Share

Kamu Takut Padaku?

Penulis: Young Lady
last update Terakhir Diperbarui: 2023-03-10 21:39:42

Qiyana terlonjak hebat menyadari apa yang baru saja dirinya lakukan. Wajahnya langsung berubah pucat pasi dengan jantung yang berdetak dua kali lebih cepat. “Kenapa aku bodoh sekali?!” rutuknya dalam hati. Wanita itu mengedarkan pandangan ke sekitarnya, khawatir ada orang yang melihatnya di sini.

Qiyana ingin segera pergi dari sana. Namun, ia tidak mungkin meninggalkan bekas kekacauan yang baru saja dirinya perbuat begitu saja. Buru-buru wanita itu membereskan serpihan guci yang berserakan di lantai.

Ringisan pelan lolos dari bibirnya karena ujung telunjuknya tak sengaja terkena serpihan guci yang tajam. Mengabaikan nyeri dan darahnya yang mulai keluar, Qiyana tetap melanjutkan aktivitasnya secepat mungkin. Ia harus segera pergi dari sini.

“Apa yang kamu lakukan di sini?”

Suara bariton yang familiar itu membuat tubuh Qiyana menegang. Wanita itu sontak mengangkat kepalanya dan manik matanya langsung bertemu dengan sorot tajam Kenzo. Qiyana gelagapan hingga jemarinya tak sengaja tergores serpihan guci lagi.

Kenzo langsung berjongkok di samping Qiyana saat melihat jemari wanita itu terluka. “Kamu sampai terluka seperti ini? Sebenarnya apa yang kamu lakukan di sini?” Lelaki itu kembali mengulang pertanyaannya.

Lidah Qiyana terasa kelu untuk sekadar menjawab pertanyaan yang Kenzo lontarkan. Kekhawatiran yang menggerayangi benaknya terlalu mendominasi sampai-sampai ia kesulitan mencari alasan yang tepat. Padahal, niat awalnya memang hanya ingin mengajak lelaki di hadapannya ini makan malam bersama.

Kenzo berdecak kesal karena Qiyana hanya diam saja. “Ikut aku! Lukamu harus diobati. Hati-hati, jangan sampai kamu menginjak serpihan guci itu. Kakiku bisa terluka juga.” Lelaki itu langsung membimbing Qiyana melangkah menuju ruang tengah. Kemudian, mengambil kotak obat yang tersedia di sana.

“A-aku bisa mengobati luka ini sendiri,” ucap Qiyana seraya menarik tangannya yang sudah berdua dalam genggaman Kenzo. Kepalanya tepat menunduk tidak berani membalas tatapan lelaki yang duduk di sampingnya ini. “Maaf, aku tidak sengaja menyenggol gucimu tadi. Aku akan menggantinya nanti.”

Qiyana memang tidak mengetahui apa yang sebenarnya terjadi di halaman belakang tadi. Namun, pemandangan yang tersaji di depan matanya itu terlihat sangat mengerikan. Ia sudah berusaha mengusir kilasan kejadian itu, tetapi sangat sulit. Bayangan itu terus berputar di kepalanya bagaikan kaset rusak.

“Kenapa kamu malah memikirkan guci itu?! Lihatlah sekarang tanganmu yang terluka!” gerutu Kenzo kesal. “Kamu tidak perlu menggantinya. Lukamu jauh lebih penting dari guci itu. Biarkan aku yang mengobati lukamu. Kamu tidak akan bisa mengobatinya dengan satu tangan.”

Akhirnya Qiyana memilih pasrah. Membiarkan Kenzo mengobati luka-luka di tangannya meskipun perasaannya masih was-was. Berulang kali ringisan lolos dari bibirnya saat luka di tangannya bersentuhan dengan obat merah.

Setelah seluruh lukanya diobati dan ditutup dengan plester, Qiyana langsung bangkit dari tempat duduknya. Hanya kurang dari 15 menit ia duduk bersebelahan dengan Kenzo. Tetapi, entah kenapa dirinya was-was sendiri. Padahal tidak ada gelagat aneh yang lelaki itu tunjukkan.

“Terima kasih sudah mengobati luka di tanganku. Sebenarnya aku hanya ingin mengajakmu makan bersama. Aku sudah memasak makan malam untuk kita. Tapi, sepertinya makanan itu sudah dingin sekarang. Pasti rasanya tidak enak lagi, aku akan memberi—”

“Kenapa kamu mendadak aneh malam ini?” potong Kenzo seraya bangkit dan melangkah mendekati Qiyana. “Apa … kamu takut padaku? Apa yang sudah kamu lihat sampai sikapmu berubah seperti ini?” desak lelaki itu tanpa menghentikan langkahnya.

Menyadari antara di antara dirinya dan Kenzo semakin menipis, tanpa sadar Qiyana melangkah mundur. Wanita itu mulai panik saat merasakan punggungnya bersentuhan dengan tembok yang dingin. Bola matanya bergerak liar menatap sekelilingnya, berharap ada orang yang datang dan bisa menyelamatkannya.

Sayangnya, tidak ada satu pun orang yang berada di sana selain Qiyana dan Kenzo. Dan sekarang, lelaki itu sudah benar-benar memerangkapnya hingga tubuhnya tak dapat bergerak ke mana pun lagi.

“A-aku tidak melihat apa pun,” jawab Qiyana dengan suara bergetar.

Kenzo menghela napas pelan seraya menangkup wajah Qiyana agar menoleh ke arahnya. “Lupakan apa pun yang kamu lihat tadi, anggap kamu tidak pernah melihatnya. Jangan takut padaku. Satu hal yang harus kamu tahu, aku tidak akan pernah menyakitimu.”

Sebisa mungkin, Qiyana memilih menatap ke arah lain alih-alih membalas tatapan Kenzo. Ia tidak tahu apakah bisa mempercayai kata-kata yang lelaki itu lontarkan atau tidak. Dirinya bahkan tidak mengetahui seberapa besar pengaruh yang Kenzo miliki.

“Ayo kita makan malam. Kamu sudah repot-repot memasak untukku. Aku sudah tidak sabar ingin mencicipinya,” ujar Kenzo seraya kembali menegakkan tubuhnya dan menggandeng tangan Qiyana menuju ruang makan.

Lelaki itu melirik jemari Qiyana yang dibalut plester. “Kalau nyeri di luka itu cukup parah, katakan saja padaku. Aku akan meminta dokter pribadiku memerik—”

“Tidak perlu!” sahut Qiyana cepat. “Luka di tanganku tidak terlalu sakit. Aku yakin dalam beberapa hari ke depan akan sembuh dengan sendirinya. Tidak perlu sampai diperiksa oleh dokter. Terima kasih.”

Tidak ada yang membuka suara lagi hingga keduanya sampai di ruang makan dan fokus dengan makanan masing-masing. Kenzo langsung memuji masakan Qiyana yang terasa pas di lidah lelaki itu. Sebenarnya Qiyana senang karena Kenzo menyukai masakannya. Namun, euforia itu terhalang oleh sesuatu yang seharusnya tak perlu dirinya pikirkan.

Setelah makan malam selesai, Qiyana langsung pamit undur diri dengan alasan sudah lelah. Namun, nyaris semalaman penuh dirinya malah tidak bisa tidur. Padahal ia mengira dapat tidur lebih nyenyak malam ini. Pada kenyataannya, harapan itu tidak tercapai.

Qiyana terbangun di pagi hari dengan kantong mata yang menghitam. Ia baru bisa terlelap saat menjelang pagi hari. Kalau bukan karena tak sengaja mendengar suara ketukan pintu. Dan ternyata dirinya memang sudah ditunggu oleh sang tuan besar.

“Maaf mengganggu waktu Anda, Nyonya. Saya hanya ingin mengantarkan pakaian yang Tuan Kenzo titipkan untuk Anda. Tuan Kenzo berpesan kalau Anda harus menggunakan pakaian ini. Dan sekarang Tuan sudah menunggu Anda di meja makan,” papar pelayan yang tadi mengetuk pintu kamar Qiyana sembari meletakkan satu set pakaian di pinggir ranjang Qiyana.

Qiyana melirik pakaian itu sekilas dengan kening mengerut. “Terima kasih, aku akan segera menyusul ke sana.” Meskipun masih sangat mengantuk, ia terpaksa beranjak dari ranjang dan menyambar pakaian tersebut.

Sebenarnya Qiyana masih ingin menghindari Kenzo hari ini, tetapi ia tidak enak menolak ajakan lelaki itu. Apalagi pelayan yang tadi mengantarkan pakaian untuknya juga sudah berpesan kalau Kenzo akan mengajaknya pergi.

Qiyana sengaja berlama-lama di kamar sampai melewatkan sarapannya. Ia berharap Kenzo sudah pergi agar mereka tidak perlu bertemu dulu. Namun, ternyata lelaki itu masih menunggunya di dalam mobil.

“Maaf, aku membuatmu menunggu lama. Harusnya kamu tidak perlu menungguku,” ucap Qiyana yang akhirnya menyusul Kenzo. Wanita itu kembali menutup pintu mobil di sampingnya dan menyunggingkan senyum kaku.

Kenzo tersenyum ramah seperti biasanya. “Tidak apa-apa, lagipula aku sedang tidak buru-buru hari ini.”

Kenzo langsung menyalakan mobilnya dan melajukan kendaraan beroda empat itu membelah jalanan yang masih cukup lengang. Lidah Qiyana sudah gatal ingin menanyakan ke mana Kenzo akan membawanya pergi, tetapi ia tidak berani.

Setelah kurang lebih 30 menit menelusuri jalanan ibukota, Kenzo membelokkan mobilnya memasuki halaman gedung perkantoran yang sangat luas. “Aku lupa memberitahumu kalau—”

“Kenapa kamu membawaku ke tempat ini?” sahut Qiyana dengan mata terbelalak.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (3)
goodnovel comment avatar
Tatu Masitoh
bagus ceritanya
goodnovel comment avatar
Tiktik Atikah
bagus ceritanya
goodnovel comment avatar
Mardiati Badri
baru mulai baca. sejauh ini bagus ceritanya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Dikhianati Tunangan, Dinikahi CEO Tampan   Pengakuan yang Ditunggu-Tunggu

    “Aku hanya ingin memberi ucapan selamat ulang tahun pada keponakanku, apa itu salah?” sahut Amanda yang tidak terlihat tersinggung sama sekali oleh kata-kata kasar yang Kenzo ucapkan. “Aku tahu keponakanku berulang tahun hari ini dan aku hanya ingin memberi sedikit hadiah untuknya.”“Dari mana kamu tahu kalau ulang tahun putraku dirayakan di sini?” Kenzo kembali mengulang pertanyaannya dengan nada lebih menuntut dan tatapan yang semakin tajam. “Kalau kamu hanya berniat mengacaukan acara ini, lebih baik kamu pergi.”Qiyana yang bingung harus melakukan apa hanya mengelus bahu Kenzo, berusaha menenangkan lelaki itu. Walaupun selama ini Amanda memang sering melakukan hal-hal tak terduga, tetapi ia yakin kali ini Amanda tidak memiliki niatan buruk. “Jangan terlalu keras padanya, mungkin dia memang hanya ingin memberi ucapan selamat untuk Rey,” bisik Qiyana pada Kenzo. “Jangan langsung mengusirnya seperti ini. Setidaknya kita bisa bicara baik-baik dengannya.”Amanda berdeham pelan sera

  • Dikhianati Tunangan, Dinikahi CEO Tampan   Rencana Rahasia Kenzo

    “Apa kamu yakin acaranya tidak diadakan di rumah saja? Kalau acaranya di luar, bisa saja ada wartawan yang melihat kita. Hari ini sangat spesial dan aku tidak mau terjadi masalah baru,” tutur Qiyana yang sedang menyuapi putranya. “Tentu saja tidak, Sayang. Semuanya sudah dipersiapkan sejak jauh-jauh hari, sedikit merepotkan jika tempatnya dipindah. Lagipula Rey sangat menyukai tempatnya dan kamu juga tahu kalau aku tidak mengundang banyak orang. Percayalah tidak akan ada masalah yang terjadi,” sahut Kenzo tanpa keraguan sedikitpun. Tepat hari ini, Reynand Pratama Abimana genap berusia satu tahun. Sejak jauh-jauh hari, Qiyana dan Kenzo telah berencana untuk merayakan hari ulang tahun putra mereka. Tentu saja awalnya Qiyana hanya berniat mengadakan acara di rumah, namun siapa sangka Kenzo malah menawarkan untuk menggunakan salah satu ballroom hotelnya. Meskipun sudah saling terbuka sejak lama, nyatanya sampai saat ini Kenzo belum memiliki niatan untuk membuka hubungan mereka di de

  • Dikhianati Tunangan, Dinikahi CEO Tampan   Pertemuan Yang Terlupakan

    “Aku yakin kamu memang penguntit,” jawab Qiyana sembari melirik foto-fotonya yang pernah Kenzo tunjukkan beberapa waktu lalu. “Kalau tidak, mana mungkin kamu masih menyimpannya. Lagipula tidak ada yang bagus juga dari foto-foto itu. Buang saja.” Akan tetapi, jujur saja sekarang Qiyana malah lebih penasaran dengan foto-foto tersebut daripada dokumen di tangannya. Waktu itu Kenzo sudah berjanji akan memberi penjelasan lebih lanjut, namun akhirnya terlupakan begitu saja. Qiyana yakin ayahnya tidak mungkin memberikan fotonya secara cuma-cuma pada Kenzo. Ayahnya adalah tipe orang yang tidak terlalu terbuka dengan orang lain, apalagi untuk memberikan hal privasi seperti ini. “Buang? Aku tidak mungkin melakukannya, untuk apa aku melakukan itu setelah mendapatkannya dengan susah payah? Aku berbohong tentang ayahmu yang memberikan foto-foto ini padaku. Anggap saja aku memang penguntit,” jawab Kenzo santai tanpa beban. Qiyana kontan menoleh dengan mata terbelalak dan mulut menganga. “Apa?! J

  • Dikhianati Tunangan, Dinikahi CEO Tampan   Mengembalikan Haknya

    “Aku ingin ikut denganmu,” pinta Qiyana seraya mencekal lengan suaminya. Kekhawatiran terpampang jelas di wajah Qiyana. Terlepas dari segala kejahatan dan luka yang telah ibu tirinya torehkan, ia tetap tidak bisa mengelak kekhawatirannya. Baru minggu lalu mereka bertemu, meski akhirnya juga tidak menyenangkan dan sekarang dirinya mendapat kabar seperti ini. “Tidak bisa, Sayang. Kalau kamu ikut, bagaimana dengan Rey? Kita tidak bisa membawanya ke rumah sakit. Kamu tunggu di rumah saja ya? Kalau terjadi sesuatu, aku pasti langsung mengabarimu. Aku pergi.” Kenzo mengecup kening Qiyana dan Reynand sekilas sebelum beranjak pergi. “Tapi—”Sebelum Qiyana sempat melanjutkan kalimatnya, Kenzo lebih dulu beranjak pergi tanpa menoleh lagi. Lelaki itu tampak sangat terburu-buru dan kembali bertelepon, sepertinya dengan Rangga. Qiyana pun memilih tidak memaksakan diri karena menyadari jika situasi yang dihadapi saat ini cukup rumit. Qiyana hanya bisa menunggu dengan perasaan campur aduk y

  • Dikhianati Tunangan, Dinikahi CEO Tampan   Bunuh Diri

    Semua orang yang berada di ruangan itu panik dan langsung berusaha menjauhkan Ambar dari Qiyana. Namun, wanita paruh itu malah semakin mengeratkan cekikannya. Ia nyaris membuat Qiyana terseret dari ranjang karena mengerahkan seluruh tenaganya untuk mencekik putri sambungnya itu. Qiyana terbatuk dengan napas putus-putus setelah cekikan Ambar terlepas dari lehernya. Wajahnya sudah berubah merah padam. Cekikan itu benar-benar membuatnya nyaris kehabisan napas. Entah bagaimana caranya Ambar membuka borgol yang jelas-jelas masih terpasang di tangan wanita paruh baya itu. Ambar yang masih mengamuk langsung ditarik paksa oleh polisi yang berada di sana. Dengan sigap, para polisi itu memborgol tangan Ambar lagi dan memastikan borgol tersebut tidak akan terlepas lagi. “Panggilkan dokter sekarang!” perintah Kenzo pada sang asisten yang langsung bergegas kelaur dari ruangan tersebut. Lelaki itu menatap sang istri yang masih terbatuk dengan sorot khawatir. “Maaf, Sayang. Aku tidak tahu akhi

  • Dikhianati Tunangan, Dinikahi CEO Tampan   Berganti Posisi

    Qiyana menatap sosok yang baru saja datang dan kini berdiri tepat di hadapannya dari atas sampai bawah. Tatapan tak percaya masih terlihat sangat jelas dari sorot matanya. Wanita itu mengerjapkan matanya berulang kali, khawatir sesuatu yang terlihat di depan matanya hanya ilusi. “Kamu sudah bisa berjalan?” tanya Qiyana dengan ekspresi campur aduk melihat Kenzo sudah dapat kembali berjalan meski dengan langkah tertatih-tatih. “Ssshhh … di mana kursi rodamu? Jangan memaksakan diri, bagaimana kalau keadaanmu malah semakin parah?” Sejak beberapa hari terakhir, Kenzo memang sangat gencar berlatih agar otot tubuhnya tidak kaku dan dapat segera digerakkan normal lagi seperti sediakala. Namun, sejauh ini belum terlihat hasil yang memuaskan karena lelaki itu masih kesulitan berdiri. Dan seharusnya lelaki itu tidak memaksakan diri sampai seperti ini. “Maaf, aku meninggalkanmu sendirian terlalu lama. Kenapa kamu turun dari brankar? Kamu pasti ingin ke toilet lagi ya?” Alih-alih menanggapi pert

  • Dikhianati Tunangan, Dinikahi CEO Tampan   Sengaja Ditinggalkan?

    “Apa? Kamu akan melahirkan sekarang?! Bagaimana mungkin? Bukannya dokter mengatakan kamu akan melahirkan minggu depan?” cerca Kenzo seraya berusaha meminta tolong pada orang-orang yang ada di sekitar taman tersebut. Di saat seperti ini, Kenzo merasa dirinya benar-benar tidak berguna. Seharusnya ia langsung bangkit dan menggendong istrinya ke ruang IGD atau ruangan apa pun itu. Namun, untuk bangkit dari kursi rodanya saja dirinya sangat kesulitan. Qiyana yang sudah tidak kuat menahan bobot tubuhnya sudah terduduk di rerumputan sembari mencengkeram blouse selutut yang dikenakannya. Nyeri yang menjalari perutnya semakin kuat dengan sakit yang tidak bisa didefinisikan dengan kata-kata. “Aku tidak tahu kenapa seperti ini. Sakit sekali, aku tidak kuat,” lirih Qiyana dengan keringat dan air mata yang bercucuran. Sejak bangun tidur pagi ini, Qiyana memang tetalh merasakan sesuatu yang janggal dari tubuhnya. Sejak beberapa jam lalu dirinya selalu bolak-balik ke toilet untuk buang air kecil

  • Dikhianati Tunangan, Dinikahi CEO Tampan   Kalah Cepat

    “Coba ulangi kata-kata terakhirmu tadi,” cerca Kenzo sembari mencekal lengan Qiyana. Qiyana yang sebenarnya sedang menenangkan debar jantungnya yang menggila tetap memasang senyum di wajahnya. Seolah-olah kata-kata yang barusan terlontar dari mulutnya bukanlah sesuatu yang mengejutkan. Padahal sesungguhnya wanita itu ingin segera melarikan diri dari sini karena malu. Kata-kata itu tiba-tiba meluncur dari mulutnya tanpa bisa dicegah. Tetapi, Qiyana tidak menyesalinya sama sekali. Selama ini ia terlalu banyak bersembunyi di balik gengsi dan harga diri. Tidak ada salahnya mencoba lebih jujur dibanding hanya menyimpannya seorang diri. “Aku hanya mengatakannya sekali dan tidak ada pengulangan lagi. Sekarang bukan waktunya mengobrol, jadi lebih baik kamu tidur saja. Kamu masih dalam masa pemulihan, harus banyak-banyak beristirahat,” sahut Qiyana dengan senyum miring. Kenzo menggeram rendah. “Kamu pikir aku bisa tidur setelah kamu mengatakan itu tanpa kejelasan lagi? Aku tidak akan t

  • Dikhianati Tunangan, Dinikahi CEO Tampan   Waktu yang Sia-Sia

    “Ka-kamu sudah sadar?” gumam Qiyana dengan tatapan terbelalak. Sepasang mata berwarna kecokelatan itu berkaca-kaca. “Aku akan—aw!” Wanita refleks meneggakkan kepalanya dan saat itu juga nyeri yang menjalari tengkuknya semakin terasa.Kenzo membuka peralatan medis yang terpasang di mulutnya setelah mengumpulkan tenaga untuk mengangkat tangannya. “Sayang, apa kamu baik-baik saja? Lehermu pasti sakit karena tidur dengan posisi duduk,” tanya lelaki itu dengan suara serak.Suara bariton yang sangat Qiyana rindukan itu kembali terdengar. Meskipun sangat serak dan lirih, itu sudah cukup untuk membayar perasaan campur aduk yang selalu membelenggunya setiap hari selama berbulan-bulan ini. Sekali lagi Qiyana menatap sang suami yang juga menatapnya, memastikan jika ini semua bukanlah halusinasi. Tanpa membalas pertanyaan suaminya, Qiyana langsung merengkuh tubuh lelaki itu dengan isak tangis yang berurai dari bibirnya. Ketika kulitnya bersentuhan dengan kulit Kenzo, ada kehangatan yang teras

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status