Home / Romansa / Dikhianati Tunangan, Dimanja Presdir Miliarder / Bab 3 Om, Kamu Meniduri Seorang Wanita, ya?

Share

Bab 3 Om, Kamu Meniduri Seorang Wanita, ya?

Author: Syakia
Setelah beberapa saat, Yoan selesai melayani para penggemarnya dan masuk ke ruang tunggu. Milla segera mendekatinya dan memulai percakapan, "Halo, namaku Milla."

"Namanya Milla, ya?" Nada bicara Yoan terdengar agak tidak sabar. "Tanda tangan di mana?"

Milla mengangkat alisnya sedikit dan menahan diri sebelum menjawab, "Boleh lihat aku dulu? Kamu kenal aku nggak?"

"Tss."

Melihat tubuh ramping itu, Yoan menurunkan kacamata hitam yang menggantung di hidungnya. Matanya menelusuri Milla dari ujung kepala hingga kaki. "Nggak buruk. Penampilanmu dengan tongkat ini sangat unik, sukses menarik perhatianku. Kalau dipakai waktu malam ... seru nggak?"

Yoan bahkan mengulurkan tangan untuk menyentuh tongkatnya, tetapi Milla mengayunkan tongkatnya dengan jijik dan mengenai tangan Yoan secara tidak sengaja.

"Ah!"

Yoan mengangkat tangan ke mulutnya dan menjilat sedikit sambil menyeringai, "Karaktermu menarik. Aku suka!"

Mata Milla memicing. Dia merasa bahwa sikap Yoan saat ini benar-benar berbeda dari malam sebelumnya. Meski mereka tidak banyak berbicara malam itu, kesan yang dia dapatkan dari Yoan adalah pria yang tenang dan dewasa, bukan seseorang yang tampak terjerumus dalam gaya hidup glamor seperti sekarang.

Melihat Milla terpaku, Yoan berkedip dan bertanya, "Malam ini, ikut sama aku ke Parlis?"

Milla tersadar kembali dan menjawab, "Nggak perlu. Kita ini orang dewasa. Soal tadi malam, aku bisa saja membiarkannya berlalu, tapi aku punya satu syarat sederhana."

"Tadi malam? Aku nggak ingat apa-apa," jawab Yoan dengan ekspresi bingung.

Hah, pria!

Milla tersenyum sinis saat mengetahui bahwa Yoan berusaha menghindar. Untungnya, dia punya bukti.

Dengan tenang, dia mengeluarkan ponselnya dan memperlihatkan dua foto. Dalam foto itu, wajah Yoan terlihat jelas, sementara dirinya agak buram. "Tadi malam di Hotel Parlis, suite 8868. Perlu aku tambahkan detail lainnya?"

Yoan menatap foto di ponsel itu dengan mata membelalak. Setelah beberapa saat, sorot matanya berubah tajam. "Kamu yakin ... kamu ... di Hotel Parlis tadi malam?"

"Aku juga punya rekaman CCTV hotel," jawab Milla dengan nada tidak sabar.

"Aku cuma punya satu permintaan sederhana. Itu nggak akan merugikanmu. Tapi kalau kamu tetap nggak mengaku, aku nggak keberatan memperumit keadaan ini. Silakan coba kalau nggak percaya."

Ekspresi Yoan berubah-ubah, lalu dia menghindar dengan canggung, "Permisi sebentar."

Yoan berjalan ke sudut ruangan dan melakukan panggilan telepon. Dua menit kemudian, dia kembali, dan sikapnya berubah total. Nada bicaranya yang santai telah menghilang, digantikan oleh nada serius, "Nona, sebutkan saja apa yang kamu inginkan!"

"Ngomong-ngomong, Kota Huari lagi ngadain seleksi untuk mengirimkan kandidat ke pesta sosialita internasional. Menurutku, kamu punya pesona yang luar biasa. Tertarik untuk ikut?"

Milla memperhatikan perubahan sikap Yoan dengan hati-hati. Meski dia tetap merasa waspada terhadap pria itu, Milla mulai memikirkan kemungkinan lain ....

Beberapa hari lalu, Ryan sempat menyebutkan rencana untuk memastikan kerja sama Sunny dengan Yoan, lalu menggunakan kesempatan itu untuk mengirim Sunny sebagai peserta pesta sosialita internasional.

Keputusan akhir dari seleksi ini berada di tangan Keluarga Mahendra. Ryan sudah menekankan padanya agar melakukan apa pun untuk membantu Sunny menjalin hubungan baik dengan pihak Keluarga Mahendra.

Milla mulai tertarik. Seleksi ini berkaitan dengan Sunny, tapi lebih dari itu, ada peluang besar untuk dirinya sendiri.

Apalagi, pesta sosialita ini telah dinilai oleh Forbes sebagai salah satu dari sepuluh acara paling mewah di dunia. Ini adalah kesempatan yang sempurna bagi Milla untuk menunjukkan pada dunia bahwa dia siap menjalani hidup baru!

"Aku ini pincang. Kamu yakin aku pantas?" tanya Milla dengan hati-hati.

"Tema pesta sosialita tahun ini adalah Dreamgirl. Apa gadis dengan disabilitas nggak boleh bermimpi?"

Kata-kata Yoan tepat sasaran. Ucapannya ini membuat Milla terdiam sejenak sebelum bertanya dengan penuh makna, "Kalau aku ikut seleksi, apakah hasilnya sudah pasti?"

"Selama kamu ikut, hasilnya pasti sesuai. Kamu tahu maksudku," jawab Yoan sambil mengedipkan mata.

Milla mengatupkan bibirnya dan menaikkan alis. "Ini bisa dianggap sebagai biaya tutup mulutmu?"

Keluarga Mahendra telah lama menguasai dunia bisnis dan terkenal dengan kecerdikannya. Keluarga Mahendra percaya bahwa hati manusia sangat rumit, jadi dia mengerti mengapa mereka mungkin lebih suka mengamankan kesepakatan.

"Kalau kamu menganggapnya begitu, ya, silakan," jawab Yoan dengan ekspresi licik.

"Baik, kalau kamu bisa memastikan aku mengikuti pesta sosialita ini, aku akan menghapus foto-foto ini," jawab Milla dengan tegas.

Yoan mengangguk dengan senyum santai. "Oh iya, tadi kamu bilang ada satu permintaan?"

"Sederhana sekali, batalkan pertemuanmu sama perusahaan Sunny. Kalau mereka tanya, bilang saja jadwalmu tiba-tiba berubah dan pertemuan akan dijadwalkan ulang. Mengerti?"

"Mengerti, mengerti!"

Yoan menatap Milla yang berbalik dengan percaya diri dan meninggalkan ruang tunggu. Dia memegang dagunya sambil berpikir keras ....

Tadi dia hanya memastikan jadwal paman keduanya dengan pengurus rumah tangga tadi malam. Namun kini, rasa penasarannya memuncak. Dia mengambil ponselnya dan menekan nomor.

Di ujung sana, di ruang rapat di lantai atas gedung Grup mahendra, semua kepala departemen Keluarga Mahendra sedang menghadiri konferensi video dengan kantor cabang global.

Sebuah ponsel bergetar. Asisten pribadi yang Bernama Wilson mengangkatnya dan melaporkan dengan hormat, "Pak, ada telepon dari Pak Yoan. Dia bilang ada urusan mendesak sama Anda."

"Aktifkan pengeras suara."

Chris melirik ponsel itu dengan skeptis. Dia bisa punya urusan apa yang benar-benar mendesak?

Pengeras suara diaktifkan, dan suara Yoan yang penuh semangat langsung terdengar, "Om Chris! Kamu tidur sama seorang wanita tadi malam, 'kan?"

Atmosfer di ruang rapat berubah aneh dalam sekejap. Semua orang berusaha mati-matian menahan ekspresi wajah mereka.

Chris langsung mengambil ponsel itu, mematikan pengeras suara, dan bertanya dengan suara dingin, "Kamu ngomong apaan?"
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (3)
goodnovel comment avatar
Keysa Keysi
kayane y , seru nih
goodnovel comment avatar
Beatrix Abineno
aku masih ikuti ceritanya....masih belum paham yang lain
goodnovel comment avatar
Euis Sulastri
salah alamat kah?
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Dikhianati Tunangan, Dimanja Presdir Miliarder   Bab 369 Hidup di dalam Tubuhnya

    Berbagai media besar tak ingin melewatkan berita besar, tetapi Chris mengemudikan mobilnya pergi dengan kecepatan tinggi. Dia langsung menuju hotel tempat Milla menginap.Di kamar hotel, Milla memandangi undangan di tangannya, lalu berkata kepada Joy. "Hari ini kamu istirahat saja, kita tunda kepulangan satu hari.""Kamu serius mau pergi ke rumah Keluarga Yunanda?" Joy tampak cemas."Kepala pelayan itu datang sendiri. Katanya kemarin waktu jamuan, aku telah membantu Pak Alfie, jadi mereka khusus mengundangku ke rumah. Kepala keluarga besar lainnya juga hadir. Cuma guruku yang nggak ada. Jelas maksudnya agar aku mewakili beliau. Apa alasanku untuk menolak?""Kalau kamu ngomong begitu, aku malah makin khawatir. Ini jelas seperti jebakan, apalagi kondisi badanmu sekarang nggak cocok buat masuk ke sarang harimau." Joy menggenggam tangannya, penuh kekhawatiran.Milla mengangguk. Dia pun tahu undangan ini pasti tak sesederhana kelihatannya. Namun, sikap Alfie dan kedua putranya terhadapnya t

  • Dikhianati Tunangan, Dimanja Presdir Miliarder   Bab 368 Bercerai

    Dia ... benar-benar hamil! Sudah lima minggu!Milla tak bisa menahan diri untuk mengingat kembali kejadian lebih dari sebulan lalu. Saat itu, dia bersama Chris dan itu terjadi di masa aman ... tetapi malah "kena jackpot"?Pantas saja akhir-akhir ini dia merasa tubuhnya lemah, sering pusing, lesu, tak nafsu makan, kadang-kadang mual."Milla ...." Walaupun sudah siap mental, Joy tetap terlihat linglung. "Kamu sendiri nggak merasa apa-apa?""Aku terlalu sibuk belakangan ini, sampai lupa soal itu ...." Milla menggeleng dengan tatapan kosong. Suasana hatinya sangat buruk, bahkan ada sedikit rasa sedih."Terus ... kamu mau gimana?" Joy menggenggam tangannya, khawatir Milla terlalu sedih."Entahlah." Suaranya pelan. Milla sudah memutuskan menjauh dari Chris, tetapi sekarang dia justru mengandung anaknya ...."Terus ... kamu akan mempertahankan anak ini nggak?" tanya Joy yang tak bisa menahan diri.Milla tak tahu harus menjawab apa. Matanya melirik ke arah seorang ibu hamil yang duduk tak jauh

  • Dikhianati Tunangan, Dimanja Presdir Miliarder   Bab 367 Dia Ingin Menjadi Ayah

    "Kalau begitu, ada kemungkinan kamu hamil," kata dokter dengan tenang.Jantung Milla sontak berdetak kencang. Namun, dia segera menenangkan diri dan berkata, "Akhir-akhir ini aku stres, baru terbang ke luar negeri juga. Perubahan suasana hati dan lingkungan bisa memengaruhi siklus menstruasi, 'kan?""Secara teori memang begitu, tapi setiap individu berbeda. Sebaiknya kamu lakukan tes darah dan urine dulu. Setelah memastikan nggak hamil, baru pemeriksaan lanjutan bisa dilakukan," ujar dokter dengan hati-hati."Milla, periksa saja dulu, biar tenang," bujuk Joy di sampingnya.Milla mengangguk dan mengambil surat pemeriksaan dari dokter. Dia pergi tes urine terlebih dahulu. Namun, dia merasa ada yang aneh. Kebetulan di toilet, dia bertemu seorang perawat dan langsung bertanya, "Permisi, masih ada kuota untuk poli ortopedi hari ini?""Sudah habis," jawab sang perawat sambil menggeleng."Apa ortopedi di rumah sakit ini memang terkenal? Kok banyak sekali pasiennya hari ini?" tanya Milla lagi.

  • Dikhianati Tunangan, Dimanja Presdir Miliarder   Bab 366 Kalah dari Wanita

    Anak buah Andrew mendekat. Benar saja, dia berjongkok dan mengintip dari celah pintu. Setelah tak melihat siapa pun, dia mulai mendorong pintu. Namun, setelah beberapa kali mencoba, pintu tetap tak bisa dibuka."Pak Andrew ...." Anak buah itu menoleh, meminta arahan, apakah perlu mendobrak pintu.Andrew melambaikan tangan. "Lupakan saja, nggak perlu saling mengganggu. Kita keluar!"Setelah itu, terdengar suara pintu dibuka dan ditutup, disertai suara langkah kaki menjauh."Jangan pikirin pria lain saat kamu ada di pelukanku." Suara rendah Chris memecah keheningan di dalam toilet.Milla baru sadar, mendapati dia sedang memeluk leher Chris. Wajahnya menempel di dada Chris, seluruh tubuhnya menggantung padanya.Dia langsung meloncat seperti tersengat listrik, membuat Chris cepat-cepat menahan agar dia tak jatuh. "Pelan-pelan!""Ssst!" Milla tetap berwaspada, khawatir suara pintu tadi hanya trik. Mungkin saja Andrew belum benar-benar pergi."Tenang, dia pasti sudah pergi." Chris ikut turun

  • Dikhianati Tunangan, Dimanja Presdir Miliarder   Bab 365 Kamu Vampir

    Milla terkejut, refleks ingin berteriak meminta tolong. Namun, saat menengadah, dia melihat bahwa itu adalah Chris."Kenapa kamu meracikkan parfum Raja Neraka untukku?" Chris mendekat dan bertanya dengan nada menuntut."Menyebutmu vampir mungkin lebih cocok." Milla menghindar darinya, berdiri di sisi lain, sejauh mungkin. "Bukankah kamu memang seperti vampir? Hidup abadi karena mengisap darah orang lain?""Aku seseram itu?""Iya.""Kamu sebenci itu padaku?""Betul."Chris bertanya dan Milla menjawab sambil mendongak. Jawabannya tajam tanpa mundur, seolah-olah menebas ketajaman sikap Chris.Chris mulai tenang, meskipun enggan menyerah. Dia lanjut bertanya, "Parfum yang terakhir kali kamu buat untukku, aku sengaja minta orang yang hadir saat itu untuk menganalisis. Katanya kamu meracik aroma floral yang ringan, melambangkan cinta yang manis dan penuh harapan.""Orang yang kamu suruh itu siapa? Profesional nggak?" Milla menjawab dingin tanpa mendongak menatapnya."Kamu pakai bunga yakut,

  • Dikhianati Tunangan, Dimanja Presdir Miliarder   Bab 364 Menganalisis Parfum

    Setelah hening beberapa detik, Leon tersenyum tipis dan berdiri. "Parfumnya diracik seobsesif ini. Kalau bukan aku, siapa lagi?""Pak Leon terlalu memuji," jawab Milla sambil tersenyum cerah, lalu mulai menjelaskan, "Parfum ini memang kuracik khusus untuk Pak Leon. Soal obsesif yang tadi disebutkan, aku rasa merujuk pada kombinasi leci dan mawar yang kugunakan di aroma teratas.""Memang nggak biasa, tapi sangat menonjol. Sesudahnya, aku gunakan lada dan mawar Balgaria. Sementara itu, lapisan aroma terakhir adalah musk dan amber.""Yang ingin kusampaikan adalah Pak Leon berbeda sejak kecil, tapi meraih pencapaian luar biasa. Karena dia menerima kekurangannya, nggak pernah merasa rendah diri, juga memaksimalkan kelebihan serta bakatnya. Bukankah itu menunjukkan kebijaksanaan?""Di satu sisi, dia nggak suka terikat oleh batasan-batasan umum, seolah-olah menginjak semua aturan. Tapi di sisi lain, dalam hatinya, dia punya prinsip sendiri. Dia alami, jujur, dan tulus.""Pujianmu berlebihan s

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status