Share

Promil Anak Laki-laki

Author: Shilla07
last update Last Updated: 2024-12-21 23:55:21

Pagi itu cuaca cerah, matahari menyinari bumi memberikan kehangatan bagi siapapun yang sedang berjuang di bumi manusia, tidak terkecuali Anna. Ia telah menyempatkan waktunya untuk berkonsultasi dengan dokter kandungan saran dari temannya. Sebenarnya jauh sebelum pilihannya tertuju pada promil ala dokter, ia telah mencoba cara-cara lain seperti berdiet, sering berolahraga seperti jogging, senam dan renang. Ia juga menambahkan konsumsi jamu tradisional dan vitamin seperti asam folat dan vitamin D. Namun seperti takdir tak berpihak padanya karena usahanya belum juga membuahkan hasil.

“Bund, kenapa ayah sering di rumah ya, apa ayah tidak bekerja?” Celoteh Runa, meski ia baru berusia 7 tahun dan akan segera masuk SD, ia termasuk anak yang aktif karena seringkali bertanya perihal yang mengganggu pikirannya.

“Iya nak, ayah libur, nanti kalau sudah masuk pasti akan bekerja lagi.” Jawab Anna dengan senyum. Dielus-elus rambut putri kesayangannya itu. Tak mengherankan jika Runa bertanya-tanya karena telah seminggu sudah Arka dipecat. Ia lebih sering dirumah kecuali ada temannya yang mengajak nongkrong di warkop.

“Runa main lagi sama Rini ya, Bunda mau ngobrol sama ayah,” ucap Anna dengan senyuman. Mendengar titah bundanya Runa hanya mengangguk sambil melanjutkan main dengan saudaranya.

“Mas, aku pengen ngomong soal promil ke dokter,” ucap Anna dengan mantap.

“kenapa lagi?” Tanya Arka dengan ogah-ogahan.

Ia sedang asyik main game di ponsel pintarnya. Sejak ia menganggur, ia lebih sering menghabiskan waktu untuk bermain game mengatasi kebosanannya. Dengan alibi ingin beristirahat, ia nampak tidak terburu-buru untuk mencari pekerjaan lagi, terlebih ia diminta ibunya untuk segera mudik, membantu mengawasi tukang-tukang yang akan merenovasi rumahnya.

“Mas, aku sudah janjian sama dokter spesialis obgyn, besok pagi jam 8 bisa kan temenin aku?” Pinta Anna terdengar memohon, ia berharap suaminya mau mengkuti kehendaknya sebab usaha ini dilakukan demi memenuhi tuntutan ibu mertuanya.

“Aku sudah bilang kita tidak perlu ke dokter, lagipula aku juga belum kerja, kenapa kamu tidak paham dengan yang aku pikirkan?” ujarnya dengan penuh penekanan. Ia mulai jengah dengan sikap istrinya itu.

“Mas, kalau masalah uang, aku ada tabungan, selama ini aku masih aktif cari sampingan seperti les privat dan jadi penulis lepas, mas tidak perlu khawatir, niscaya rejeki kita pasti akan dimudahkan,” jawabnya dengan lemah lembut dan meyakinkan suaminya seperti biasanya.

“Aku tahu semangatmu tapi mau sampai kapan? aku juga belum tahu sampai kapan menganggur, kecuali orang tuamu mau bantu kita, sejak kita nikah sampai sekarang, mereka tidak menganggapku menantunya bikin aku kesel aja,” bantah Arka dengan penuh penekanan.

Ia mulai kesal dan menganggap masalah yang ia hadapi karena kesombongan keluarga istrinya yang enggan membantunya untuk merubah nasib.

“Mas, kenapa jadi menyalahkan orang tuaku? Mas tahu sendiri kan? Mama kadang masih diam-diam bantu biaya si kembar, bahkan dari sejak si kembar lahir sampai mereka akan bersekolah dasar, mama juga yang bantuin biaya, justru ibu kamu itu mas, bisanya cuman nyinyir tidak jelas, tidak pernah memberi uang sepersenpun sama si kembar, tapi kalau urusan Kak Aura dan anaknya, ibumu selalu tanggap,” Anna mulai terpancing emosinya, ia akan mulai meledak jika Arka mulai menyinggung restu orang tuanya.

“Udahlah aku capek, besok aku mau pulang ke rumah ibu, ibu mau renovasi rumah karena udah banyak yang bocor dan hasil panen kemarin lumayan bagus,” cecar Arka tanpa menoleh pada Anna.

Anna hanya terdiam mulai memikirkan kembali omongan Arka, terlihat suaminya tidak ingin pergi ke dokter, tapi Anna seolah-olah tidak punya pilihan lain, kecuali terus berusaha karena ia sendiri sudah lelah dengan desakan mertuanya.

Malam itu mungkin akan menjadi malam terakhir bagi sepasang suami istri itu tidur seranjang, karena keesokan harinya Arka akan pulang kampung. Waktu menunjukkan Pkl 23.00 tapi kedua insan itu belum juga terlelap, Anna mulai ragu-ragu dengan pilihannya untuk program ke dokter karena suaminya seperti tidak mendukungnya. Arka mulai memejamkan matanya meski susah untuk terlelap karena pikirannya terus berputar-putar, ia merutuki nasibnya yang tidak sesuai harapannya. Berharap menikahi perempuan kaya sehingga ia tanpa perlu susah payah, nyatanya Anna cuman guru honorer yang dibuang orang tuanya.

Pagi hari yang sedikit mendung, Arka mulai bersiap-siap untuk berangkat mudik. Ia mulai memasukkan beberapa helai pakaiannya. Setelah semua selesai, ia mulai melangkahkan kakinya keluar kamar.

“Aku pergi dulu ya,” ucap Arka dengan mimik wajah santainya.

“Sarapan dulu mas, ini aku sudah masak nasi goreng dan telur dadar kesukaanmu,” jawab Anna dengan senyum seperti biasanya.

“Ayah mau kemana, kok bawa tas seperti mau pergi?” Tanya Runa dengan wajah polosnya. Ia heran mengapa ayahnya berpamitan dengan membawa tas besar, seolah akan pergi jauh.

“Iya nak, ayah mau ke rumah nenek, ayah mau bantu-bantu nenek yang lagi renovasi rumah,” Jawab Arka dengan penuh kesabaran, ia bisa begitu berbeda jika berhadapan dengan anak-anaknya seolah dia adalah dua orang yang berbeda.

“Kalau begitu Runa ikut ya yah, sekolah masih kurang 2 minggu lagi, masih ada waktu buat Runa untuk liburan,” rengek Aruna dengan manjanya, jarang-jarang anak ini manja pada ayahnya, dia nampak lebih dewasa dibanding anak seusianya atau Arini, kembarannya.

anak kecil itu berencana mengikuti ayahnya, ia memiliki semacam firasat buruk tentang kepergiannya itu. ia merasa ayahnya menyimpan sesuatu yang tidak boleh diketahui siapapun. mungkin ini yang dinamakan ikatan ayah dan anak. Runa memang lebih sering bermain dengan ayahnya daripada Rini, saudara kembarnya.

“Kalau bunda ngijinin maka ayah tidak masalah, ayah senang aja ada anak ayah yang menemani,” senyum Arka pada anaknya sambil menoleh pada Anna.

Melihat Runa yang memelas Anna tak tega lalu menganggukkan kepala. Anna berpikir jika ada Runa, Arka pasti tidak akan berlama-lama karena Runa akan segera masuk sekolah. Dengan sigap Anna mulai mengemasi barang keperluan Runa selama di rumah neneknya, ia juga menyelipkan beberapa lembar uang untuk jajan anak kesayangannya itu karena ia tahu, ibu mertuanya amat pelit pada cucu-cucunya.

“Rini, aku pergi dulu ya, kamu sama bunda di rumah aja, aku mau pergi sama ayah,” pamitnya pada saudara kembarnya. Rini terlihat sedih dan seolah ingin ikut tapi ia urungkan saat bundanya menggelengkan kepala yang artinya tidak mengijinkan.

Terlihat Arka mulai mengendarai motornya secara perlahan, di sepanjang jalan pikirannya melayang kemana-mana. Tentang Anna yang terus mendesakknya untuk promil dan ibunya yang menginginkannya untuk menikah lagi. Ia sendiri masih bingung dengan pilihan yang harus diambilnya dalam kondisi ini. Namun hatinya cenderung mengikuti keinginan ibunya karena ia merasa sulit untuk bertahan dengan Anna karena istrinyapun tak bisa menuruti keinginan ibunya untuk punya anak laki-laki, selain itu sikap dari orang tua Anna juga menjadikannya ragu untuk bertahan. Ia merasa kurang dihargai sebagai menantu.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Dikhianati Sang Kurir, Diratukan Sang Dokter   Sebuah Akhir (End)

    Kala itu mentari bersinar cerah, menerangi bumi. Keluarga Anna tengah asyik menikmati sinarnya yang menimbulkan rasa hangat dalam jiwa. Di tepi pantai yang tersapu desiran ombak, Arini tengah bermain dengan adik kembarnya, Raka dan Raki yang terlihat sangat bersemangat. Anna dan kedua orang tuanya tengah duduk santai di tikar yang mereka bawa dari rumah. Tersaji berbagi makanan ringan untuk menikmati piknik tipis-tipis mereka, roti, gorengan, buah-buahan dan jus. Namun, tatapan Anna tak bisa lepas dari ketiga anaknya yang tengah asik bermain. "Na, bagaimana rencanamu selanjutnya? Apakah kamu sudah yakin berpisah dengan Adrian?" "Bu, aku sudah mendaftarkan gugatan ceraiku di pengadilan, pekan depan sidang akan dimulai." Anna mulai berkaca-kaca, tak mudah untuk berpisah dari suami yang begitu dicintainya. Adrian menghilang pasca putusan sidang Aneta yang dinyatakan terbukti bersalah, namun gangguan jiwa yang diidapnya membuat dia berada di rumah sakit jiwa dengan pemantauan piha

  • Dikhianati Sang Kurir, Diratukan Sang Dokter   Sebuah Akhir (4)

    Enam bulan kemudian ... Anna terlihat lincah memotong sayuran yang nampak masih segar, wortel, kentang, kubis dan buncis. Ia hendak membuat sup ayam kesukaan anaknya, Arini yang tengah bermain dengan adik kembarnya, Raka dan Raki yang sudah lancar berbicara. "Bunda, aromanya membuatku lapar!" teriak Arini dari ruang tengah yang terdengar sampai ke dapur. Anna tersenyum mendengar sambutan anaknya, semakin mempercepat proses memasakknya, tak lupa ikan laut dan tempe goreng disuguhkan untuk menciptakan rasa yang memanjakan lidah. Kini Anna dan Arini beserta si kembar kecil tengah duduk di meja makan, tapi Anna memutuskan untuk memanggil ibunya terlebih dahulu. Di luar dugaan, ibunya justru hendak bersiap-siap akan pergi. "Ibu mau ke mana? Ayo sarapan dulu," ajak Anna sambil menarik tangan sang ibu tapi perlahan ditepis. "Makanlah, Ibu akan menjenguk saudarimu, sudah seminggu aku tidak ke sana." DEGH! Jantung Anna berdegup kencang, hatinya yang masih terluka seolah disir

  • Dikhianati Sang Kurir, Diratukan Sang Dokter   Sebuah Akhir (3)

    Anna berjalan beriringan bersama kedua orang tuanya serta Adrian dan Arini yang mengikutinya dari belakang, menuju ruang penghakiman Aneta. Hari itu mungkin akan menjadi hari bersejarah bagi Anna, terpaksa menghadiri pengadilan orang yang paling dibencinya tapi sangat dicintai ibunya. Anna tak punya pilihan, dia hanya ingin menjadi anak berbakti, berempati pada saudara kembarnya meski hatinya remuk redam akibat kekacauan yang ditimbulkannya. Tak ada senyum, sapa, kata di antara keluarga yang telah tercerai berai oleh takdir. Mereka hanya insan biasa yang mengikuti kehendak semesta, walau hati porak poranda, langkah kaki mereka menunjukkan bahwa semuanya akan baik-baik saja, sebuah optimisme kehidupan. Kini mereka berlima duduk beriringan di bangku paling depan, menatap punggung Aneta yang terlihat menyedihkan meski rambut panjangnya terlihat begitu indah, fatamorgana, duduk di atas kursi pesakitan. "Apakah Anda sengaja menyuruh orang untuk menyabotase kendaraan saudara Adrian, sua

  • Dikhianati Sang Kurir, Diratukan Sang Dokter   Sebuah Akhir (2)

    "Ayah, kenapa kita harus berpisah dengan Bunda?" Aruna tak bisa menutupi kesedihannya, bagaimana tidak, waktunya bersama Bunda Anna tak begitu banyak. Gadis remaja itu tak mampu lagi menyembunyikan rasa kecewanya, tangisan sedih terus membanjiri pipi mulusnya. Hembusan napasnya berat sambil sesekali menahan sesak dalam dada. "Aruna, Bunda dan Ayah sudah lama berpisah, kita akan pulang ke rumah Ibu Ningsih, dia akan menyayangimu seperti Bunda Anna." Mata Aruna melotot, ia menepis pelukan Ayah Arka yang tak lagi terasa hangat. Dia hanya memliki seorang Bunda tidak untuk digantikan oleh siapapun. "Ayah jahat! Kenapa berpisah dari Bunda Anna? Aku benci ayah!" teriak Aruna yang membuat hati Arka teriris pedih, kebencian anak ibarat tembakan peluru yang menghujam relung hati. Arka terdiam membisu, tak mungkin menceritakan apa yang sebenarnya terjadi. Dia telah lama berpisah dengan Anna bahkan telah menikah yang ketiga kalinya. Kini ia menyadari bahwa pilihan hidupnya kala itu t

  • Dikhianati Sang Kurir, Diratukan Sang Dokter   Sebuah Akhir (1)

    Anna kembali menangis hiteris, fakta bahwa Aruna takkan berada di sisinya telah menorehkan luka yang semakin dalam dan tak berujung.Adrian yang baru saja tiba dari kantor polisi, dikejutkan dengan Anna yang sedang duduk di lantai, ditemani Arini yang semakin panik."Apa yang terjadi dengan Bundamu, Nak?"Arini menggelengkan kepala, segera melihat surat dan dari sang pengirim amplop misterius yang ternyata dari ayahnya, Arka.Adrian segera menggendong istri kesayangannya yang melemah akibat shock setelah membaca surat pembawa luka. Direbahkannya tubuh sang istri di ranjang lalu menggengam tangannya."Ann, apa yang terjadi? Katakan padaku semuanya." Adrian mencoba masuk dalam kegelisahan sang istri yang coba ditutupi.Anna masih menangis histeris, detak jantung berdegup kencang, keringat dingin membasahi keningnya."Mas, Aruna dibawa Mas Arka, pria itu membawa anakku, Mas." Anna berteriak menumpahkan kekesalannya lalu Adrian memeluknya."Tenanglah, Ann. Kita pasti bisa menemukan Aruna,

  • Dikhianati Sang Kurir, Diratukan Sang Dokter   Akhir Kisah Si Kembar (10)

    "Arka ..." ucap Aneta yang tak sanggup lagi menahan hasrat dalam jiwa, wanita itu benar-benar telah tergila-gila pada mantan suami kembarannya, Anna. Arka dalam gairah membara bermonolog dalam hatinya,"Aneta, cintaku memang hanya untuk Anna tapi gairahku sepertinya hanya untukmu. Aku suka semua tentangmu, tubuhmu, wangimu, suaramu membuatku semakin ingin menenggelamkan diri dalam jerat hasrat terliarmu." Tubuh keduanya saling berpacu dalam gejolak membara, bermandi peluh dalam hasrat jiwa, asmara darah dan dendam. Suara desahan yang semakin membuncah jiwa perlahan menyisakan sedikit luka dan dilema dalam dada. Hasrat terliar dua insan tanpa ikatan cinta atau janji suci, berhasil memporak porandakan apartemen yang awalnya baik-baik saja. Nampak taplak meja yang yang berserakan, bantal-bantal sofa yang bertebaran di mana-mana hingga seprei yang keluar dari kasur. Mereka berdua memilih untuk melepaskan belenggu moralitas dalam dekapan penuh cinta yang tak nyata, haus akan nafsu ya

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status