Share

PHK Mengubah Segalanya

Penulis: Shilla07
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-21 23:52:43

Hari itu langit tampak cerah, jalanan masih tampak basah karena semalam hujan mengguyur kota metropolitan itu. Terlihat orang-orang mulai berbondong-bondong untuk memulai aktivitasnya. Tidak terkecuali Arka. Ia menuju tempat kerjanya mengendarai motor butut warisan orang tuanya. Hari itu jalanan nampak padat merayap, terlihat kendaraan mulai perlahan berjalan pasca lampu merah di pertigaan itu. Jarak tempuh dari kontrakan menuju toko florist tidaklah jauh, sekitar 15 menit saja.

Sesampainya di toko, Arka memarkirkan motornya. Hari itu sama sekali tak ada firasat buruk dalam benaknya, dengan langkah penuh semangat, ia berjalan menuju tokonya tanpa melihat tulisan dipintu tertera “close”. Toko terlihat sepi padahal sudah pkl 08.00 wib, biasanya sudah mulai ada aktivitas namun tidak di hari itu. Terlihat bos toko dengan wajah sayu tanpa semangat bahkan ia tak menyadari kalau Arka telah tiba.

“Pagi bos, tumben pagi-pagi sudah di toko, biasanya siang baru nongol,” tanya Arka dengan senyum khasnya.

“Iya, maaf. Sepertinya kamu nggak bisa kerja disini lagi,” ujar lelaki yang terlihat berusia 50 tahun itu, kulitnya putih dengan sedikit kerutan di wajahnya. Bos toko itu keturunan cina-jawa.

“Kenapa bisa tutup, bos? Padahal kemarin-kemarin toko baik-baik saja, orderan ramai seperti biasa, apa karena saya ijin tidak masuk dua hari maka bos memecat saya ?” Tanya Arka dengan suara perlahan seperti sulit untuk dikelurkan karena peristiwa ini tentu membuatnya shock. merasa di PHK sepihak.

“Bukan karena itu tapi terjadi kesalahan dalam pengelolaan keuangan toko sehingga saya harus menjual toko ini, nanti kamu ambil uang pesangon di Erina, sekarang dia lagi ke toilet.” Ucap Bos tanpa ragu kemudian ia mulai melangkahkan kakinya keluar dari toko.

Kabar mengejutkan ini tentunya mengguncang pikiran Arka. Bagaimana nanti biaya si kembar? Bagaimana dengan desakan promil dari istrinya? Bagaimana reaksi ibunya nanti? Pertanyaan itu terus terngiang-ngiang dalam pikirannya ibarat potongan-potongan film pendek.

“Hei, melamun pagi-pagi, kesambet nanti, kaget ya sama ucapan si bos?” Celetuk Erina yang sanggup membuyarkan lamunan Arka.

“Iya nih, kenapa kok mendadak ditutup, perasaan kemarin masih baik-baik aja?” Tanya Arka dengan ekspresi penuh tanda tanya.

“Bos ketipu karena dia terhasut temannya untuk ikut investasi bodong. Akhirnya toko ini dijual untuk menutupi hutang-hutangnya dan untungnya laku. Tiga hari lagi si pemilik toko baru akan launching dan teman-teman lain sudah ambil uang pesangon kecuali kamu.” Ucap Erin sambil memainkan rambutnya dengan ekspresi heran, mengapa hanya Arka yang tidak tahu apapun perihal toko florist ini.

Mendengar pernyataan itu, Arka mulai memahami kondisinya meski ia heran mengapa teman-temannya tidak ada yang mengabarinya. Ia tidak menyadari bahwa teman-temannya cukup kesal dengan sikapnya yang sering hutang tapi tidak membayar, ia kerapkali beralasan jika uangnya habis untuk biaya si kembar sedangkan teman sesama kurirnya belum menikah menunjukkan sikap peduli pada kondisinya. Awalnya mereka simpati tapi karena terlalu sering dan susah ditagih, akhirnya mereka mulai menjauh. Padahal uang itu selama ini ia gunakan untuk top up game online.

Usai menerima uang pesangon itu Arka mulai melajukan motor bututnya ke rumah tantenya, satu-satunya keluarga dari ibunya yang tinggal di kota. Berbeda dengan sang ibu yang masih menetap di desa untuk membantu mengelola sawah warisan bersama saudara-saudaranya yang lain.

“Assalamualaikum tante, ini Arka, ” ucapnya sambil mengintip di jendela yang tidak tertutup gorden itu, ia berharap melihat ada tanda-tanda kehidupan di dalamnya.

“Waalaikumsalam, masuk nggak dikunci.” Teriak Tante Amara.

Arka langsung masuk dan duduk di ruang tamunya. Ia memilih untuk tidak pulang karena tahu Anna pasti belum pulang dari kerjanya.

“Tumben ke rumah tante siang hari begini, kamu tidak kerja?” ujar Tante Amara sambil membawa kopi kesukaan keponakannya.

“Aku dipecat dari pekerjaanku Tan, gimana ini? Pusing kepalaku,” jawab Arka dengan lemas. Ia menyandarkan kepalanya di sofa yang terlihat nyaman itu.

“Dulu ibumu sudah bilang tidak usah dilanjutkan hubunganmu dengan Anna, kalian itu tidak jodoh, kalau dilanjutkan akan sial terus,” ujar Tante Amara dengan penuh penekanan.

“Aku juga tidak tahu, aku mengira orang tua Anna bakal bantu kita atau memberiku pekerjaanlah, PNS pasti banyak kenalannya tapi kita malah diasingkan. Bahkan sampai saat ini mereka masih tidak bisa menerima aku, apalagi tahu aku dipecat mungkin mereka menyuruh kami cerai,” tutur Arka berharap mendapatkan saran terbaik untuk masalahnya.

“Kalau begitu ceraikan saja Anna, nikah lagi sama perempuan kaya biar kamu tidak usah capek-capek kerja. Guru honorer seperti dia gajinya tidak seberapa.” Tutur wanita paruh baya itu tanpa keragu-raguan sedikitpun.

Arka terlihat mulai terpengaruh dengan ucapan tantenya. Ia mulai merasa omongan itu mungkin benar. Mungkin sudah cukup kesabarannya selama ini, mertua yang diharapkan memberikan perubahan pada hidupnya tak kunjung memberikan restu yang berdampak pada kesulitan ekonomi ini. Hari menjelang sore, ia memutuskan untuk pulang meski sebenarnya malas untuk melangkahkan kakinya, khawatir dengan reaksi Anna nanti.

Setibanya di rumah, Arka melihat sang istri tengah menyapu halaman, ia sebenarnya mulai bingung dengan perasaanya, ia takut menyakiti si kembar jika berpisah dengan istrinya, padahal dalam lubuk hatinya ia mulai merasa ragu-ragu. Melihat kedatangan suaminya, Anna tersenyum sebagai bentuk sapaam khas pada suaminya yang baru saja tiba. Meski ia terlihat lemas dan duduk dengan ekpresi tak berdaya di ruang tamu mereka. Wanita itu beranjak menuju dapur untuk membuatkan kopi kesukaan suaminya. Kemudian mengantarkan kopi itu sambil menunggu suaminya bicara.

Arka duduk sambil memijat kepalanya perlahan, ia mulai merasa lelah dan pusing. Melihat istrinya membawakan kopi kesukaannya, perasaannya sedikit lega, ia berharap kopi itu bisa sedikit meringankan beban pikirannya. Setelah ia menyeruput kopinya, ia mulai bercerita tentang PHK yang disebabkan oleh si bos yang tertipu investasi bodong. Anna mendengarkan keluh kesah suaminya dengan penuh perhatian, meski hanya bisa tersenyum dan menguatkan hatinya. Sang istri tetap bersikukuh untuk program hamil anak laki-laki. Mendengar penuturan itu, ia hanya terdiam seolah-olah setuju dengan pilihan istrinya, padahal dalam hati sebenarnya menolak karena ia merasa tak sanggup jika harus menambah biaya untuk promil disaat ekonomi keluarga tidak baik-baik saja.

Keesokan harinya terlihat ekspresi Arka terlihat kebingungan. Ia mulai memikirkan bagaimana caranya memperoleh pekerjaan secepatnya. Dipandanginya si kembar yang sedang bermain dihalaman rumah mereka. Ia merasa si kembar adalah salah satu alasannya tidak bisa melepaskan istrinya, padahal pikirannya sudah mulai terpengaruh oleh ibu dan budenya.

Melihat suaminya sedang duduk melamun diteras, Anna menyapa suaminya dengan senyum khasnya

“Mas, aku berangkat dulu ya, titip anak-anak,” ucap Anna.

Lelaki itu hanya tersenyum dan menganggukkan kepala tanda ia akan menuruti keinginan istrinya.

“Mas, minggu depan kita mulai ke dokter ya, aku sudah dapat masukan dari temanku kalau ada dokter yang bagus di kota ini, dia hanya datang berapa kali sudah berhasil hamil anak laki-laki,” tutur Anna penuh semangat.

Melihat ekspresinya istrinya yang bercerita dengan riang gembiranya ternyata tak mampu menularkan energi positif itu pada dirinya. Ia semakin bingung karena sebenarnya tidak setuju dengan pilihan itu namun ia juga belum bisa menolak keinginan ibunya, hatinya sendiri sedang dilanda dilematis yang tak berkesudahan. Ia sebenarnya ingin memberi tahu istrinya jika semalam Ibu telah menelponnya. Ibu mengabari bahwa rumahnya akan segera di renovasi sehingga membutuhkannya untuk mengawasi, namun ia tidak tahu bahwa sebenarnya sang ibu mencoba mendekatkannya dengan anak salah satu pengusaha terpandang di desa itu.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Dikhianati Sang Kurir, Diratukan Sang Dokter   Kehidupan Arka (6)

    Beberapa hari kemudian ... Kematian Andrew, kakeknya menjadi luka mendalam bagi Aruna. Gadis remaja itu menangis tenggelam dalam duka karena sosok orang tua yang menjadi panutan kini telah tiada. Tak banyak pelayat di rumahnya, hanya Arka, istri dan ibunya yang datang. Tak ada raut kesedihan dalam diri mereka kecuali hanya rasa kasihan pada Aruna, gadis yang selama ini merawatnya. "Nak, ayo pulang, mau sampai kapan kamu berada di sini?" Arka mengajak Aruna untuk bangkit dari pusara kakeknya. Gadis remaja yang tak punya siapa-siapa kecuali ayahnya akhirnya mengikuti apa yang diperintahkan padanya. Ningsih terlihat sangat senang dengan kehadiran Aruna, ia telah lama menginginkan anak perempuan justru bersemangat dengan kehadiran anak tirinya. Namun, rona kelabu tak juga berakhir dari hidupnya, ia dihadapkan dengan pandangan kakek tiri yang tak ramah. "Siapa gadis ini? Kalian kira rumahku tempat penampungan?" bentak Ayah Ningsih yang tak menyukai kehadiran Aruna. "Ayah, d

  • Dikhianati Sang Kurir, Diratukan Sang Dokter   Kehidupan Arka (5)

    "Papa, maafkan aku semua kesalahanku," tutur Arka yang tak mampu lagi berucap, melihat ayah kandungnya yang nyaris sekarat membuat segala kebencian masa lalunya sirna. Bukan tanpa alasan, Arka tahu ayah kandungnya setelah bercerai dengan Anna. Sang ibu sengaja merahasiakannya karena malu telah berselingkuh dari suaminya. Ayah biologis Arka adalah dokter muda yang kala itu bertugas di desa yang menghantarkan dalam romansa kelam dengan sang ibu. Kedua insan muda kala itu terjerat asmara terlarang hingga lahirnya Arka. Papa Arka pergi begitu saja tanpa kabar saat dia dipindahkan ke kota dan kembali pada pelukan istri dan kedua anaknya. Perselingkuhan masa lalu terbongkar di masa senja keduanya yang berunjung pada penelantaran yang dilakukan oleh mereka, hanya Aruna atau anak Arka yang mau menjaganya. Kini mereka bertiga duduk di sebuah ruang tamu yang hanya beralaskan tikar, sang papa yang lumpuh hanya mampu duduk di atas kursi rodanya. "Papa, kemana Aruna? Apa dia mengajarkan le

  • Dikhianati Sang Kurir, Diratukan Sang Dokter   Kehidupan Arka (4)

    Arka, pria yang telah lama tak dijamah wanita kini seperti terlahir kembali dari tidur panjangnya. Persetubuan pasca pernikahan siri dengan Ningsih bagai memberi kebahagiaan tak terkira di malam yang dingin. "Ning, kamu tidak berubah, tetap cantik dan mempesona," bisik Arka diiringi desahan kenikmatan. Ningsih, gadis desa yang telah kehilangan keperawanannya oleh Arka kala itu hanya bisa menggeliat pasrah saat tubuhnya terus menerus dijamah dan dinikmati oleh suaminya yang tak lain adalah Arka. Ibarat jodoh takkan kemana, mereka kini dipertemukan lagi dalam pernikahan siri yang serba dadakan. Daripada malu diomongin tetangga akibat tinggal bersama tapi belum nikah, baiknya nikah duluan meski hanya siri. Namun, Arka yang pada dasarnya buaya tentu takkan puas bercinta dengan gadis desa yang pasif. Tiba-tiba ia kembali teringat pada sosok Aneta, wanita kembaran mantan istrinya yang sangat seksi dan menggoda hingga membuatnya ketagihan untuk terus menerus bercinta dengannya. Kee

  • Dikhianati Sang Kurir, Diratukan Sang Dokter   Kehidupan Arka (3)

    Arka melangkahkan kakinya yang terasa berat. Digendongnya anak laki-laki yang selama ini diharapkan hadir oleh ibunya, Ayu. Namun, rasa puas itu tak muncul dalam benaknya, kegelisahan justru membayangi dan menjadi luka dalam hati."Mas, kamu ke mana aja?" Ningsih menyapa dengan celemek lusuh yang dikenakan setelah memasak makan malam.Arka tak menjawab, hanya tersenyum kecil lalu meletakkan anak laki-lakinya tidur di kamar. Tak ada napsu makan yang membayang sebab tamparan kenyataan membuatnya merasa kenyang."Mas, makanlah! Aku dan ayah sudah makan! Besok penghulu akan datang atas permintaan ayah," ujar Ningsih sambil tetap duduk di kursi makan untuk menemani kekasih hati yang telah lama menghilang.Dengan tangan gemetar, Arka mulai menyendok nasi goreng yang telah dingin meski tak sedingin hati yang hampa sebab ketiadaan cinta dari istri dan anaknya. Penolakan Aruna, anak yang begitu dirindukan seolah menjadi peluru tajam yang menembus jantungnya."Mas kenapa nangis?" Ningsih terlih

  • Dikhianati Sang Kurir, Diratukan Sang Dokter   Kehidupan Arka (2)

    "Sebenarnya aku ke sini hanya ingin meminta maaf pada Bapak, Ningsih dan anak yang telah aku tinggalkan. Saat itu aku memang egois, memikirkan kesenanganku sendiri, aku sungguh menyesal." Arka mengatakan semua yang dirasakan dengan mata berkaca-kaca. Ia kembali menatap anak laki-laki tampan dan lucu yang kini duduk di pangkuannya. Mereka baru pertama ketemu tapi sudah seperti mengenal cukup lama. "Aku mungkin bisa memaafkan tapi tidak melupakan. Jika hanya itu yang ingin kau katakan, pergilah!" Ayah Ningsih sengaja mengusirnya, bahkan bangkit dari duduknya hendak membuka pintu. "Ayah! Tunggu! Jangan usir Mas Arka! Dia kini hidup sendirian! Aku menemukannya di pasar, sedang bekerja mengangkat beras! Kenapa kita tidak memperkerjakan dia, bukankah kita membutuhkan orang?" Ningsih mencoba membujuk ayahnya kembali, keinginannya untuk hidup bersama Arka masih begitu kuat terlebih buah hatinya terlihat nyaman dengan kehadirannya. "Ning! Cukup! Pria ini adalah orang yang memperko

  • Dikhianati Sang Kurir, Diratukan Sang Dokter   Kehidupan Arka (1)

    Arka mulai nampak kelelahan, sesekali mengusap keringat yang membasahi pelipisnya. Di tatapnya jam dinding di dalam gudang sembako yang bertengger di sudut ruang, tepat pukul 10 pagi, artinya jam kerjanya masih kurang beberapa jam lagi. "Mas, kamu pucat, istrihatlah," ujar salah satu teman kulinya. Arka yang merasa pusing, memutuskan untuk rehat sejenak, mungkin dirinya terlalu bekerja keras. Tiba-tiba terdengar langkah kaki mendekatinya. Kini seorang wanita berdiri di hadapannya. "Mas, Arka?" Arka menatap wanita itu dengan memincingkan matanya, cantik dan terasa tidak asing, seperti pernah mengenalnya. "Mas, ini aku Ningsih, kamu kemana saja, Mas? Anak kita sudah lahir, laki-laki tampan." Arka mengernyitkan dahinya, Ningsih? Anak laki-laki? Seketika itu dia teringat pada kesalahan masa lalunya. Di saat proses cerai dengan Anna dan kumpul kebo dengan Clara, dia justru berselingkuh dengan Asih dan Ningsih. Debaran jantung tak terbendung, rasa sesak di dada mulai menyelimu

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status