Share

6. Menjadi LC

Author: Rin Rien
last update Last Updated: 2025-06-19 17:15:58

Sinta berjalan perlahan mendekati Evita. Ditatapnya dengan lekat seluruh bagian tubuh Evita dari kepala hingga kaki. Wanita itu bahkan berjalan memutari tubuh Evita. Bagian belakang tubuh kakak tirinya itu pun tak luput dari perhatiannya.

"Aku lihat postur tubuh Kak Vita lumayan bagus, meskipun sudah pernah melahirkan tiga orang anak. Wajah Kak Vita juga cantik, walaupun tak secantik aku. Aku rasa Kakak bisa menjadi primadona dan menghasilkan banyak uang di tempat karaoke milik suamiku," tutur Sinta yang mengakui kecantikan kakak tirinya.

Kening Evita mengerut. "Memangnya apa yang harus aku lakukan di tempat itu? Apakah aku akan menjadi pelayan?" tanya Evita yang sama sekali belum pernah masuk ke tempat hiburan semacam itu.

"Pekerjaan sebagai pelayan tidak akan menghasilkan banyak uang. Uang yang didapat hanya cukup untuk biaya hidup Kak Vita dan anak-anak. Lantas bagaimana hutang Kak Vita bisa lunas?" tukas Sinta.

"Lalu apa yang harus aku lakukan di tempat itu?" Evita kembali bertanya, karena ia memang benar-benar tidak paham pekerjaan macam apa, yang bisa ia lakukan di tempat karaoke.

"Kak Vita bisa menjadi LC, atau pemandu lagu dan melayani tamu-tamu yang ingin ditemani oleh Kak Vita." Sinta menjelaskan posisi yang ia tawarkan untuk sang kakak.

"Pemandu lagu? Tapi aku tidak bisa bernyanyi," sergah Evita yang menganggap pekerjaan pemandu lagu di tempat karaoke hanya menemani tamu-tamu bernyanyi.

"Kakak tidak harus pandai bernyanyi untuk bisa menjadi pemandu lagu. Kak Vita cukup melayani kebutuhan tamu-tamu. Melakukan apa yang mereka perintahkan, agar mereka merasa nyaman dan puas. Dengan begitu, mereka akan memberikan banyak tips untuk Kak Vita," jelas Sinta tentang benefit yang akan didapat oleh Evita, jika bisa memuaskan para tamu.

"Apa maksudnya melayani dan membuat mereka puas? Memangnya pelayanan seperti apa yang harus aku berikan, agar mereka puas?" tanya Evita yang tidak memahami tugas seorang pemandu lagu.

Sinta mendengus kesal, karena Evita belum juga paham dengan penjelasannya.

"Apakah aku harus menjelaskan dengan detail, apa saja yang harus Kakak lakukan, agar bisa mendapatkan uang tambahan dan juga tips? Kak Vita sudah dewasa. Kakak pasti tahu apa yang dibutuhkan oleh para pria hidung belang dan pria-pria kesepian," tukas Sinta.

Kedua netra Evita seketika terbelalak mendengar penjelasan adik tirinya. Sekarang ia baru paham jika pekerjaan pemandu lagu sangat berkaitan dengan praktek prostitusi.

"Aku tidak bisa melakukan pekerjaan itu, Sin. Tolong berikan aku pekerjaan apa saja, asal bukan sebagai pemandu lagu. Aku bisa memasak dan bersih-bersih. Kamu bisa menjadikan aku juru masak atau cleaning service." Dengan tatapan memohon, Evita meminta adiknya untuk memberikan pekerjaan yang lain untuknya.

"Tidak mungkin aku mempekerjakan Kak Sinta sebagai juru masak di tempat karaoke suamiku. Sebab hanya chef profesional saja yang bisa menduduki posisi itu," kata Sinta.

"Dengan gaji Kak Vita sebagai cleaning service atau pelayan, Kak Vita tidak akan pernah bisa melunasi hutang Kak Vita!" ketus Sinta.

"Aku sudah berbaik hati memberikan Kak Vita pekerjaan. Tidak masalah bagiku jika Kak Vita tidak mau menerimanya. Tapi jangan harap aku akan meminjamkan uang pada Kakak!" salak Sinta dengar kedua tangan yang berkacak pinggang, serta sorot mata tajam wanita itu, yang menghujam kedua netra Evita.

Evita tertunduk mendengar ucapan adik tirinya. Perasaan Evita berada dalam dilema. Wanita itu berpikir keras untuk bisa mengambil keputusan terbaik. Sebab saat ini dirinya berpacu dengan waktu untuk bisa segera menyelamatkan putranya.

"Baiklah, aku terima tawaranmu. Bisa tolong kamu berikan uangnya sekarang? Aku harus segera kembali ke rumah sakit untuk membayarkan uang itu. Agar Alif bisa segera menjalani operasi," putus Evita yang sudah putus asa dan tidak memiliki pilihan lain, selain menerima tawaran adiknya.

"Tidak secepat itu! Kak Vita harus menandatangani perjanjian terlebih dahulu. Selama dua tahun Kak Vita bekerja, semua gaji Kak Vita akan dipakai untuk mencicil hutang," jelas Sinta.

"Jika seluruh uang gaji yang aku dapat dipakai untuk mencicil hutang, lantas bagaimana dengan biaya hidupku dan anak-anak? Kami juga butuh makan dan keperluan lainnya," protes Evita yang merasa keberatan dengan aturan yang dibuat oleh adik tirinya.

"Makanya itu, Kak Vita harus bisa pintar-pintar mengambil hati tamu. Kalau kak Vita bisa melayani mereka dengan baik, mereka pasti akan memberikan uang yang sangat banyak. Apalagi kalau Kak Vita menerima ajakan mereka untuk check-in, pasti akan lebih banyak lagi uang yang akan Kak Vita dapatkan." Sinta mengajari Vita, bagaimana caranya untuk mendapatkan uang tambahan.

Buliran bening pun seketika luruh dari kedua sudut netra Evita. Ia tidak bisa membayangkan dirinya harus menjalani hidup seperti kupu-kupu malam. Tapi demi nyawa putranya, dia harus bisa menjalani semua itu. Sebab nyawa anak-anaknya lebih berharga dari nyawanya sendiri.

"Jangan terlalu banyak pertimbangan! Pikirkan nasib Alif. Saat ini nyawanya sedang diujung tanduk." Sinta mengingatkan.

"Baiklah. Tolong berikan surat perjanjiannya, agar aku bisa segera menandatanganinya," pinta Evita yang rela mengorbankan diri dan kehormatan demi menyelamatkan nyawa putranya.

"Tunggu sebentar. Aku akan mengambilnya di ruang kerja suamiku," tukas Sinta yang kemudian berlalu pergi meninggalkan Evita.

Usai menandatangani surat perjanjian, Sinta memberikan uang yang dibutuhkan oleh Evita. Gegas wanita itu segera kembali ke rumah sakit, untuk membayarkan uang tersebut.

Setelah urusan administrasi beres, dokter pun melakukan operasi pada kepala Alif yang mengalami pendarahan di otaknya. Sebuah proses operasi yang sangat berat dan membutuhkan waktu yang cukup lama.

"Vita, apa yang sudah terjadi pada Alif? Kenapa kamu tidak memberikan kabar padaku?" Terdengar suara seorang wanita yang tiba-tiba datang dengan tergopoh-gopoh.

Evita yang tengah menunggu di depan ruang operasi bersama dengan Viona dan Lusi, sontak terkejut melihat kedatangan Mira yang terlihat cemas. Ia merasa heran, sebab ia tidak menghubungi wanita itu untuk menceritakan tentang kondisi Alif.

"Siapa yang sudah memberitahu Mbak Mira?" Evita balik bertanya dengan tatapan heran.

"Sore ini Galih datang ke rumahku. Dia mengeluh lapar. Dia juga tidak bisa masuk ke dalam kamar kost, karena pintunya terkunci. Dia menunggumu sampai sore, tapi kamu belum pulang juga. Makanya dia datang ke rumahku karena merasa kelaparan. Dia juga menceritakan kalau ada yang memukul kepala Alif dengan batu. Lalu dia melihat ambulans datang membawa abangnya yang sudah tidak sadarkan diri." Dengan panjang lebar, Mira menjelaskan apa yang sudah diceritakan oleh putra kedua Evita.

Sontak Evita merutuki dirinya sendiri, karena telah melupakan Galih. Banyaknya tekanan pikiran membuat pikiran wanita itu hanya tertuju pada putra sulungnya.

Belum sempat Evita menjelaskan, terlihat lampu indikator yang berada di atas pintu ruang operasi padam. Menandakan jika proses operasi sudah berakhir.

Gegas Evita berjalan mendekati pintu ruang operasi. Wanita itu sudah tidak sabar untuk bertemu dengan dokter dan menanyakan tentang kondisi putranya setelah menjalani operasi.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Dikhianati Suami, Dicintai Sahabat   60. Bunuh Diri

    "Kalau begitu, Mama tinggalkan kalian berdua untuk ngobrol," kata Santi, yang ingin memberikan kesempatan pada Arya dan Shanum untuk bicara berdua. "Baik, Ma. Terima kasih," ucap Arya sembari menganggukkan kepala. Santi pergi meninggalkan ruang rawat inap putrinya, dengan diiringi oleh tatapan mata Arya. Lalu tatapan pria itu beralih pada wajah Shanum, setelah bayangan Santi menghilang di balik pintu. "Bagaimana keadaanmu, Num? Apakah kamu sudah makan?" tanya Arya yang hanya sekedar basa-basi, untuk mencairkan suasana yang terasa tegang.Senyum sinis seketika tergambar di wajah Shanum, mendengar pertanyaan Arya."Untuk apa kamu menanyakan kabarku? Apakah kamu sudah puas sekarang? Anak yang kamu abaikan sudah tidak ada lagi! Sekarang tidak akan ada lagi yang bisa menghalangimu, untuk memanjakan anak-anak tirimu itu!" salak Shanum dengan kilatan emosi yang terpancar dari kedua matanya.Tentu saja Arya sangat kaget mendengar tuduhan-tuduhan Shanum. Ia sadar, hari-hari belakangan ini d

  • Dikhianati Suami, Dicintai Sahabat   59. Mengunjungi Shanum

    Arya bangkit dari duduknya dan menyandarkan punggungnya pada sandaran tempat tidur. Lalu pria itu menggeser tombol hijau pada layar ponsel dan mendekatkan benda pipih itu ke telinganya."Halo?" sapa Arya pada orang yang berada di seberang panggilan."Arya, sebelumnya Mama minta maaf, karena sudah mengganggumu yang sedang berkabung." Terdengar suara seorang wanita dari seberang panggilan."Tidak apa, Ma," sahut Arya pada wanita yang dulu pernah menjadi ibu mertuanya.Meskipun Santi bukan lagi ibu mertuanya, tapi Arya masih tetap menghormatinya dan memanggil ibu Shanum itu dengan sebutan mama. "Apakah ada yang bisa saya bantu, Ma?" imbuh Arya yang ingin tahu tujuan wanita itu menghubunginya."Ini tentang Shanum, Ar. Mama tahu saat ini kamu pasti tidak ingin diganggu. Tapi bisakah tolong kamu datang kemari untuk menemui dan bicara dengannya?" pinta Santi kepada mantan menantunya.Kening Arya seketika mengernyit dengan kedua alis yang saling bertautan."Memangnya apa yang terjadi pada Sh

  • Dikhianati Suami, Dicintai Sahabat   58. Larut Dalam Duka

    Arya duduk termenung di samping gundukan tanah yang masih basah. Tatapannya terus tertuju pada batu nisan di atas gundukan tanah, yang hampir seluruh bagiannya tertutup oleh bunga warna-warni.Sedangkan Evita tetap setia berada di samping pria itu, dengan mengenakan dress berwarna hitam. Warna yang sama dengan pakaian yang dikenakan oleh Arya."Saya turut berdukacita, Pak. Semoga Pak Arya bisa ikhlas dan tabah menerima cobaan ini." Nico, asisten Arya di kantor, menyampaikan belasungkawanya.Pria kepercayaan Arya di perusahaan itu berdiri di samping Arya, dengan mengenakan kacamata hitam. Wajahnya terlihat sedih. Ia bisa merasakan kesedihan yang kini tengah dirasakan oleh bosnya."Terima kasih sudah hadir di acara pemakaman Arsen," balas Arya tanpa melihat wajah lawan bicaranya. Tatapan pria itu tidak mau beralih dari batu nisan yang bertuliskan nama putranya.Raut wajah Arya memang masih terlihat sedih, tapi air mata sudah tidak lagi menetes dari kedua matanya. Kedua netra pria itu te

  • Dikhianati Suami, Dicintai Sahabat   57. Kehilangan

    Tenggorokan Evita sontak tercekat. Dadanya tiba-tiba terasa sesak dan membuatnya sulit untuk bernafas. Lidahnya keluh tidak bisa mengatakan apapun. Buliran bening perlahan luruh dari kedua sudut matanya. Tatapan matanya terus mengikuti brankar tersebut yang didorong pergi menjauh dari ruang operasi. "Apakah Anda keluarga dari ananda Arsen?" Terdengar suara seseorang bertanya pada Evita.Perlahan Evita mengalihkan tatapan ke arah suara. Dilihatnya seorang pria yang berdiri tidak jauh darinya. Pria itu mengenakan scrub suit warna hijau dan penutup kepala. Sebuah masker menutupi sebagian wajahnya, hingga yang terlihat hanya matanya saja."Suami saya adalah ayah dari Arsen," jawab Evita dengan suara yang terdengar serak. Tenggorokannya terasa kering."Bisakah saya bicara dengan beliau?" Pria itu bertanya dengan bola mata yang bergerak menelisik ruang tunggu. Seolah sedang mencari keberadaan seseorang."Tunggu sebentar. Saya akan menghubunginya," balas Evita yang kemudian mengambil ponsel

  • Dikhianati Suami, Dicintai Sahabat   56. Operasi

    Eddy seketika terperanjat, melihat wajah putranya. Pria yang ia kenal kuat dan dingin itu kini terlihat sedang berurai air mata. Kesedihan dan hati yang hancur tergambar jelas di wajah putranya tersebut."Ar, apa yang terjadi, Nak?" Eddy bertanya pada Arya dengan dada yang bergemuruh. Ia yakin ada peristiwa yang sangat buruk yang terjadi, yang membuat putranya terlihat begitu terpuruk.Arya yang tatapannya kosong, perlahan mengalihkan pandangannya ke arah layar ponsel. Ditatapnya wajah ayahnya dengan air mata yang masih terus mengalir."Arsen ... dan Rianti kecelakaan." Dengan suara parau dan tersendat, Arya menjawab pertanyaan ayahnya.Seperti disambar petir, Eddy benar-benar terkejut mendengar berita yang disampaikan oleh putranya. Kedua matanya membulat, dengan mulut yang sedikit menganga."Saat ini keduanya dalam kondisi kritis. Sedangkan Rianti saat ini sedang menjalani operasi." Arya melanjutkan ucapannya dengan suara yang terdengar lemah."Kalau begitu kirimkan lokasi rumah sak

  • Dikhianati Suami, Dicintai Sahabat   55. Terguncang

    Arya langsung bergeser dan menepi, saat melihat dua brankar yang didorong memasuki ruang intensive care unit. Ruangan dimana saat ini Rianti juga mendapatkan penanganan. Perhatian Arya sama sekali tidak tertuju pada dua brankar tersebut. Pria itu lebih fokus mendengarkan dering ponsel yang sedang memanggil ayahnya. Pikirannya saat ini juga dipenuhi dengan kekhawatiran.Evita yang berdiri di dekat Arya, tanpa sengaja melihat wajah wanita yang terbaring di atas brankar. Sontak Evita terkejut dengan dua mata yang membulat sempurna.Beberapa saat, Evita terpaku diam seperti patung. Tapi sesaat kemudian dirinya tersadar dan langsung menarik lengan kemeja Arya."Ar ... Shanum ...." Evita berkata dengan suara yang terdengar gagap dan bergetar. Tatapan wanita itu tidak lepas dari wajah Shanum, yang tampak mengalirkan darah segar dari keningnya.Arya yang tengah fokus menunggu ayahnya menjawab panggilan darinya, perlahan perhatiannya teralihkan. Pria itu menatap wajah istrinya yang terlihat s

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status