Share

Dikhianati Sang Kurir, Diratukan Sang Dokter
Dikhianati Sang Kurir, Diratukan Sang Dokter
Author: Shilla07

Desakan Mertua

Author: Shilla07
last update Last Updated: 2024-12-21 23:51:18

“Gimana Na, sudah isi apa belum?” ujar Ayu dengan tatapan tajamnya pada menantu perempuannya.

Ia seringkali menanyakan pertanyaan itu dan berharap mendapat jawaban yang memuaskan ambisinya, memperolah cucu laki-laki dari anak lelaki kesayangannya.

“Belum bu, doakanlah kami, lagipula saya masih ingin fokus mengasuh Arini dan Aruna, mereka sebentar lagi masuk Sekolan Dasar dan pasti semakin banyak keperluannya,” jawab Anna dengan helaan nafas panjang.

Sebenarnya pertanyaan itu cukup mengganggunya, ia sudah berusaha semaksimal mungkin namun jika takdir tak berpihak padanya, dia bisa apa?

Ibu Mertua mengernyitkan dahinya yang sudah penuh dengan goresan-goresan kehidupan dan berucap dengan penuh penekanan, “Apa? kamu gimana sih Na? Justru karena anakmu sudah besar, sudah saatnya mereka punya adik, dan adiknya harus laki-laki! Kasian Arka tidak punya anak laki-laki, apa kata orang nanti? Aura saja sudah punya anak laki-laki dan perempuan. Kamu jangan mau kalah sama dia!”

“Bu, kami pasti akan berusaha lagi, ibu tidak perlu khawatir, aku dan mas Arka pasti akan berusaha semaksimal mungkin.” balas Anna dengan lembut meski hatinya terasa seperti diiris-iris, perih.

Mendenger suara ibunya yang mulai meninggi, Arka yang sedang bermain dengan anak-anaknya mulai beranjak menuju ruang tamu untuk menenangkan ibunya yang mulai mengintimidasi Anna. “Ibu sudah bu, jangan tanya itu lagi pada Anna, kasihan dia sudah lelah mengurus aku dan si kembar,” terdengar suara Arka dengan penuh penekanan pada ibunya. Dia nampak menahan emosi saat ibunya terus memberondong Anna dengan pertanyaan kapan punya anak laki-laki.

“Arka, Ibu tidak ingin kamu menjadi bahan gosip tetangga, kamu sudah lama nikah, apa susahnya punya anak laki-laki? Mending kamu cari istri lagi!” Ketus ibu mertua dengan sorot mata tajamnya pada Anna, seolah-olah Anna penyebab semua kegagalan itu.

“Ibu, kami akan berusaha lagi dan ibu jangan pikir aku akan menikah lagi, itu tidak akan terjadi karena aku sangat mencintai Anna!” Balas Arka dengan tegas.

“Anna, ayo kita pulang, sudah cukup kita berkunjung kerumah ibu.” Ajak Arka kepada istrinya dengan meraih tangannya menuju kamar untuk segera beberes, daripada berdebat tanpa ujung, lebih baik pulang saja, itu yang dipikirkannya.

Hari itu cuaca sedikit mendung, tak mengurungkan niatnya untuk segera pulang, apalagi mobil sewaan mereka telah bertengger dihalaman sejak pagi. sebelum pulang tak lupa mereka mencium tangan Ayu dengan takzim, kemudian Anna memberikan sebuah amplop berisi nominal yang mungkin tidak seberapa bagi mertuanya.

“Punya duit kamu? Gaji guru honorer berapa sih,” ketus Ayu Sang Ibu Mertua.

“Ada bu, meski tidak banyak, semoga bisa sedikit meringankan ibu.” Ucap Anna lembut dengan senyum dibibir merahnya.

Di sepanjang perjalanan, semua diam membisu seperti terhanyut dalam pikiran masing-masing. Sepasang suami istri itu nampak memperhatikan lalu lalang kendaraan yang melaju dengan kecepatan sedang, belum ada yang memulai perbincangan sampai akhirnya Aruna mulai mengeluhkan keluh kesahnya pada bunda yang teramat disayanginya.

“Bunda, aku tidak suka dirumah nenek, tadi Runa dengar nenek marahin ibu, kenapa sih nenek kok jahat?” celotehnya pada Anna.

Anna yang sedang melamun segera tersadarkan, dipandanginya anak kesayangannya itu dengan penuh kasih sayang, sambil tersenyum ia menjawab, “Nenek tidak jahat nak, dia hanya mengingatkan bunda untuk lebih berusaha lagi, Runa tidak boleh menuduh nenek jahat ya, nenek tidak jahat kok.” Mendengar jawaban itu, Runa mulai memejamkan matanya mencoba mencernanya meski seperti tidak sesuai dengan apa yang dilihatnya.

Melihat sikap Runa yang seolah abai, Anna hanya tersenyum lalu menoleh ke sebelah kirinya, terlihat Rini menarik tangan bundanya seolah-olah ingin mengajaknya mengobrol, “Bund, tadi Kak Vina ngejek Rini, katanya Rini tidak punya adik laki-laki, tidak seperti kak Vina yang punya adik, padahal Rini tidak mau punya adik, Rini sudah senang punya Runa.” Celotehnya sambil cemberut, menunjukkan kekesalannya pada sikap Vina, anak dari Aura sang kakak ipar Anna. Anna hanya tersenyum dan memeluk Rini dengan harapan agar Rini lebih tenang.

Setelah si kembar terlelap, Anna mulai terdiam dalam lamunannya, tiba-tiba dia teringat pada kenangan yang membuatnya akhirnya setuju untuk dinikahi Arka. Kenangan yang membuatnya begitu mencintai Arka yang hanya seorang kurir pengantar bunga. Perihal perjuangan mereka untuk mendapat restu dari orang tua Anna yang seorang PNS yang tentunya tidak mudah karena cinta mereka ibarat cinta beda strata sosial. Orang tua Anna berharap anaknya bersuamikan lelaki yang mapan bukan lelaki yang tidak jelas masa depannya seperti Arka.

“Na, sudah hampir sampai, tolong bangunin si kembar.” Ucapan Arka menyadarkan Anna dari lamunannya.

Anna bergegas membangunkan si kembar dengan perlahan. Ia tersenyum melihat suaminya yang cekatan menurunkan barang-barang mereka, kemudian menggandeng Runa. Terlintas dipikirannya alasan masih mempertahankan pernikahannya meski sang mertua selalu membuatnya sedih. Arka adalah lelaki yang bertanggung jawab, setia dan begitu menyayangi keluarganya. Meski tak semapan mantannya dulu, itu bukanlah masalah penting baginya karena uang bisa dicari, pikir Anna.

Tak terasa waktu telah menunjukkan Pukul 21.00 WIB. Terlihat si kembar sedang bermain di ruang TV sambil diawasi Anna, sedangkan Arka di ruang tamu memainkan ponselnya.

“Aruna, Arini, ayo tidur sudah malam, mainnya besok lagi.” Titahnya pada si kembar, meski terlihat ogah-ogahan, mereka tetap mulai mengemasi mainannya dan bergegas menuju kamarnya.

“Mas, ayo istirahat, kamu belum mengantuk?” sapa Anna pada suaminya yang sedang asyik bermain ponsel.

“Kamu tidur terlebih dahulu saja, aku masih main game.” Balas Arka tanpa menoleh sedikitpun pada istrinya.

Anna hanya terdiam dan langsung menuju ke kamarnya. Ia mulai memikirkan perkataan mertuanya, sambil berbaring diatas ranjangnya dan mengharap suaminya segera menemaninya beristirahat namun lelaki itu tak kunjung datang. Ia mulai memejamkan matanya namun ketakutan itu muncul lagi di pikirannya, bagaimana jika mereka tidak punya anak laki-laki? bagaimana jika Arka menikah lagi demi punya anak laki-laki?

“Belum tidur kamu, masih kepikiran omongan ibu?” tanya Arka seolah mampu menerobos apa yang dilamunkan istrinya sejak tadi.

“Iya mas, aku takut kamu mulai terpengaruh dengan omongan ibu, apalagi ibu keras kepala, dia pasti akan terus memaksa kita untuk memiliki anak laki-laki,” ungkap Anna dengan nada sedih, seolah-olah hal yang telah terpikirkan akan segera terjadi.

“Sudahlah Na, kamu tahu kalau aku begitu mencintaimu apa adanya, nanti aku akan bicarakan lagi pada ibu, agar dia tidak terus menerus mendesakmu,” ujar lelaki itu sambil memeluk mesra istrinya agar lebih tenang.

“Mas, kamu jangan meremehkan ibu, ibu pasti tidak gampang dibujuk, sebaiknya kita mulai program seperti dulu tapi bedanya kita akan program bayi laki-laki. Aku akan mulai ambil pekerjaan sampingan untuk menambah pemasukan kita,” ujar Anna semangat dan mulai membalas pelukan suaminya itu.

Mendengar jawaban istrinya, Arka seolah abai, dia mulai memejamkan matanya, pikirannya melayang-layang, batinnya berbicara, bagaimana mungkin mereka harus mulai punya anak lagi. Pasti nanti kebutuhan semakin banyak, kehadiran si kembar saja sudah cukup membebani hidup mereka, lama kelamaan Anna pasti akan mendesaknya untuk dapat pekerjaan yang lebih layak, hal inilah yang dikhawatirkan Arka. Awalnya ia mengira dengan menikahi Anna, hidupnya akan mapan karena orang tua Anna yang seorang PNS, ternyata hingga kini orang tua Anna tidak setuju. Orang Tua Anna hanya mau menerima si kembar dan Anna saat berkunjung, sedangkan Arka seolah-olah dianggap orang asing. Tanpa Anna ketahui, Arka sebenarnya menyesal menikahi Anna karena tidak mendapat fasilitas dari orang tuanya seperti perkiraannya namun Anna tidak pernah tahu perasaan Arka yang sebenarnya.

Beberapa hari kemudian …

Arka terlihat berjalan dengan perlahan menuju rumahnya sambil menundukkan kepala. Tatapannya terlihat kosong. Melihat suaminya pulang dengan tidak memiliki semangat, Anna segera menyiapkan kopi kesukaan suaminya. Waktu itu sore hari, cuaca nampak sedikit mendung, alam seolah memberi petanda pada Anna bahwa sebentar lagi hujan. Bukan sekedar hujan biasa tapi hujan yang berakibat pada goyahnya perekonomian mereka.

Dengan perlahan namun pasti akhirnya Arka berucap, “aku dipecat Na, toko bunga bangkrut karena bos terlibat investasi bodong,”

Dengan senyum yang dipaksakan Anna menjawab, ”sudahlah mas, rejeki bisa dicari, mas tidak perlu khawatir, aku bakal cari tambahan sambil menunggu mas dapat kerja lagi.”

Anna mencoba membesarkan hati suaminya, ia sendiri sebenarnya sangat terkejut dengan ucapan suaminya. Bagaimana dengan biaya sekolah si kembar? Bagaimana pula dengan rencana mereka memiliki anak laki-laki? Pertanyaan itu terus terngiang-ngiang di hati dan pikirannya. Ia tidak mengetahui bahwa ujian besar menghampirinya, tidak hanya persoalan ekonomi atau mertuanya, namun kesetiaan suaminya juga dipertaruhkan.

.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (4)
goodnovel comment avatar
Nenghally
Keren kak, semangat
goodnovel comment avatar
Shilla07
mksih kak.. moga suka ya
goodnovel comment avatar
Shilla07
mksih kak.. moga suka ya
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Dikhianati Sang Kurir, Diratukan Sang Dokter   Sebuah Akhir (End)

    Kala itu mentari bersinar cerah, menerangi bumi. Keluarga Anna tengah asyik menikmati sinarnya yang menimbulkan rasa hangat dalam jiwa. Di tepi pantai yang tersapu desiran ombak, Arini tengah bermain dengan adik kembarnya, Raka dan Raki yang terlihat sangat bersemangat. Anna dan kedua orang tuanya tengah duduk santai di tikar yang mereka bawa dari rumah. Tersaji berbagi makanan ringan untuk menikmati piknik tipis-tipis mereka, roti, gorengan, buah-buahan dan jus. Namun, tatapan Anna tak bisa lepas dari ketiga anaknya yang tengah asik bermain. "Na, bagaimana rencanamu selanjutnya? Apakah kamu sudah yakin berpisah dengan Adrian?" "Bu, aku sudah mendaftarkan gugatan ceraiku di pengadilan, pekan depan sidang akan dimulai." Anna mulai berkaca-kaca, tak mudah untuk berpisah dari suami yang begitu dicintainya. Adrian menghilang pasca putusan sidang Aneta yang dinyatakan terbukti bersalah, namun gangguan jiwa yang diidapnya membuat dia berada di rumah sakit jiwa dengan pemantauan piha

  • Dikhianati Sang Kurir, Diratukan Sang Dokter   Sebuah Akhir (4)

    Enam bulan kemudian ... Anna terlihat lincah memotong sayuran yang nampak masih segar, wortel, kentang, kubis dan buncis. Ia hendak membuat sup ayam kesukaan anaknya, Arini yang tengah bermain dengan adik kembarnya, Raka dan Raki yang sudah lancar berbicara. "Bunda, aromanya membuatku lapar!" teriak Arini dari ruang tengah yang terdengar sampai ke dapur. Anna tersenyum mendengar sambutan anaknya, semakin mempercepat proses memasakknya, tak lupa ikan laut dan tempe goreng disuguhkan untuk menciptakan rasa yang memanjakan lidah. Kini Anna dan Arini beserta si kembar kecil tengah duduk di meja makan, tapi Anna memutuskan untuk memanggil ibunya terlebih dahulu. Di luar dugaan, ibunya justru hendak bersiap-siap akan pergi. "Ibu mau ke mana? Ayo sarapan dulu," ajak Anna sambil menarik tangan sang ibu tapi perlahan ditepis. "Makanlah, Ibu akan menjenguk saudarimu, sudah seminggu aku tidak ke sana." DEGH! Jantung Anna berdegup kencang, hatinya yang masih terluka seolah disir

  • Dikhianati Sang Kurir, Diratukan Sang Dokter   Sebuah Akhir (3)

    Anna berjalan beriringan bersama kedua orang tuanya serta Adrian dan Arini yang mengikutinya dari belakang, menuju ruang penghakiman Aneta. Hari itu mungkin akan menjadi hari bersejarah bagi Anna, terpaksa menghadiri pengadilan orang yang paling dibencinya tapi sangat dicintai ibunya. Anna tak punya pilihan, dia hanya ingin menjadi anak berbakti, berempati pada saudara kembarnya meski hatinya remuk redam akibat kekacauan yang ditimbulkannya. Tak ada senyum, sapa, kata di antara keluarga yang telah tercerai berai oleh takdir. Mereka hanya insan biasa yang mengikuti kehendak semesta, walau hati porak poranda, langkah kaki mereka menunjukkan bahwa semuanya akan baik-baik saja, sebuah optimisme kehidupan. Kini mereka berlima duduk beriringan di bangku paling depan, menatap punggung Aneta yang terlihat menyedihkan meski rambut panjangnya terlihat begitu indah, fatamorgana, duduk di atas kursi pesakitan. "Apakah Anda sengaja menyuruh orang untuk menyabotase kendaraan saudara Adrian, sua

  • Dikhianati Sang Kurir, Diratukan Sang Dokter   Sebuah Akhir (2)

    "Ayah, kenapa kita harus berpisah dengan Bunda?" Aruna tak bisa menutupi kesedihannya, bagaimana tidak, waktunya bersama Bunda Anna tak begitu banyak. Gadis remaja itu tak mampu lagi menyembunyikan rasa kecewanya, tangisan sedih terus membanjiri pipi mulusnya. Hembusan napasnya berat sambil sesekali menahan sesak dalam dada. "Aruna, Bunda dan Ayah sudah lama berpisah, kita akan pulang ke rumah Ibu Ningsih, dia akan menyayangimu seperti Bunda Anna." Mata Aruna melotot, ia menepis pelukan Ayah Arka yang tak lagi terasa hangat. Dia hanya memliki seorang Bunda tidak untuk digantikan oleh siapapun. "Ayah jahat! Kenapa berpisah dari Bunda Anna? Aku benci ayah!" teriak Aruna yang membuat hati Arka teriris pedih, kebencian anak ibarat tembakan peluru yang menghujam relung hati. Arka terdiam membisu, tak mungkin menceritakan apa yang sebenarnya terjadi. Dia telah lama berpisah dengan Anna bahkan telah menikah yang ketiga kalinya. Kini ia menyadari bahwa pilihan hidupnya kala itu t

  • Dikhianati Sang Kurir, Diratukan Sang Dokter   Sebuah Akhir (1)

    Anna kembali menangis hiteris, fakta bahwa Aruna takkan berada di sisinya telah menorehkan luka yang semakin dalam dan tak berujung.Adrian yang baru saja tiba dari kantor polisi, dikejutkan dengan Anna yang sedang duduk di lantai, ditemani Arini yang semakin panik."Apa yang terjadi dengan Bundamu, Nak?"Arini menggelengkan kepala, segera melihat surat dan dari sang pengirim amplop misterius yang ternyata dari ayahnya, Arka.Adrian segera menggendong istri kesayangannya yang melemah akibat shock setelah membaca surat pembawa luka. Direbahkannya tubuh sang istri di ranjang lalu menggengam tangannya."Ann, apa yang terjadi? Katakan padaku semuanya." Adrian mencoba masuk dalam kegelisahan sang istri yang coba ditutupi.Anna masih menangis histeris, detak jantung berdegup kencang, keringat dingin membasahi keningnya."Mas, Aruna dibawa Mas Arka, pria itu membawa anakku, Mas." Anna berteriak menumpahkan kekesalannya lalu Adrian memeluknya."Tenanglah, Ann. Kita pasti bisa menemukan Aruna,

  • Dikhianati Sang Kurir, Diratukan Sang Dokter   Akhir Kisah Si Kembar (10)

    "Arka ..." ucap Aneta yang tak sanggup lagi menahan hasrat dalam jiwa, wanita itu benar-benar telah tergila-gila pada mantan suami kembarannya, Anna. Arka dalam gairah membara bermonolog dalam hatinya,"Aneta, cintaku memang hanya untuk Anna tapi gairahku sepertinya hanya untukmu. Aku suka semua tentangmu, tubuhmu, wangimu, suaramu membuatku semakin ingin menenggelamkan diri dalam jerat hasrat terliarmu." Tubuh keduanya saling berpacu dalam gejolak membara, bermandi peluh dalam hasrat jiwa, asmara darah dan dendam. Suara desahan yang semakin membuncah jiwa perlahan menyisakan sedikit luka dan dilema dalam dada. Hasrat terliar dua insan tanpa ikatan cinta atau janji suci, berhasil memporak porandakan apartemen yang awalnya baik-baik saja. Nampak taplak meja yang yang berserakan, bantal-bantal sofa yang bertebaran di mana-mana hingga seprei yang keluar dari kasur. Mereka berdua memilih untuk melepaskan belenggu moralitas dalam dekapan penuh cinta yang tak nyata, haus akan nafsu ya

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status