Home / Romansa / Dikhianati Tunangan, Dimanja Presdir Miliarder / Bab 7 Berani Menerima Konsekuensi Kekalahan

Share

Bab 7 Berani Menerima Konsekuensi Kekalahan

Author: Syakia
Mendengar orang-orang di sekitarnya membicarakan bagaimana Milla menopang perusahaan Ryan seorang diri, meskipun tidak merasa nyaman, orang tua Ryan terpaksa tersenyum.

Di sisi lain, para anggota senior dewan Grup Jauhari buru-buru menegosiasikan ulang kerja sama dengan mitra bisnis yang tadi sempat mundur. Wajah mereka kini penuh senyuman puas.

Milla tetap tenang mengamati perubahan sikap semua orang dengan ekspresi datar. Namun, ada kilatan cerdik di matanya saat dia berkata dengan suara jernih, "Setiap taruhan harus dipenuhi. Selanjutnya, mari kita nikmati penampilan lagu dari Sunny."

Suara Milla yang tegas langsung menghentikan keributan di aula. Barulah saat itu, semua orang menyadari bahwa masih ada taruhan yang belum ditepati. Sebagai seorang selebriti, Sunny menjadi pusat perhatian dan para tamu mulai bersorak, menginginkan dia menyanyi langsung.

"Aku ... suaraku lagi serak hari ini," Sunny mencoba menolak dengan panik sambil melambaikan tangannya.

"Seorang bintang yang pernah merilis album, menyanyi langsung itu seharusnya mudah, 'kan?"

"Jangan cari alasan. Kalaupun serak, tetap saja bisa menyanyi. Kalau nggak memenuhi taruhan, aku mulai curiga kalau albummu itu bukan hasil nyanyianmu sendiri."

Dengan terpaksa, Sunny menggigit bibirnya dan melangkah ke panggung. Dia berdiri di depan mikrofon dengan ekspresi canggung.

Musik pengiring mulai diputar. Sunny mencoba bernyanyi pelan, berharap bisa menutupi suaranya yang fals. Namun, orang-orang yang mengendalikan audio di belakang panggung sengaja mengecilkan volume musik sehingga suaranya terdengar sangat jelas.

Suara Sunny yang sumbang langsung memicu keributan di antara para tamu.

"Apa-apaan ini?"

"Suara seperti ini bisa buat orang sakit kepala!"

"Albumnya yang bagus itu ternyata hasil kerja editor audio. Ini suara aslinya, huh?"

Ryan segera menyadari situasinya yang semakin memburuk. Dia memberi instruksi kepada staf, "Cepat matikan sistem audio!"

"Maaf, Pak Ryan, entah kenapa sistemnya nggak merespons. Kami nggak bisa mematikannya untuk saat ini," jawab salah satu staf dengan gugup.

"Kalau begitu, putuskan saja sumber daya listrik!" Ryan berteriak frustrasi.

Namun, jika listrik diputus, seluruh aula akan menjadi gelap. Orang-orang mulai bergosip melihat betapa keras usahanya untuk melindungi Sunny.

Mereka mulai membandingkannya dengan sikapnya terhadap Milla sebelumnya. Saat Milla difitnah, Ryan bahkan tidak mengucapkan sepatah kata pun untuk membelanya.

Dua menit kemudian, salah satu staf kembali dengan napas terengah-engah dan berkata, "Pak Ryan, ada seseorang yang sudah menyalakan generator cadangan. Memutus listrik nggak akan berpengaruh!"

"Cukup." Ryan akhirnya menyerah.

Penampilan Sunny hanya berlangsung beberapa saat, tetapi itu sudah cukup untuk membuat semua orang merasa terganggu.

Suaranya yang sumbang, ditambah melodi yang mirip lagu ratapan, membuat para tamu merasa muak. Suasana pun menjadi sangat tidak nyaman.

Di tengah komentar pedas dari para tamu, Sunny berdiri di atas panggung dengan air mata mengalir dan tampak ingin menghilang dari muka bumi.

Sementara itu, Milla berdiri di sudut aula mengamati semuanya dengan tatapan dingin. Baginya, ini hanyalah hidangan pembuka untuk Sunny dan Ryan. Kejutan sebenarnya masih menunggu. Dia berjalan keluar aula bersama Joy dan bertanya, "Semua orangmu sudah siap?"

"Tenang saja, aku yang urus semuanya," Joy menjawab dengan penuh keyakinan, bahkan menepuk dadanya.

"Aku sudah memastikan setiap sudut tempat ini terpasang kamera pengawas tanpa celah. Selain itu, alat penyadap yang kamu pasang di Ryan juga sedang dalam pemantauan."

"Dasar pasangan berengsek itu! Aku benar-benar ingin menguliti mereka hidup-hidup!" Joy melampiaskan amarahnya sambil menggertakkan gigi.

Milla mengisyaratkan Joy untuk lebih tenang. Dia sudah melewati tahap kemarahan yang membara. "Sekarang yang harus kita lakukan adalah mempersiapkan serangan balik."

"Ya, serangan balik!" Joy mulai tenang dan melanjutkan, "Oh iya, Sunny sempat mengatur supaya ada seorang pria masuk ke kamar tamumu di lantai atas. Untungnya, orang-orangku sudah menanganinya. Pria itu nggak akan ada di kamarmu malam ini untuk membuat keributan."

Milla mengangguk, matanya menyipit penuh pemikiran. Rupanya, rencana Sunny dan Ryan adalah membuat dia kehilangan kesucian sebelum pernikahan dan membeberkannya, sehingga reputasinya hancur total. Untungnya, sejauh ini semua masih dalam kendalinya.

"Tapi menurutku, hanya mengusir pria itu saja nggak cukup. Gimana kalau mereka mencoba hal lain? Kamu tadi nggak minum apa pun di pesta, 'kan? Pastikan tetap waspada."

"Aku nggak menyentuh apa pun," jawab Milla sambil mengangguk. Meski begitu, alisnya tetap berkerut. "Memberi sesuatu di minuman memang berisiko, tapi untuk berjaga-jaga, aku akan memeriksa kamar secara langsung."

Ryan telah mengundang banyak tokoh penting dari berbagai kalangan di Kota Huari untuk menghadiri pesta ini. Acara itu jelas akan berlangsung hingga larut malam.

Berhubung Cube Mansion terletak di tepi pantai, Ryan telah menyewa sejumlah besar kamar di lantai atas untuk tamu-tamu yang ingin beristirahat dan langsung menghadiri acara pertunangan besok pagi.

Dengan kartu akses universal yang diberikan oleh detektif pribadinya, Milla memilih jalur khusus untuk menuju kamar di lantai atas. Dalam perjalanan, dia memeriksa beberapa kamar secara acak sebelum akhirnya sampai di kamarnya sendiri yang terletak di ujung lorong.

Ketika pintu kamar terbuka ....

Dia langsung terkejut.

Bukankah katanya pria yang Sunny atur sudah disingkirkan? Lalu kenapa masih ada pria lain di kamar ini?

Selain itu, pria ini ... jelas bukan pria biasa.
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (5)
goodnovel comment avatar
Dewi Sinta Barus
lanjutkan donk
goodnovel comment avatar
Beatrix Abineno
aduhhh....pria siapa lagi?
goodnovel comment avatar
Qudsiyah
Saya sudah baca 71 %. e... tiba" harus memperbarui akun. huh jd kembali ke 0% lagi deh. capek. .........
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Dikhianati Tunangan, Dimanja Presdir Miliarder   Bab 369 Hidup di dalam Tubuhnya

    Berbagai media besar tak ingin melewatkan berita besar, tetapi Chris mengemudikan mobilnya pergi dengan kecepatan tinggi. Dia langsung menuju hotel tempat Milla menginap.Di kamar hotel, Milla memandangi undangan di tangannya, lalu berkata kepada Joy. "Hari ini kamu istirahat saja, kita tunda kepulangan satu hari.""Kamu serius mau pergi ke rumah Keluarga Yunanda?" Joy tampak cemas."Kepala pelayan itu datang sendiri. Katanya kemarin waktu jamuan, aku telah membantu Pak Alfie, jadi mereka khusus mengundangku ke rumah. Kepala keluarga besar lainnya juga hadir. Cuma guruku yang nggak ada. Jelas maksudnya agar aku mewakili beliau. Apa alasanku untuk menolak?""Kalau kamu ngomong begitu, aku malah makin khawatir. Ini jelas seperti jebakan, apalagi kondisi badanmu sekarang nggak cocok buat masuk ke sarang harimau." Joy menggenggam tangannya, penuh kekhawatiran.Milla mengangguk. Dia pun tahu undangan ini pasti tak sesederhana kelihatannya. Namun, sikap Alfie dan kedua putranya terhadapnya t

  • Dikhianati Tunangan, Dimanja Presdir Miliarder   Bab 368 Bercerai

    Dia ... benar-benar hamil! Sudah lima minggu!Milla tak bisa menahan diri untuk mengingat kembali kejadian lebih dari sebulan lalu. Saat itu, dia bersama Chris dan itu terjadi di masa aman ... tetapi malah "kena jackpot"?Pantas saja akhir-akhir ini dia merasa tubuhnya lemah, sering pusing, lesu, tak nafsu makan, kadang-kadang mual."Milla ...." Walaupun sudah siap mental, Joy tetap terlihat linglung. "Kamu sendiri nggak merasa apa-apa?""Aku terlalu sibuk belakangan ini, sampai lupa soal itu ...." Milla menggeleng dengan tatapan kosong. Suasana hatinya sangat buruk, bahkan ada sedikit rasa sedih."Terus ... kamu mau gimana?" Joy menggenggam tangannya, khawatir Milla terlalu sedih."Entahlah." Suaranya pelan. Milla sudah memutuskan menjauh dari Chris, tetapi sekarang dia justru mengandung anaknya ...."Terus ... kamu akan mempertahankan anak ini nggak?" tanya Joy yang tak bisa menahan diri.Milla tak tahu harus menjawab apa. Matanya melirik ke arah seorang ibu hamil yang duduk tak jauh

  • Dikhianati Tunangan, Dimanja Presdir Miliarder   Bab 367 Dia Ingin Menjadi Ayah

    "Kalau begitu, ada kemungkinan kamu hamil," kata dokter dengan tenang.Jantung Milla sontak berdetak kencang. Namun, dia segera menenangkan diri dan berkata, "Akhir-akhir ini aku stres, baru terbang ke luar negeri juga. Perubahan suasana hati dan lingkungan bisa memengaruhi siklus menstruasi, 'kan?""Secara teori memang begitu, tapi setiap individu berbeda. Sebaiknya kamu lakukan tes darah dan urine dulu. Setelah memastikan nggak hamil, baru pemeriksaan lanjutan bisa dilakukan," ujar dokter dengan hati-hati."Milla, periksa saja dulu, biar tenang," bujuk Joy di sampingnya.Milla mengangguk dan mengambil surat pemeriksaan dari dokter. Dia pergi tes urine terlebih dahulu. Namun, dia merasa ada yang aneh. Kebetulan di toilet, dia bertemu seorang perawat dan langsung bertanya, "Permisi, masih ada kuota untuk poli ortopedi hari ini?""Sudah habis," jawab sang perawat sambil menggeleng."Apa ortopedi di rumah sakit ini memang terkenal? Kok banyak sekali pasiennya hari ini?" tanya Milla lagi.

  • Dikhianati Tunangan, Dimanja Presdir Miliarder   Bab 366 Kalah dari Wanita

    Anak buah Andrew mendekat. Benar saja, dia berjongkok dan mengintip dari celah pintu. Setelah tak melihat siapa pun, dia mulai mendorong pintu. Namun, setelah beberapa kali mencoba, pintu tetap tak bisa dibuka."Pak Andrew ...." Anak buah itu menoleh, meminta arahan, apakah perlu mendobrak pintu.Andrew melambaikan tangan. "Lupakan saja, nggak perlu saling mengganggu. Kita keluar!"Setelah itu, terdengar suara pintu dibuka dan ditutup, disertai suara langkah kaki menjauh."Jangan pikirin pria lain saat kamu ada di pelukanku." Suara rendah Chris memecah keheningan di dalam toilet.Milla baru sadar, mendapati dia sedang memeluk leher Chris. Wajahnya menempel di dada Chris, seluruh tubuhnya menggantung padanya.Dia langsung meloncat seperti tersengat listrik, membuat Chris cepat-cepat menahan agar dia tak jatuh. "Pelan-pelan!""Ssst!" Milla tetap berwaspada, khawatir suara pintu tadi hanya trik. Mungkin saja Andrew belum benar-benar pergi."Tenang, dia pasti sudah pergi." Chris ikut turun

  • Dikhianati Tunangan, Dimanja Presdir Miliarder   Bab 365 Kamu Vampir

    Milla terkejut, refleks ingin berteriak meminta tolong. Namun, saat menengadah, dia melihat bahwa itu adalah Chris."Kenapa kamu meracikkan parfum Raja Neraka untukku?" Chris mendekat dan bertanya dengan nada menuntut."Menyebutmu vampir mungkin lebih cocok." Milla menghindar darinya, berdiri di sisi lain, sejauh mungkin. "Bukankah kamu memang seperti vampir? Hidup abadi karena mengisap darah orang lain?""Aku seseram itu?""Iya.""Kamu sebenci itu padaku?""Betul."Chris bertanya dan Milla menjawab sambil mendongak. Jawabannya tajam tanpa mundur, seolah-olah menebas ketajaman sikap Chris.Chris mulai tenang, meskipun enggan menyerah. Dia lanjut bertanya, "Parfum yang terakhir kali kamu buat untukku, aku sengaja minta orang yang hadir saat itu untuk menganalisis. Katanya kamu meracik aroma floral yang ringan, melambangkan cinta yang manis dan penuh harapan.""Orang yang kamu suruh itu siapa? Profesional nggak?" Milla menjawab dingin tanpa mendongak menatapnya."Kamu pakai bunga yakut,

  • Dikhianati Tunangan, Dimanja Presdir Miliarder   Bab 364 Menganalisis Parfum

    Setelah hening beberapa detik, Leon tersenyum tipis dan berdiri. "Parfumnya diracik seobsesif ini. Kalau bukan aku, siapa lagi?""Pak Leon terlalu memuji," jawab Milla sambil tersenyum cerah, lalu mulai menjelaskan, "Parfum ini memang kuracik khusus untuk Pak Leon. Soal obsesif yang tadi disebutkan, aku rasa merujuk pada kombinasi leci dan mawar yang kugunakan di aroma teratas.""Memang nggak biasa, tapi sangat menonjol. Sesudahnya, aku gunakan lada dan mawar Balgaria. Sementara itu, lapisan aroma terakhir adalah musk dan amber.""Yang ingin kusampaikan adalah Pak Leon berbeda sejak kecil, tapi meraih pencapaian luar biasa. Karena dia menerima kekurangannya, nggak pernah merasa rendah diri, juga memaksimalkan kelebihan serta bakatnya. Bukankah itu menunjukkan kebijaksanaan?""Di satu sisi, dia nggak suka terikat oleh batasan-batasan umum, seolah-olah menginjak semua aturan. Tapi di sisi lain, dalam hatinya, dia punya prinsip sendiri. Dia alami, jujur, dan tulus.""Pujianmu berlebihan s

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status