Share

Dikhianati Mantan, Dinikahi Penguasa Tak Terkalahkan
Dikhianati Mantan, Dinikahi Penguasa Tak Terkalahkan
Author: ReyNotes

1. Batal Menikah

Author: ReyNotes
last update Last Updated: 2025-03-26 14:36:55

“Mempelai pria tidak akan datang. Dia sedang sibuk dengan... wanita lain.”

Suasana ballroom yang sejak tadi sunyi kini terdengar suara bisik-bisik. Vina berdehem untuk mendapatkan perhatian kembali.

“Pesta tetap berlanjut. Silahkan nikmati makanan yang telah tersedia.”

Vina dengan gaun pengantin cantik turun dari panggung dengan senyum di wajah. Bahkan menyapa ramah para tamu undangan yang memberikan ucapan penuh keprihatinan.

“Aku nggak papa. Lebih baik tau sebelum pernikahan, bukan?” Kalimat itu yang selalu meluncur dari bibir Vina tiap kali keluarga atau kerabat menanyai keadaannya.

Tapi akhirnya, Vina lelah juga. Betul kata orang bijak, pura-pura baik-baik saja itu butuh banyak tenaga.

Sahabatnya, Ayla menyeretnya ke meja VIP. Ayla lah yang pertama kali tau bahwa Andreas – mantan tunangannya, selingkuh. Vina tidak percaya begitu saja.

Hingga dua hari sebelum pernikahan, ditemani sahabatnya, Vina memergoki sang tunangan di kamar hotel dengan wanita lain. Detik itu juga Vina memutuskan Andreas.

“Sudah kubilang untuk membatalkan saja pesta ini. Aku risih mendengar banyak orang bertanya tentangmu dan Andreas.” Ayla berbisik sambil menyiapkan piring makanan untuk Vina, lalu pergi untuk menemani para tamu.

Vina menatap sekeliling. Pesta pernikahan tanpa pengantin lelaki ini tetap berjalan meriah dengan dekorasi elegan dan band kenamaan. Hingga akhirnya matanya berair.

Tak mau keluarga dan kerabatnya melihat ia menangis, diam-diam Vina keluar dari ballroom. Perlahan berjalan menuju ruang ganti pakaian untuk sekedar menenangkan diri.

Langkahnya terhenti melihat pemandangan di depan pintu. Andreas dan Ayla sedang bercumbu di sofa. Dua orang terdekatnya ternyata berkhianat. Entah sejak kapan.

Kedua mata Vina hanya menatap kosong pada dua mahluk yang tak sadar ia perhatikan. Tidak ada air mata. Ia hanya mengutuk diri sendiri bagaimana selama ini begitu polos hingga tak tau apa yang terjadi di belakangnya.

Vina segera membalik tubuh dan setengah berlari menjauhi ruang ganti pakaian. Kakinya melangkah tak tentu arah. Hingga akhirnya ia melihat sebuah restoran yang sepi.

Setelah memesan minuman, Vina memangku wajahnya dan merenung. Jantungnya masih berdebar kencang mengingat apa yang barusan ia lihat. Sebenarnya Andreas bersama wanita di hotel atau dengan Ayla?

Tiba-tiba ada sesuatu yang menyelinap ke bawah gaun pengantinnya yang lebar. Tak lama kemudian tiga lelaki kekar masuk dan berkeliling ruangan.

“Ssstttt.” Seorang lelaki bermasker melongokkan kepalanya dari balik gaun. “Tolong sembunyikan aku sebentar, ya.”

Vina mengerutkan kening tak suka. “Pasti lelaki yang di bawah gaunku yang mereka cari.” Vina membatin.

Berpikir cepat apa yang harus ia lakukan, Vina akhirnya memutuskan untuk pura-pura tidak tau. Hingga tiga lelaki kekar itu pergi.

“Mereka sudah pergi, kan?” Lelaki itu keluar dari gaun lebar Vina.

“Plak.” Tangan Vina spontan menampar pipi lelaki tersebut. “Dasar lelaki mesum!”

“Eh, aku nggak lihat apa-apa, kok.” Lelaki itu bersumpah pada Vina sambil memegangi pipinya.

“Lagian, apa nggak ada tempat lain untuk sembunyi dari para penagih hutang itu?”

“Hah? Penagih hutang?” Lelaki itu tampak terkejut.

Dengan wajah menahan marah, Vina melengos lalu pergi. Tetapi, lelaki itu malah membuntuti Vina.

“Aku ikut kamu, siapa tau mereka masih mengejarku.”

“Bukan urusanku!"

“Oh. Mereka juga akan mengejarmu, bahkan menangkapmu juga karena barusan kamu yang menyembunyikanku.” Lelaki itu mengancam sambil berkacak pinggang.

Ini pasti orang gila! Dengan wajah merengut kesal, Vina melewati lelaki itu dan masuk ke dalam lift yang kosong.

Hingga tiba di depan pintu kamar hotel, lelaki itu tetap membuntuti Vina.

“Cukup sampai di sini ngikutin aku.” Vina berkata tegas.

Vina membuka pintu. Saat ia akan masuk, lelaki itu segera mendahuluinya. Spontan, Vina berteriak kesal.

“Heii! Kamu tidak boleh masuk!”

Lelaki itu tidak menjawab. Ia terpaku di tempatnya berdiri sambil menatap sekeliling. “Kamu... ini, kamar pengantin?”

“Keluar!” ulang Vina dengan jari telunjuk mengarah ke pintu. Nada suaranya bergetar saat memerintah.

Lelaki itu mengabaikan ucapan tegas Vina, lalu mengambil secarik kartu pada kue cantik di meja.

“Nona Vina... kami prihatin atas gagalnya pernikahan anda. Terimalah kue ini sebagai rasa kepedulian kami.” Lelaki itu membaca keras-keras. “Aku pikir kamu sedang syuting, pemotretan, cosplay atau apa lah. Ternyata pengantin betulan,” imbuhnya lagi sambil terkekeh.

“Tolong, keluar lah. Aku sedang ingin sendiri.” Vina seperti kehabisan daya untuk emosi, lalu menjatuhkan bokongnya ke sofa dan bersandar lemah.

“Nangis aja kalau mau nangis.” Lelaki itu memberi saran dengan santai. “Lagipula dia yang rugi karena tidak jadi menikahi wanita cantik sepertimu.”

Kalimat itu sudah berkali-kali ia dengar, namun saat ini terasa berbeda. Rasanya kata-kata itu menguatkan sekaligus melemahkannya. Vina jadi terisak sedih.

“Cup, cup, cup.” Lelaki itu menghampiri Vina lalu memeluknya. “Apa ini kali pertama kamu menangis semenjak membatalkan pernikahan?”

Vina tidak menjawab. Untuk sesaat ia larut dalam pelukan lelaki tak dikenal itu. Hingga akhirnya sadar dan mendorong dada lelaki di sampingnya.

“Kamu siapa, sih? Jangan sok menenangkanku.”

“Mmm kamu... tidak kenal aku?” Lelaki itu membuka masker wajahnya.

Kening Vina berkerut menatap si lelaki. Tampan, kulit bersih dengan mata berkilau, struktur wajahnya proporsional. Di mata Vina, lelaki ini seperti sosok playboy internasional.

“Tidak. Kita belum pernah bertemu, kan?”

Lelaki itu mengangkat kedua alisnya, lalu tergelak kencang sambil bertepuk tangan. Vina terpana melihat ketampanan lelaki itu justru bertambah saat tertawa.

“Akhirnya... ada juga wanita yang tidak mengenaliku.” Lelaki itu bergumam sambil menatap Vina dengan senyum misterius.

“Apa maksudmu?” Vina menggeleng bingung.

“Tidak, tidak.” Lelaki itu menggeleng dan menjulurkan tangan. “Kenalkan. Aku Dylan.”

Vina menatap uluran tangan itu tanpa membalasnya. Si lelaki akhirnya menurunkan tangan dan menatap prihatin pada Vina.

“Apa yang lelaki itu perbuat padamu? Selama dia tidak tiba-tiba mati, kamu wajib balas dendam!”

Spontan, Vina menoleh dan menatap Dylan. Saat ini, ia bahkan sulit bernapas, apalagi balas dendam yang butuh ekstra effort?

“Malas!” Vina menjawab dan menghela napas beratnya.

“Hem. Karena tadi kamu membantuku, aku akan balas budi.”

Vina menggeleng lemah. “Tidak perlu. Keluar saja dari kamar ini. Aku butuh ketenangan.”

“Tidak mau. Aku takut kamu bunuh diri.”

Pernyataan itu membuat bibir Vina mencebik. “Sebelum mati, aku ingin tau bagaimana mantan tunangan dan sahabatku bisa selingkuh.”

“What?” Mata Dylan terbelalak lalu memberi saran. “Daripada sedih-sedih, lebih baik menyalurkan energi negatifmu pada hal yang bisa membuat mereka terkejut.”

Vina menghela napas berat. “Aku belum tau harus melakukan apa.”

Dylan menatap sekeliling kamar yang bernuansa cream dan putih serta dekorasi bunga berwarna burgundy. “Aku punya solusi untuk masalahmu.” Dylan menatap Vina dengan wajah serius.

“Apa?”

“Menikah lah denganku!”

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (3)
goodnovel comment avatar
NACL
keren tor up yang banyaaaak
goodnovel comment avatar
uvuvwevwevwe osas
good story
goodnovel comment avatar
Yiming
lanjut bab 2 biar gak penasaran
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Dikhianati Mantan, Dinikahi Penguasa Tak Terkalahkan   157. Cocok Jadi Kakak

    “Yaaahh... kok daddy dimarahi?” Dylan kini ikut memberengut. “Asal kamu tau ya, mommy tuh yang nggak ngabari daddy kalau pindah rumah. Daddy jadi sulit ketemu mommy dan Clara.”“Hah?” Clara menatap sang mommy. “Mommy kok jahat sama daddy? Kasihan kan daddy cari-cari kita.”“Soalnya, mommy dulu marah sama daddy.”Clara beralih menatap Dylan. “Oo... daddy dulu nakal, ya. Nggak boleh gitu lagi, ya.”“Iya, nggak. Daddy sudah baik kok sekarang.” Dylan terkekeh karena diomeli putrinya.“Bagus!” Clara menatap mommynya. “Mommy juga nggak boleh kabur-kabur nggak kasih kabar sama daddy lagi.”“Iya, nggak.”“Huffttt... Ara tenang sekarang kalau mommy daddy baik-baik aja.”Rasanya sepuluh hari tidak bertemu Vina melihat sang putri lebih dewasa. Vina dan Dylan mengantar putri mereka ke kamar untuk tidur.“Mommy daddy nggak usah nemenin Ara tidur. Ara kan sudah besar.” Clara naik ke ranjang dan menyelimuti dirinya sendiri.“Ya, sudah. Selamat tidur, Clara.”Vina dan Dylan bergantian mencium Clara.

  • Dikhianati Mantan, Dinikahi Penguasa Tak Terkalahkan   156. Pulang

    Dylan menyewa pesawat pribadi untuk perjalanan pulang mereka. Vina disambut Fanny -- tetangganya."Ya ampun, Kak Vina." Fanny mencium pipi kiri dan kanan. "Aku kangen banget sama Ara."Vina terkekeh. "Kangen Clara atau daddynya?""Huss." Dengan wajah malu, Fanny melirik Dylan.Dylan malah dengan sengaja melambai dan tersenyum ramah pada Fanny. Vina tergelak saat Fanny terlihat salah tingkah.Tetapi, setelahnya Fanny bisa langsung bekerja secara profesional.Vina mendapat ucapan selamat ulang tahun dari kru pesawat dan selamat hari pernikahan untuk Vina dan Dylan.Bahkan ada beberapa sudut pesawat dihias dengan buket bunga cantik. Setelah lima tahun, akhirnya Vina merasa bahagia pada hari kelahiran sekaligus hari pernikahannya.Karena menggunakan pesawat pribadi, mereka tiba lebih cepat. Dylan dan Vina juga tidak harus melewati pintu kedatangan karena mobil mereka sudah terparkir di lapangan parkir pesawat.Jam dua siang, Vina dan Dylan sudah sampai di rumah. Tampak depan, rumah sepi.

  • Dikhianati Mantan, Dinikahi Penguasa Tak Terkalahkan   155. Paling Istimewa

    Bulan madu hari terakhir. Pagi-pagi sekali, Vina menggeliat karena mendengar suara musik dari ruang tamu. Ia segera menoleh ke sisi ranjang yang kosong.Secarik kertas dengan satu kotak cukup besar berada di sisi tempat biasanya Dylan tidur. Vina mengambil dan membaca catatan tersebut.“Akh... permainan apa lagi ini.” Vina mendengus dan menggeleng samar setelah membaca pesan dari Dylan.Meski begitu, Vina menuruti apa yang tertulis pada kertas itu. Dylan memintanya berdandan cantik dengan gaun yang ia siapkan.Tak butuh waktu lama, Vina siap. Gaun yang dikenakannya berwarna navy elegan berpotongan dada rendah. Panjangnya hanya selutut menambah kesan feminim.Setelah puas dengan penampilannya, Vina keluar dari kamar. Ia membuka pintu dan tertegun sejenak.Ruang tamu di depannya sudah disulap dengan dekorasi mewah. Bunga-bunga hidup dipajang di berbagai sisi. Hidangan pun tersaji cantik di meja.Dylan muncul dengan pakaian jas lengkap berwarna senada dengan gaun Vina. Ia melangkah mende

  • Dikhianati Mantan, Dinikahi Penguasa Tak Terkalahkan   154. Bermalas-Malasan

    “Kamu mau aku jadi Goldies?” Vina mengerutkan keningnya.“Iya, dong. Kamu harus menjadi penggemar setiaku, yang mendukung dan bersamaku hingga akhir masa karir bermusikku.” Dylan mengangguk.“Tetapi, penggemar setiamu sudah banyak. Dari berbagai belahan bumi.”Dylan berpikir sejenak. Ia menenggak lagi air mineral dingin lalu duduk di samping Vina. Tubuhnya ia sandarkan di sofa.“Sia-sia dong aku konser di depanmu.”Vina terkekeh. “Jadi Goldies atau tidak, aku akui penampilanmu mempesona barusan. Aku menyukainya. Selama ini, aku tidak pernah fokus melihatmu saat tampil.”“Benaran?” Dylan menoleh dan menatap istrinya.Kepala Vina mengangguk tegas. “Iya. Lagipula, kamu kan nggak mau nikah sama Goldies.”Dylan jadi memikirkan ucapan Vina barusan. Benar juga. Dulu ia memang bilang begitu karena tidak mau memilih salah satu Goldies menjadi istrinya karena akan melukai Goldies lain.Menjadi Goldies itu sulit karena ketika idola mereka menikah, mungkin patah hati. Tetapi bagi Dylan, lebih sul

  • Dikhianati Mantan, Dinikahi Penguasa Tak Terkalahkan   153. Konser Pribadi

    Dylan garuk-garuk kepala mendengar permintaan sang putri. Lalu, ia mendapat jawaban tepat di otaknya."Daddy kan lagi nggak ada. Kamu minta tanda tangan sama siapa?""Daddy tanda tangan sekarang terus kirim ke rumah. Bisa kan?""Jualan yang lain aja, deh, ya.""Jualan apa dong? Kalau ada mommy, Ara juga bisa jualan spagetti." Wajah Clara terlihat memberengut. "Tapi kan mommy juga nggak ada."Vina dan Dylan saling melirik. Setelah beberapa hari mereka pergi, akhirnya Clara kesal juga karena tidak ada orang tuanya."Gini, deh. Clara pernah buat gelang dari manik-manik di ruang kerja mommy, kan? Clara ingat cara buatnya?"Clara mengangguk mendengar pertanyaan sang mommy."Clara jualan gelang aja. Nanti teman-temannya bisa pilih sendiri manik-manik yang mereka mau. Bisa?"Clara terlihat berpikir sejenak lalu mengangguk-angguk. "Oke, mommy. Clara mau jualan gelang aja.""Oke. Mommy minta pelayan kirim semua manik-manik ke rumah Reino, ya.""Boleh semuanya dijual?""Boleh. Sekarang, Clara t

  • Dikhianati Mantan, Dinikahi Penguasa Tak Terkalahkan   152. Mau Jualan

    "Kalau itu sih nggak perlu suit.""Biar seru."Vina mendengus. Dengan gerakan yang sengaja ia pelankan, Vina melepas pakaiannya. Gerakan itu malah membuat Dylan bergairah.Namun Dylan juga bertahan dan menatap tanpa jeda tubuh istrinya yang setengah polos sekarang."Mmm... bentar aku mau pipis."Dylan memejamkan mata menahan kesal. Ada ada saja istrinya ini. Padahal ia sudah hampir menerkam Vina barusan."Aneh banget pipis dengan pemandangan ranjang begini." Vina berseru dari kamar mandi."Sudah, cepat, Chagiya!""Sabar."Vina kembali dengan hanya mengenakan celana dalam. Dylan memberi kode untuk melepasnya.Jika tadi Vina sengaja menggoda Dylan. Sekarang, tanpa malu ia melepasnya dengan gerakan sembrono."Aku boleh makan dulu? Makanan selamat datang dari hotel tadi tampak enak.""Astagaa." Dylan mendesis saat Vina meninggalkannya sendirian di ranjang.Tapi tak lama kemudian, Vina muncul lagi dengan piring berisi kue vanila keju di tangan. Dengan santai, wanita itu makan di depan sang

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status