadi ibu. Harapan yang paling diidam-idamkan.

"Maaf Tuan, Nyonya. Boleh keluar. Biarkan pasien beristirahat." Seorang suster cantik mempersilahkan Berenice dan Edward untuk keluar.

"Dia begitu polos sampai mudah diperdaya," kata Berenice.

"Mama, harus mengatur agar Quen tetap berada di rumah sakit sampai fashion show yang akan di adakan dua minggu lagi berlangsung. Saya tidak mau ada dia, orang-orang akan mengenali saya sebagai perancang busana hebat. Saya telah mencium karir saya yang cemerlang." Edward menyeringai, pada akhirnya rencana yang mamanya buat untuk menyingkirkan mimpi Quen telah berhasil.

"Bahkan, jika kamu mau. Quen bisa tinggal disana selamanya." Berenice tertawa terbahak diikuti oleh anaknya, Edward.

Mereka berjalan di koridor rumah sakit. Karna asyik tertawa Edward. 'Bruk!' Edward hampir saja naik pitam. Ia melihat ke arah orang tersebut dan memegangi bahunya.

"Vincecio? Vinn apakah benar itu kamu?" tanyanya dengan senyum yang memperlihatkan baris gigi tapinya.

"Edward! Long time no see. Bagaimana kabarmu?" Seorang yang disebutkan bernama Vinn merangkulnya erat.

Mereka berbincang cukup lama, Edward tidak lupa meminta nomor teleponnya. Vinn berpamitan untuk menjaga neneknya. Sedangkan Edward pergi ke arah dimana mobilny terparkir. Ia dan mamanya pulang begitu saja.

Edward mengkemasi semua rancangan gaun yang di buat oleh Quen, ia akan membawanya ke butik untuk disempurnakan. Tidak bisa dipungkiri, matanya tertuju pada satu gaun dengan perpaduan warna ungu dan silver. Manik-manik kecil yang menghiasai bagian di bawah leher terlihat begitu anggun.

Rajutan-rajutan halus pada bagian tangan dan bahu membuat gaun itu semakin terlihat menarik.

"Ini akan menjadi gaun masterpiece saya," gumam Edward.

Ia mengambilnya dari patung, meraba kehalusan dari bahan yang digunakan. Quen memang selalu detail dalam urusan rancangan. Edward mencium gaun itu dengan lembut. Sedangkan Berenice kembali ke dapur. Ia seperti mencari sesuatu. Satu botol kecil akhirnya ditemukannya.

"Dasar wanita bodoh, hanya diberikan perhatian sedikit saja, dia kira saya benar-benar peduli." Berenice tertawa sambil mengangkat botol kecil tepat di depan wajahnya. Ia tidak menyangka begitu mudah menantunya itu untuk di tipu.

Di rumah sakit, suster yang merawat Quen panik. Quen kembali mengalami pendarahan hebat. Badannya mulai melemah, detak jantungnya melambat. Darah terus keluar dari rahimnnya. Ia mulai kehilangan kesadarannya.

"Kita butuh donor darah. Secepatnya!"

"Tapi Dok, golongan darahnya langka..."

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Dikhianati Mantan, Dinikahi Billionaire   Bab 51. Sang Penyelamat

    "Makanlah ini." Seorang wanita muda memberikan satu roti kepada remaja yang sedang mengais makanan di tong sampah."Tidak, Mama melarang untuk menerima pemberian dari orang tidak dikenal," ujar remaja. Ia masih tetap fokus kepada tong sampah yang ada di depannya."Kamu menolak makanan bersih dan memakan sampah yang justru tidak tahu siapa yang telah membuangnya. Kamu sungguh aneh," hardik wanita tersebut.Keadaanya keluarganya yang sangat miskin membuat ia sering menahan lapar. Papanya hanyalah seorang pengangguran yang kerjaannya hanya menyiksa mamanya. Ia terpaksa harus bekerja paruh waktu sebagai pengantar koran untuk membantu perekonomian keluarganya."Ta-tapi ... ""Sudah terima saja, apa yang kamu lakukan di sini?" tanya wanita tersebut dengan senyum tipis."Saya selesai mengantar koran dan merasa lapar. Dari semalam di rumah tidak ada makanan. Tidak ada pilihan lain," ujarnya. Ia membuka dengan cepat bungkus roti yang diberikan."Bagaimana jika kamu bekerja dengan saya? Saya lu

  • Dikhianati Mantan, Dinikahi Billionaire   Bab. 50 Diduga Tersangka

    "Apakah ini benar rumah Berenice Barclay?" tanya seorang polisi yang bertugas kepada security yang berada di depan rumah Berenice."Benar, Ada yang bisa saya bantu?"Seorang pria dengan seragam dengan senjata lengkap berhasil membuat security tersebut bergidik takut. Dengan cepat ia berlari ke dalam rumah padahal polisi yang ada di depannya belum sempat menjawab pertanyaan."Nyonya ... Nyonya ada polisi datang mencari," ujarnya dengan napas yang tidak beraturan."Polisi?" tanya Thomas yang sedang meminum kopi di meja tamu bersama dengan Berenice."Benar, Tuan. Apa yang harus saya lakukan?""Biarkan saja masuk!" bentak Thomas.Berenice terlihat pucat begitu mendengar ada polisi yang datang. Berarti susat itu tidak main-main. Ia dengan segera mengkemasi semua berkas-berkas dan menaruhnya kembali ke tempat penyimpanan tersembunyi di bawah keramik.Beberapa polisi muncul di depan pintu. Thomas dengan senyum lebar mempersilakan mereka masuk dan duduk."Tanpa basa-basi, kami ingin menanyaka

  • Dikhianati Mantan, Dinikahi Billionaire   Bab 49. Babak Baru

    "Tuan, laporan terbaru terkait saham Berenice yang mengalami penurunan yang signifikan ditambah beberapa pegawainya melakukan unjuk rasa kenaikan gaji," ucap asisten Vinn."Ini sudah waktunya dia menerima karmanya."Vinn membaca semua data-data informasi yang diberikan mengenai Berenice dengan seksama. Ia mencari cara agar bisa membalikkan keadaan dan menenggelamkan Barclay. Meskipun ini terlalu jahat."Satu informasi penting lagi. Sepertinya Mr. Robert yang juga merupakan salah satu investor dari Tuan Edward merencanakan hal buruk kepada Blhyte Callie. Mr. Robert tidak pernah mau bekerjasama dengan butik kecil tanpa adanya kepentingan besar yang dicari. Sepertinya beliau sengaja menerbangkan Edward lalu mengambul alih semuanya. Saya merasa keanehan ini setelah menemukan beberapa fakta.""Fakta apa saja itu?" Vinn menutup berkas yang ada di meja kerjanya dan justru tertarik dengan perkataan asistennya tersebut.Vinn belum pernah bertemu dengan investor lain dari bisnis yang dijalankan

  • Dikhianati Mantan, Dinikahi Billionaire   Bab 48. Surat Ancaman

    "Siapa sebenarnya pengirim dari surat-surat ini?" tanya Berenice geram.Kali ini, surat ancaman telah diterima oleh Berenice. Jika ia tidak menyerahkan diri ke polisi, hal buruk akan terjadi selanjutnya."Damien! Kamu saudah tidak ada! Kamu pikir saya takut? Kamu begitu lucu. Jika saya bisa membuatmu ke neraka sebelumnya, sekarang saya juga bisa melakukannya lagi!" Berenice terbahak dalam kamarnya. Pelayannya mendengar namun takut untuk melihat. Mereka merasa bahwa majikannya lama-lama akan kehilangan kewarasannya."Ada apa dengan Nyonya? Saya khawatir jika beliau kenapa-kenapa. Apakah kita perlu untuk menanyakan?" tanya seorang wanita yang tubuhnya kurus."Jika kamu mau dipecat. Silakan saja. Saya mending diam di sini," saut lainnya.Thomas yang baru saja keluar dari kamarnya dibuat heran karna para pelayan berdiri tepat di depan kamar Berenice. Ia dengan segera menghampiri para pelayan tersebut."Ada apa ini? Kenapa kalian malah berdiri di sini?" tanya Thomas."Tuan, maafkan kami.

  • Dikhianati Mantan, Dinikahi Billionaire   bab 47. Ubah Rencana

    "Hellena, bisakah engkau menambah beberapa hidangan untuk makan malam nanti?" tanya Quen dengan suara lembutnya."Tentu, Nyonya. Apakah anda akan mengundang seseorang?" selidik Hellena.Emily memoton pembicaraan begitu saja. "Kak Quen ingin mengundang sahabatnya untuk makan bersama. Bukankah sudah lama mereka tidak main ke rumah?""Saya kira anda ... ""Apa? Mengajak lelaki untuk diperkenalkan denganmu?" goda Quen.Pipi tembam Hellena tiba-tiba berubah seperti tomat. Bahkan ia lupa kapan terakhir merasakan yang namanya cinta."Mungkin sudah waktunya untukmu mencari kekasih, Hellena. Bagaimana dengan kencan buta?" tanya Quen dengan raut wajah masih menggoda."Nyonya, apakah mungkin ada lelaki yang bersedia dengan saya yang tidak menarik ini? Badan gemuk, tidak begitu cantik." Hellena menundukkan kepalanya.Ia merasa begitu sedih. Apalagi pekerjaannya hanya seorang asisten rumah tangga. Mana mungkin ada lelaki yang mau hidup bersama dengannya."Apa yang kamu katanya? Kamu cantik, hanya

  • Dikhianati Mantan, Dinikahi Billionaire   Bab 46. Mundur

    "Kak Quen ... apa yang kakak pikirkan?" tanya Emily.Quen terlihat begitu tidak fokus dalam mengerjakan rancangan terakhirnya. Ia teringat akan perkataan Jeanne soal balas dendam. Apakah sekarang ini adalah ulahnya."Tidak, tidak ada.""Kakak tidak perlu berbohong. Pasti sekarang sedang memikirkan soal Edward, benar?" desak Emily."Tidak seluruhnya benar. Hanya saja, saya memikirkan soal salah satu teman saya, mantan istri Edward juga. Cuma, saya merasa dia tidak akan seberani itu untuk melakukan tindakan pengancaman. Terlebih kepada Berenice juga."Kembali terngiang saat Vinn menceritakan semua isi surat yang ditujukan kepada Edward. Sangat mustahil jika Jeanne mengetahui dengan detail kejadian-kejadian yang dialami oleh orang tua kandung Edward."Tapi ini sungguh aneh, jika bukan saksi mata, mata mungkin seseorang bisa menceritakan sesuatu dengan detail. Tapi saya setuju dengan keputusan Kak Vinn untuk mundur. Lagian yang kita butuhkan hanyalah saham dari Blhyte Callie dan sekarang

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status