Share

Bab 5. Calon Suami

Author: Saraswati_5
last update Last Updated: 2025-05-09 13:21:14

Ayu melangkahkan kakinya menuju ruangan papanya dengan perasaan lebih berat dari biasanya. Perasaannya campur aduk antara penasaran, khawatir, dan sedikit curiga.

Pasalnya tidak biasanya papanya memanggil dirinya ke ruangan pagi-pagi. Ia takut ada masalah besar yang menyangkut dengan kedatangan pria malam itu.

Jangan-jangan … Gigolo itu sudah berkata sesuatu ke papanya?!

Ayu mempercepat langkahnya menuju ruangan papanya dengan perasaan panik. Ia berharap pemikirannya itu salah dan papanya hanya mau berdiskusi tentang pekerjaan dengannya.

Sampai di depan ruangan papanya, Ayu mengetuk pintu itu.

Tok tok tok!

"Masuk."

Ayu membuka pintu ruangan papanya dengan perlahan. Begitu pintu ruangan terbuka, Ayu mendapati sang papa sedang duduk dengan serius di meja kerjanya. "Papa memanggil Ayu?"

Galih mengalihkan tatapannya pada Ayu dan tersenyum. "Iya. Masuk, Yu," ujarnya.

Ayu melangkahkan kaki, masuk lebih dalam ke ruangan papanya. Tapi baru satu langkah Ayu melangkah, Ayu sudah menghentikan langkahnya dan yang membuat Ayu menghentikan langkahnya adalah sosok yang duduk di seberang meja papanya.

Mata Ayu membulat. Jantungnya berdetak dua kali lipat dari biasanya. Pria gigolo itu!

Apa dia sudah bilang sesuatu ke papanya?!

Pria itu menyeringai ke Ayu yang berdiri kaku. Jelas sekali dia tengah mengejek Ayu karena perempuan itu benar-benar tidak bisa lepas dari sang pria setelah kejadian di lift tadi.

“Masuk, Ayu,” kata Galih saat melihat Ayu menghentikan langkahnya, “Ada yang ingin Papa bicarakan.”

Dengan enggan, Ayu masuk dan duduk di kursi yang masih kosong , tepat di samping pria malam itu. Suasana langsung terasa tidak nyaman. Namun, Ayu sebisa mungkin bersikap biasa saja.

“Jadi, alasan Papa memanggil kamu ke ruangan Papa ….”

Tubuh Ayu semakin menegang. Ia menundukkan kepala dan meremas kedua tangannya erat, takut dengan kenyataan bahwa papanya sudah mengetahui hubungannya dengan pria di sampingnya ini.

"Karena ingin memperkenalkan kamu dengan seseorang," lanjut Galih menatap Ayu dengan serius.

"Perkenalkan, dia Ashraf, calon suami kamu."

Ayu mengerjapkan mata kemudian menoleh cepat ke arah papanya. Matanya membelalak sempurna.

“Apa?!” ucapnya nyaris tidak percaya, "Papa jangan bercanda!"

"Papa tidak bercanda Ayu. Dia memang calon suami kamu."

Ayu menggelengkan kepalanya tidak percaya. "Papa nggak bisa seenaknya seperti ini! Aku tahu kalau aku harus segera menikah, tapi bukan dengan dia juga!" ucapnya sambil menatap Ashraf dengan tatapan tidak suka.

Galih menatap putrinya bingung. "Memangnya kenapa, Ayu? Apa yang salah dengan Ashraf? Ashraf pria baik, dewasa, dan bisa membimbing kamu. Dia juga memiliki pekerjaan yang bagus."

Ayu menggeleng. "Aku tetap tidak mau menikah dengan dia, Pa. Aku tahu siapa dia, dia bukan pria baik."

Galih mengangkat alisnya, "Kamu tahu siapa Ashraf? Apa kalian saling kenal?"

Ayu menelan salivanya dengan cepat mendengar pertanyaan dari papanya. Dia keceplosan! Ia segera menundukkan pandangan dan menggigit bibirnya cemas.

Ia bingung harus bagaimana, tidak mungkin jika ia mengatakan pada papanya jika Ashraf adalah seorang gigolo. Yang ada Galih akan curiga kepadanya.

Sementara itu, Ashraf hanya diam sambil menatap Ayu dengan tatapan yang sulit diartikan.

"Jawab Papa, Ayu! Apa kamu kenal dengan Ashraf? Kenapa kamu bisa bilang seperti itu tentang Ashraf?"

"Karena dia adalah gigolo, Pa!" teriak Ayu di dalam hati. Tapi nyatanya yang keluar dari mulutnya berbeda, "Enggak, Pa. Aku nggak kenal sama dia, tapi aku tahu kalau dia bukan pria baik."

"Maksud kamu apa? Kurang baik apa Ashraf? Perlu kamu tahu, Ayu, Ashraf adalah putra tunggal dari keluarga Zuhair. Dia itu adalah presiden direktur Zuhair Company."

Ayu membelalakkan matanya. Ia seketika menoleh pada Ashraf dengan tatapan tidak percaya.

"A-apa?!"

—oOo—

Ayu berjalan dengan langkah gontai. Ia seakan tidak percaya dengan apa yang baru saja ia ketahui. Bagaimana mungkin jika pria yang menghabiskan malam bersamanya waktu itu adalah seorang presiden direktur di perusahaan Zuhair Company?

Sekarang, Ayu bingung harus bagaimana menghadapi Ashraf. Ia sungguh takut jika sewaktu-waktu Ashraf mengatakan kejadian malam itu pada papanya. Apalagi melihat kedekatan Ashraf dengan papanya.

Ayu menghela napas panjang dan masuk ke dalam ruangannya. Ia menjatuhkan tubuhnya di kursi dengan lemas. Ia menyandarkan punggungnya di sandaran kursi dan menatap langit-langit ruangannya.

Tidak lama, pintu ruangan Ayu terbuka, terlihat Tania di sana. Sahabatnya itu mendekatinya dengan raut wajah heran.

"Kamu kenapa, Yu? Apa ada masalah besar?" tanya Tania khawatir ketika melihat wajah sahabatnya yang terlihat kacau.

Ayu menatap Tania sesaat dan mendesah lalu kembali menatap langit-langit, "Kamu nggak bakal percaya ...."

“Percaya soal apa? Coba cerita.”

Ayu menghela napas berat, “Papa manggil aku ke ruangannya hanya untuk mengenalkanku dengan calon suamiku. Laki-laki pilihan Papa yang akan menggantikan Rio."

Tania membelalak, “Yang bener, Yu?! Masa Om Galih udah cari pengganti Rio aja?"

"Nyatanya emang begitu. Papa udah cari pengganti Rio," jawab Ayu lemas.

Tania menggeleng tidak percaya. "Terus siapa pengganti Rio? Apa dia ganteng?" tanyanya.

"Kalau kamu denger siapa calon suami aku, aku yakin kamu nggak akan percaya.” ucap Ayu yang sama sekali tidak menjawab pertanyaan terakhir Tania.

"Emang siapa calon suami kamu?" tanya Tania penasaran.

Ayu menarik napas dalam dan mengembuskannya secara perlahan, "Adam Ashraf Zuhair, pewaris tunggal dari keluarga Zuhair."

Tania kembali membelalak sempurna, "Kok bisa?!”

"Iya. Ternyata Papaku sahabatan sama Papanya Ashraf."

Tania mengangguk mengerti. "Pantesan," gumamnya.

"Terus aku harus gimana dong, Tan? Masa iya aku harus nikah sama dia."

"Loh, emang apa salahnya? Dia jauh lebih segalanya dari si brengsek Rio," ucap Tania bingung.

"Kamu benar, Tan. Tapi masalahnya nggak segampang itu."

Tania semakin menatap Ayu dengan selidik,. "Sebenarnya ada apa sih, Yu? Kamu ada masalah sama Ashraf?"

Ayu menatap Tania. Ia menghela napas panjang dan pada akhirnya ia menceritakan kejadian malam di mana ia memergoki Rio dan berakhir dengan dirinya yang tidur dengan seorang gigolo yang tidak lain adalah Ashraf.

"Astaga, Ayu!" Tania sangat terkejut. Ia bahkan sampai menutup mulutnya saking terkejutnya.

"Makanya itu, Tan, aku ketar ketir. Gimana kalau nanti Ashraf tiba-tiba bilang kejadian itu sama Papa, bisa-bisa aku habis sama Papa. Itu juga bisa jadi bencana buat reputasi keluarga aku.”

Tania mengangguk pelan. Ia terdiam sejenak seolah sedang berpikir kemudian berkata dengan ragu, “Tapi, Yu. Kalau dia belum ngomong sampai sekarang, bisa jadi dia nggak niat buat nyebarin. Mungkin dia ... punya alasan lain.”

“Alasan lain?” ulang Ayu, menoleh.

Tania mengangguk lalu nyengir jahil, “Ya siapa tahu dia naksir kamu?”

“Gila kamu!” Ayu langsung memukul pelan lengan sahabatnya. "Itu nggak mungkin! Bahkan kita sama sekali nggak saling kenal. Aku sama dia pertama kali ketemu di klub malam itu."

"Di dunia ini nggak ada yang nggak mungkin, Yu. Mungkin aja Ashraf jatuh cinta sama kamu di pandangan pertama, makanya sampai sekarang dia diam dan nggak bilang kejadian itu sama Om Galih," ucap Tania mengatakan kemungkinan yang ada.

Ayu menghela napas. Ia memikirkan apa yang dikatakan Tania. Apa memang benar Ashraf suka padanya?

Namun, ia kembali menggeleng. "Itu nggak mungkin, Tania. Aku malah yakin kalau dia menyembunyikan kejadian malam itu karena dia mau balas dendam sama aku yang secara nggak langsung udah ngehina keturunan Zuhair dengan uang yang nggak seberapa di mata dia."

Tania menggelengkan kepalanya pelan, melihat sahabatnya yang overthinking. "Kamu terlalu overthinking. Yaudah, aku balik kerja dulu.”

Tania berjalan keluar dari ruangan Ayu. Sementara itu, Ayu kembali bersandar di kursinya. Kepalanya pening, pikirannya penuh.

Ia merasa seperti masuk ke dalam perangkap yang tak bisa ia hindari. Satu sisi, ia ingin menolak habis-habisan, tapi di sisi lain ia tahu Ashraf bukanlah pria sembarangan sehingga ia tidak bisa bergerak sembarangan..

“Kenapa harus dia, Tuhan?” gumam Ayu lirih.

Ponselnya tiba-tiba bergetar di atas meja. Sebuah pesan masuk dari nomor tak dikenal. Ayu segera mengambil ponselnya dan seketika tercekat ketika melihat pesan tersebut.

“Jangan terlalu panik, Ayu. Aku tidak berniat merusak mu. Kita bicara nanti.”

— A

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Dikhianati Tunangan, Dinikahi Sultan   Bab 135

    Langit sore di pinggiran Desa Danu merona lembayung.Nayra duduk di tepi danau, menatap pantulan dirinya di air.Satu matanya biru lembut seperti langit, satu lagi merah seperti bara.Ia sering bertanya-tanya kenapa ia berbeda.“Kenapa semua orang menatapku seolah aku kutukan?” bisiknya.Angin berhembus pelan, membawa suara samar, seolah ada seseorang yang menjawab dari kejauhan:> “Karena kau bukan dari dunia ini, Nayra.”Nayra menoleh cepat. Tapi tak ada siapa pun. Hanya gemericik air.---Sejak kecil, Nayra sering bermimpi.Dalam mimpinya, ia berjalan di dunia hitam putih, dengan dua sosok berdiri di kejauhan: seorang pria berjas hitam dan seorang wanita bergaun putih.Mereka memanggilnya dengan suara lembut namun penuh duka.> “Nayra… jangan biarkan cahaya padam.”Suatu malam, saat hujan deras mengguyur, Nayra terbangun dengan darah di telapak tangannya.Di dinding rumahnya, muncul simbol kuno bercahaya merah, simbol segel yang sama yang dulu digunakan untuk mengurung Bayangan Asa

  • Dikhianati Tunangan, Dinikahi Sultan   Bab 134

    Tiga tahun telah berlalu sejak ledakan cahaya yang menghancurkan Bayangan Asal.Dunia tampak damai, tapi Ashraf tahu — itu hanya di permukaan.Setiap malam, ia bermimpi melihat Rio berdiri di antara bayangan dan cahaya.> “Ayah… jangan berhenti. Belum semuanya berakhir.”Mimpi itu bukan sekadar mimpi.Ashraf mulai mendengar bisikan di dinding markas lamanya — suara Rio yang memanggil dari antara dua dimensi.Suatu malam, sistem keamanan markasnya mendeteksi anomali energi — gelombang yang identik dengan tanda vital Rio.Koordinatnya: Greenvale, kota kecil yang dulu menjadi laboratorium bawah tanah milik Arman.Ashraf tahu ia harus kembali ke sana, meskipun berarti membuka luka lama.---Saat Ashraf tiba di Greenvale, ia menemukan tempat itu terbengkalai.Tapi di ruang paling dalam, dinding penuh coretan simbol dan mantra kuno.Di tengah ruangan, berdiri sosok remaja dengan mata setengah merah, setengah biru.> “Kau siapa?”“Aku… Rio.”Ashraf hampir tak percaya. Ia memeluk anak itu, ta

  • Dikhianati Tunangan, Dinikahi Sultan   Bab 133

    Langit pecah menjadi dua: separuh merah hitam penuh bayangan, separuh lagi retakan cahaya yang rapuh. Seluruh dunia berhenti—waktu seolah membeku, hanya tersisa suara bisikan dari Bayangan Asal yang menggema di setiap hati manusia.> “Bersujudlah. Akhir sudah tiba.”Namun di tengah keheningan itu, hanya Rio dan Ayu yang berdiri di dimensi bayangan. Tubuh mereka menyala oleh cahaya dan bayangan yang bertabrakan.Arman berdiri di sisi Bayangan Asal, wajahnya dipenuhi kegilaan.> “Anakku… lihatlah. Kita adalah pewaris sejati. Dunia ini milik kita. Bergabunglah, atau musnah bersamaku.”Rio menggeleng pelan, memandang ibunya.“Aku tidak ingin dunia milik kita. Aku hanya ingin keluarga yang utuh… bukan kerajaan bayangan.”---Ashraf di dunia nyata menyaksikan tubuh Rio dan Ayu yang tergenggam dalam pusaran bayangan. Tentara internasional, pengikut Maya, bahkan Arya hanya bisa terpaku.Ashraf meraung, berusaha masuk ke dalam pusaran itu, tapi Arya menahannya.“Kalau kau masuk, kau akan hancu

  • Dikhianati Tunangan, Dinikahi Sultan   Bab 132

    Retakan di langit semakin meluas, memancarkan cahaya merah kehitaman. Dari celah itu, muncul lengan raksasa yang terbuat dari bayangan murni, menjulur ke bumi.Orang-orang di seluruh dunia panik. Gempa bumi, badai, dan kegilaan massal merebak. Semua orang tahu: ini bukan perang biasa, ini adalah akhir zaman.Ayu menggenggam Rio erat. “Apa itu…?”Arya terisak, wajahnya pucat. “Itulah… Bayangan Asal. Entitas yang bahkan Arman sendiri ingin bangkitkan.”Ashraf mengepalkan tinjunya. “Kalau begitu kita harus menghentikannya sebelum keluar sepenuhnya.”Rio menatap langit dengan sorot mata kosong. Ia tahu, entitas itu memanggilnya.---Arya akhirnya mengungkap rahasia terakhir: leluhur mereka dulu pernah menyegel Bayangan Asal menggunakan darah keluarga. Namun, Arman menemukan cara membalikkan segel itu—dengan mengorbankan pewaris darah, yaitu Rio sendiri.“Kalau segel terbuka penuh, dunia akan habis. Tapi…” Arya terdiam.“Tapi apa?” Ayu menuntut.Arya menunduk. “Hanya darah Rio juga yang bi

  • Dikhianati Tunangan, Dinikahi Sultan   Bab 131

    Sejak kebangkitan Rio, dunia mulai merasakan sesuatu yang aneh. Kota-kota besar dilanda kekacauan, orang-orang mengalami mimpi buruk massal, dan bayangan hitam muncul di tempat-tempat suci.Pemerintah rahasia internasional mulai memburu Rio, menandainya sebagai “Anomali Kelas Omega”. Bagi mereka, Rio bukan lagi manusia biasa—ia adalah ancaman global.Ashraf menyadari bahaya itu. “Kalau mereka berhasil menangkap Rio, mereka akan menjadikannya senjata. Dunia akan hancur.”Ayu hanya bisa menggenggam tangan anaknya erat-erat. “Tidak ada yang akan menyentuhmu, Nak. Kita akan melawan semua orang jika perlu.”---Rio mulai kehilangan kendali. Di malam hari, ia bangun dengan tangan berlumuran darah—meski ia tak ingat melakukan apa-apa. Bayangan Arman sering muncul di cermin, menertawakan setiap kegagalannya.“Aku bilang padamu,” suara itu bergema. “Semakin kau menolak, semakin aku tumbuh.”Rio meremukkan kaca cermin dengan tinjunya. “Diam! Aku bukan kau!”Namun jauh di lubuk hatinya, ia tahu—

  • Dikhianati Tunangan, Dinikahi Sultan   Bab 130

    Rio terbaring di ranjang darurat. Tubuhnya penuh lebam, darah kering menempel di wajahnya. Di sampingnya, Ayu terus menggenggam tangannya, sementara Ashraf berdiri dengan ekspresi keras, meski hatinya dilanda kekhawatiran.“Dia sudah tidak sama lagi,” kata Ashraf lirih. “Aku bisa merasakannya. Setiap kali dia bernapas… ada sesuatu yang bergetar di udara.”Ayu menoleh, matanya merah karena menangis. “Dia anak kita. Kita tidak boleh menyerah padanya.”Rio membuka mata. Pandangannya kosong, tapi suaranya berat. “Aku… aku masih aku. Tapi aku juga… sesuatu yang lain.”---Malam itu, Rio bermimpi. Ia berdiri di padang pasir hitam, langit merah darah. Dari kejauhan, Arman muncul, tubuhnya diselimuti bayangan.“Aku selalu bersamamu,” suara Arman bergema. “Kau tidak bisa menyingkirkan aku. Kau bisa melawanku, tapi kau hanya melawan dirimu sendiri.”Rio menjerit, mencoba meninju Arman, tapi tangannya menembus udara kosong. Bayangan itu hanya tertawa.Ketika Rio terbangun, matanya memerah. Di di

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status