Share

Bab 26

Author: Piemar
last update Last Updated: 2025-05-21 23:12:01

Andini terdiam dengan wajah yang memerah tiba-tiba. Apa yang baru saja Dewa katakan?

Apakah ia salah dengar?

Saat bibirnya terbuka ingin bertanya, Dewa sudah tidak berada di dekatnya. Pria dewasa itu berjalan menuju balkon kamar. Hembusan angin menyapu helaian rambutnya. Baru sàdar, Dewa sudah membuka pintu itu lebar, menunjukan pemandangan di luar yang tampak indah.

Namun gadis itu masih berdiri kikuk seperti patung es di tengah kamar. Masih bingung dengan takdir yang dijalaninya saat ini.

“Silakan lihat-lihat,” ujar Dewa, berdiri di ambang pintu. Nadanya datar, sopan, tapi tetap berjarak. “Mulai sekarang ini juga kamarmu.”

Andini menoleh cepat. “Kamar kita, maksudmu?”

Dewa hanya mengangguk kecil. “Di mata keluarga, iya.”

Ia masuk kembali, membuka lemari tanpa ekspresi, lalu mengambil beberapa dokumen dari laci tersembunyi. Andini memperhatikan gerak-geriknya. Tidak ada celah emosi yang bisa ditebak. Dewa bisa mengontrol emosinya. Ia tahu kapan saat bicara serius dan tidak.

Sementa
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Dikhianati Mantan, Dinikahi Paman Miliardernya   Bab 119 Orang ke tiga

    Langkah kaki Amira terdengar ringan menyusuri anak tangga menuju kamar Dewa. Ia mengira jika Dewa menginap di kediaman Hadinata. Sudah lama ia tidak bersua dengannya. Begitu sampai di depan pintu kamar, Amira mendesah pelan. “Belum pulang, mungkin,” gumamnya pelan. Amira tiba di kediaman Hadinata malam. Alhasil, ia tidak bertanya pada penghuni keluarga Hadinata tentang kepulangan Dewa.Namun saat hendak berbalik, matanya terpaku pada gagang pintu. Pintu itu tidak terkunci.Alis Amira langsung berkerut. Ia menoleh kanan-kiri, sedikit ragu, lalu mendorong pintu perlahan. Terlihat aneh, kenapa Dewa tidak mengunci pintu kamarnya? Klik.“Masuk, ah. Siapa tahu lupa dikunci,” katanya, lebih untuk menenangkan diri.Begitu pintu terbuka penuh, udara kamar menyambutnya dengan keheningan yang tidak biasa. Tidak ada suara televisi, tidak ada suara keran air. Tapi ada sesuatu yang membuat bulu kuduknya meremang.Hanya ada … perasaan tak nyaman menyelinap diam-diam.Kamar Dewa... terbuka.Amira

  • Dikhianati Mantan, Dinikahi Paman Miliardernya   Bab 118 Belum move on

    Naura hampir jatuh saat menekan tombol lift dengan panik, masih syok dengan suara yang barusan ia dengar dari kamar Andini.“Ya ampun… itu bukan suara AC kan? Bukan suara TV juga... OH PLEASE!” gumamnya sendiri sambil memegangi dada, mencoba menenangkan napas. “Itu suara desahan!!” Ia meringis merasa indra pendengarannya telah ternoda.Begitu pintu lift terbuka, ia langsung melangkah masuk dan memencet tombol B2—basement. Tak ada niat ke sana sebenarnya, tapi daripada menunggu lift ke lantai dasar terlalu lama dan berisiko ketemu siapa pun, lebih baik sembunyi dulu di basement. Toh, dari sana bisa naik taksi online juga.Lift meluncur turun dengan bunyi berdenting lembut. Tapi begitu pintu terbuka, Naura disambut cahaya remang dan hawa dingin khas basement parkiran yang sepi.Hanya suara dengung mesin dan kadang gemericik air dari pipa. Terlihat menyeramkan. Tapi … baginya dompet yang kerontang lebih menyeramkan.Naura melangkah pelan, merapatkan jaketnya. Tapi kemudian—matanya menan

  • Dikhianati Mantan, Dinikahi Paman Miliardernya   Bab 117 Di bawah Umur

    Setelah perjalanan cukup nyaman dari rumah sakit, Andini akhirnya tiba di apartemen. Dewa, seperti biasa, langsung buka pintu, membawa masuk koper kecil, lalu berbalik—mengulurkan tangan penuh gaya dramatis.“Silakan masuk, Nyonya Dewandaru,” katanya dengan menjungkitkan sebelah alisnya.Andini mengerjap. “Tumben sopan…” katanya sembari masih agak ketus. Rasanya masih belum puas, kendati ia diperlakukan seperti tuan putri sekalipun. Kesalahan Dewa kali ini agaknya belum dimaafkan seratus persen. “Sopan itu bagian dari pemulihan,” ujar Dewa, lalu tiba-tiba membungkuk layaknya pelayan kerajaan. “Ini tempat peristirahatan putri yang baru sembuh. Semuanya sudah aku steril. Bahkan remote TV pun aku lap pakai alkohol, loh.”Andini meringis geli. “Kamu takut aku berubah jadi virus?”Dewa menatap istri kecil yang gemas. Ia ingin sekali membungkusnya. Eh …“Nggak. Aku takut kamu berubah jadi Hulk kalau nemu remah keripik di sofa.”Andini tertawa, melangkah masuk sambil menyandarkan tubuhnya k

  • Dikhianati Mantan, Dinikahi Paman Miliardernya   Bab 116 Maafkan aku!

    Kamar rawat inap itu lengang. Hanya suara alat infus yang sesekali menetes pelan. Andini berbaring menyamping, punggung menghadap jendela, matanya kosong menatap tembok.Tiba-tiba pintu terbuka perlahan.“Andin?” suara lembut itu terdengar penuh ragu.Andini mengenali suara itu. Ia pelan-pelan menoleh. Di ambang pintu berdiri Naura.“Naura...?” suara Andini nyaris tak terdengar.Naura langsung melangkah cepat, lalu duduk di tepi ranjang. Ia menggenggam tangan Andini yang terasa dingin.“Aku baru tahu dari suamimu. Maaf aku telat datang...” ucap Naura dengan suara menahan haru. “Ya Allah, tuh kan aku bilang, kamu harus ke dokter. Bandel sih”Andini hanya tersenyum kecil. “Cuma... sakit lambung. Stres. Kebanyakan mikir skripsi,”Naura menatap sahabatnya dalam-dalam. “Andin, kamu nggak harus hadapi semuanya sendirian, tahu? Dari dulu juga kamu gitu. Kalau ada masalah, kamu simpan sendiri.”Andini menghindari tatapannya, bibirnya mengatup. Ia memang tidak berniat membagikan kisah sedihnya

  • Dikhianati Mantan, Dinikahi Paman Miliardernya   Bab 115 Apapun demi istri tercinta

    Suara alat monitor detak jantung bergema pelan di dalam ruangan. Andini terbaring lemah di ranjang rumah sakit, wajahnya masih pucat, nafasnya naik turun dalam tempo lambat.Rika duduk di sisi tempat tidur. Matanya sembab, tangannya terus menggenggam tangan sahabatnya itu. Ia sangat mengkhawatirkan kondisinya. Bukan tanpa alasan, Andini tidak pernah seperti itu sebelumnya.“Din... kamu tuh kenapa sih, bodoh banget…” bisiknya lirih. “Kenapa maksa kuliah? Aku tahu kamu kuat, tapi jangan sampai kamu nyakitin diri sendiri kayak gini...”Andini tak menjawab. Matanya tertutup rapat. Wajahnya damai—tapi terlalu sunyi.Pintu ruangan mendadak terbuka pelan. Rika menoleh terkesiap. Beberapa detik ia terkagum-kagum pada sosok suami Andini—yang rela jauh-jauh terbang dari Indo demi melihat kondisi istri tercinta. Sosok itu berdiri di ambang pintu dengan napas tersengal. Sepertinya ia baru pulang kerja. Langkahnya cepat, nyaris panik, tatapannya langsung tertuju pada Andini.“Gimana keadaannya?”

  • Dikhianati Mantan, Dinikahi Paman Miliardernya   Bab 114 Andini yang tumbang

    Di kantor pusat PT Hadinata Pharmaceutical, Dewa duduk di ruang rapat utama. Kemejanya rapi, dasinya simetris, namun wajahnya terlihat kurang fokus. Di sebelahnya, Zaka—asisten pribadi barunya—mencatat setiap poin penting dalam rapat evaluasi bulanan.Bu Anita, manajer keuangan, berdiri di depan layar proyektor, menyampaikan laporan. “Untuk kuartal ini, profit meningkat 6,8%, terutama dari produk herbal yang baru kita luncurkan,” katanya sambil menampilkan grafik.Dewa mengangguk kecil, namun pandangannya kosong. Pikirannya masih tertuju pada istri kecilnya. Tega nian Andini mengabaikannya. Pasti ada sesuatu yang salah! Atau … mungkin kabar ia menginap di apartemen Freya sudah terdengar olehnya? No way! Jangan sampai! “Pak Dewa?” Bu Anita menoleh, sedikit ragu. “Ada catatan khusus dari Bapak?”Dewa terhenyak, seperti baru kembali ke ruangan itu. Matanya mengerjap beberapa kali. Ia berusaha menenangkan dirinya lalu berkata dengan nada serius. “Ah, ya... bagus, teruskan,” jawabnya

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status