Share

Bab 5. Kedatangan Ashraf

Penulis: Saraswati_5
last update Terakhir Diperbarui: 2025-05-09 13:21:14

"Kita bertemu lagi, Nona," ucap Ashraf sembari tersenyum pada Ayu, senyum penuh arti yang membuat bulu kuduk Ayu meremang seketika.

Ayu tidak menjawab, ia hanya menatap Ashraf sesaat dengan tatapan tidak suka. Setelah itu, ia memalingkan wajahnya ke arah lain.

Mendapat perlakuan cuek dari Ayu, Ashraf sama sekali tidak marah, ia malah tersenyum tipis dan masuk ke dalam lift, berdiri di sebelah Ayu. Sementara asistennya, berdiri satu langkah di belakang Ashraf.

Perlahan lift bergerak naik, Ayu merasakan ketegangan yang semakin menyesakkan. Jantungnya berdebar lebih cepat dari biasanya dengan keberadaan Ashraf. Meskipun ia berusaha tenang, tetapi tubuhnya tidak bisa berbohong. Keringat dingin mulai muncul di sekujur tubuhnya. "Sebenarnya untuk apa dia di sini? Jangan bilang dia mau bilang kejadian malam itu sama Papa," ucapnya di dalam hati dengan sorot mata tajam ke arah Ashraf.

Ashraf yang sedang menatap pantulan dirinya sendiri, tersenyum melihat tatapan yang Ayu berikan padanya. Ia kemudian tersenyum tipis dan berkata, "Jangan menatap saya seperti itu, Nona, saya takut Nona akan jatuh cinta pada saya."

Mendengar perkataan Ashraf, Ayu semakin melebarkan matanya. Sorot matanya semakin menunjukkan kemarahan di dalam dirinya. "Siapa juga yang liatin kamu, jangan terlalu percaya diri, ya!" elaknya yang kemudian memalingkan wajahnya ke arah lain.

Ashraf terkekeh pelan mendengar ucapan Ayu, padahal tadi sudah jelas jika Ayu sedang menatapnya. "Bukannya saya terlalu percaya diri, Nona. Tapi saya memang melihat Anda menatap saya sedari tadi."

Ayu berdecih dan terus menatap ke arah lain. Sampai akhirnya terdengar suara dentingan pintu lift yang terbuka, membuat Ayu menatap ke atas —lebih tepatnya menatap ke layar di mana terlihat mereka sudah berada di lantai berapa. Tanpa berpikir panjang, Ayu segera melangkah keluar, tanpa menatap sedikit pun ke arah Ashraf. Langkahnya cepat, seakan tidak berniat untuk menoleh.

Ashraf menatap punggung Ayu yang terus berjalan menjauh dari pintu lift. Tatapannya tajam dan dalam, seolah menyimpan suatu hal di dalamnya.

Pintu lift tertutup dengan bunyi pelan, dan Ayu berhenti sejenak, menoleh ke belakang, menatap pintu lift yang sudah tertutup sepenuhnya. Di balik pintu lift yang tertutup rapat itu, ia masih bertanya-tanya, untuk apa Ashraf ada di sini, di kantor papanya? Namun, pertanyaan itu hanya berlalu begitu saja. Ayu segera menggelengkan kepalanya, menenangkan dirinya dan melangkah menuju ruangannya, berusaha untuk tidak peduli dengan keberadaan Ashraf di kantor papanya.

—oOo—

"Pagi, Yu," sapa Tania saat Ayu hendak memasuki ruangannya.

Ayu menoleh, tersenyum pada sahabatnya. "Pagi," jawabnya.

"Gimana kabarnya? Dari kemarin nggak balas chat aku."

"Aku baik kok. Kemarin nggak balas chat dari kamu karna lagi males aja," jawab Ayu yang enggan mengatakan yang sebenarnya.

"Males? Kamu males balas chat aku?" tanya Tania tidak percaya.

Ayu segera menggelengkan kepalanya dengan cepat, tidak kalah cepat dengan gerakan tangannya di depan wajahnya. "Bukan, bukan gitu maksud aku, Tania."

"Terus?"

Ayu menghela napas pelan. "Aku lagi nggak mood megang ponsel."

Mendengar ucapan Ayu, Tania mengerutkan keningnya, merasa sangat aneh dengan sikap Ayu. Ayu yang biasanya tidak bisa lepas dari ponselnya dan tiba-tiba bilang jika ia sedang malas megang ponsel. Sungguh aneh bukan?

"Kamu bercanda 'kan?" ucap Tania dengan raut wajah tidak percaya.

Ayu menggeleng. "Enggak, aku nggak bercanda."

Tania tertawa pelan. "Jangan sembunyiin sesuatu dari aku, Yu. Bilang kamu ada masalah apa sampai-sampai kamu males megang ponsel."

"Aku nggak ada masalah apa-apa, Tan. Aku emang lagi nggak mood aja liat semua hal di ponsel," elak Ayu.

Tania terus menatap Ayu dengan tajam. "Kamu mau cerita atau aku bakalan telepon Rio, nyuruh dia ke sini buat bujuk kamu biar kamu mau jujur sama aku."

Mendengar nama Rio, Ayu mengepalkan kedua telapak tangannya dengan sangat erat. "Jangan sebut-sebut nama dia di depan aku, Tan," ucap Ayu, nada bicaranya mendadak berubah dingin bak badai salju.

Tania menatap Ayu dengan curiga. "Ada apa kamu sama dia? Kalian lagi ada masalah? Masalah apa?" tanyanya, "jangan bilang Rio udah nyakitin hati kamu," tebak Tania yang 99% benar adanya.

Ayu hanya diam, dan hal itu membuat Tania semakin geram. Ia kemudian menarik Ayu untuk masuk ke ruangan kerja gadis itu. Ia lalu menutup pintu ruangan itu dengan rapat-rapat. "Sekarang jawab aku. Apa yang sudah Rio lakuin sama kamu sampai kamu kayak gini?"

Ayu menghela napas panjang. "Rio selingkuh."

Dua kata yang keluar dari mulut Ayu membuat Tania melebarkan kedua bola matanya terkejut. "Apa? Kamu nggak bercanda 'kan, Yu?" tanya Tania, takut sudah salah dengar.

Ayu menggeleng. "Gimana ceritanya?" tuntut Tania, memaksa Ayu untuk bercerita.

Ayu kembali menghela napas panjang. Sesungguhnya ia sangat tidak ingin mengingat-ingat kembali kejadian itu, tetapi ia tidak bisa. Ia kemudian mulai menceritakan semua kejadian malam itu pada Tania.

Tania yang mendengar cerita Ayu, semakin geram. Ia mengepalkan kedua telapak tangannya sangat kuat, ingin sekali memberi pukulan pada Rio yang sudah menyakiti hati sahabatnya itu. "Emang bajingan si Rio. Awas aja kalau aku ketemu sama dia, aku bakal buat dia babak belur," geram Tania penuh emosi.

"Udahlah, Tan, itu kejadian udah berlalu. Lupain aja."

"Lupain? Nggak bisa gitu, Yu. Kamu harus balas perbuatan dia. Jangan biarin dia gitu aja, seneng-seneng sama selingkuhan dia, Yu!" tuturnya penuh menggebu-gebu, ingin memberi Rio hukuman.

Ayu menghela napas malas. "Aku nggak mau punya urusan sama dia lagi, Tan. Lagian Papa udah urus semuanya kok," jawabnya.

Tania menatap Ayu dan mengerjapkan matanya pelan. "Pala kamu?" tanyanya yang langsung diangguki oleh Ayu. "Terus, pertunangan kalian gimana? Kamu langsung batalin 'kan?"

Ayu mengangguk. "Iya, aku langsung batalin. Papa juga langsung mutusin segala hal yang berkaitan dengan keluarga Rio. Papa bilang, dia nggak mau berurusan lagi sama keluarga cowok nggak bener kayak Rio."

"Bagus deh kalo gitu," ucap Tania lega, "tapi bukan cuma itu aja yang buat kamu seperti ini 'kan? Aku tebak, pasti kamu ada masalah lain? Ayo cerita sama aku, apa yang udah buat sahabat aku ini lesu seperti ini, hm?"

"Aku nggak ada masalah apa-apa kok."

"Jangan bohong, Yu. Lagian percuma kalau kamu bohong sama aku, nanti bakal ketebak juga."

Ayu kembali menghela napas panjang. Berbicara dengan sahabatnya itu memang susah, karena kita tidak bisa membohongi cewek yang satu itu. Ayu menatap Tania dengan tatapan ragu, tetapi Tania tetap memaksa agar Ayu mau bercerita. Hingga akhirnya saat Ayu akan membuka mulutnya untuk mulai bercerita, tiba-tiba pintu ruangan Ayu diketuk dari arah luar.

Tok ... tok ... tok ...

Ayu dan Tania menoleh, menatap ke arah pintu. "Masuk!" perintah Ayu dan tidak lama pintu terbuka, memperlihatkan bawahan Ayu.

"Maaf mengganggu, Bu. Tadi saya bertemu dengan Pak Arjun, dia berpesan pada saya jika Anda diminta ke ruangan Pak Galih," tutur bawahan Ayu yang bernama Candra.

"Ke ruangan Papa? Ada apa?"

Candra menundukkan kepalanya sedikit. "Maaf, Bu, saya juga tidak tahu."

Ayu mengangguk. "Ya sudah, saya akan ke ruangan Papa. Terima kasih, Candra, kamu boleh bekerja lagi."

Candra mengangguk. Setelah itu, ia keluar dari ruangan Ayu dan kembali ke mejanya. Sementara Ayu, ia menatap Tania. "Tumben amat Om Galih manggil kamu, Yu? Ada masalah apa?" tanya Tania.

Ayu menggeleng. "Aku juga nggak tau. Aku harap nggak ada masalah."

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Dikhianati Tunangan, Dinikahi Sultan   Bab 5. Kedatangan Ashraf

    "Kita bertemu lagi, Nona," ucap Ashraf sembari tersenyum pada Ayu, senyum penuh arti yang membuat bulu kuduk Ayu meremang seketika. Ayu tidak menjawab, ia hanya menatap Ashraf sesaat dengan tatapan tidak suka. Setelah itu, ia memalingkan wajahnya ke arah lain. Mendapat perlakuan cuek dari Ayu, Ashraf sama sekali tidak marah, ia malah tersenyum tipis dan masuk ke dalam lift, berdiri di sebelah Ayu. Sementara asistennya, berdiri satu langkah di belakang Ashraf. Perlahan lift bergerak naik, Ayu merasakan ketegangan yang semakin menyesakkan. Jantungnya berdebar lebih cepat dari biasanya dengan keberadaan Ashraf. Meskipun ia berusaha tenang, tetapi tubuhnya tidak bisa berbohong. Keringat dingin mulai muncul di sekujur tubuhnya. "Sebenarnya untuk apa dia di sini? Jangan bilang dia mau bilang kejadian malam itu sama Papa," ucapnya di dalam hati dengan sorot mata tajam ke arah Ashraf. Ashraf yang sedang menatap pantulan dirinya sendiri, tersenyum melihat tatapan yang Ayu berikan padanya.

  • Dikhianati Tunangan, Dinikahi Sultan   Bab 4. Gangguan Dari Rio

    Beberapa hari kemudian, Ayu sudah mulai menjalani aktivitas seperti biasanya. Ia tidak ingin larut dalam kesedihannya terus menerus. Dan untuk kejadian malam itu Ayu akan lupakan, ia akan menganggap jika itu hanyalah angin lalu. "Pagi, Sayang," sapa Ratna —mama Ayu— dengan senyum lembut terukir di bibirnya. Ia sekarang sedang sarapan bersama suaminya. "Pagi, Ma, Pa," jawab Ayu sembari duduk di kursi, meja makan. "Mau sarapan pakai apa? Nasi goreng atau roti?" tanya Ratna ketika Ayu sedang meminum susu yang sudah ada di atas meja. Ayu mengusap mulutnya, membersihkan sisa susu yang mungkin tertinggal di sana. "Nggak usah, Ma. Aku sarapan nanti di kantor aja," tolak Ayu, "kalau begitu aku berangkat ya, Ma, Pa," lanjut Ayu sembari mencium pipi kedua orang tuanya, lalu pergi. Galih dan Ratna menatap kepergian putri mereka. Ada tatapan sedih di sorot mata Ratna saat melihat putrinya seperti itu. Setelah itu, ia mengalihkan tatapannya pada sang suami. "Pa, apa Papa udah putusin sem

  • Dikhianati Tunangan, Dinikahi Sultan   Bab 3. Kebodohan Ayu

    Ayu terdiam. Pikirannya kacau. Ia tidak ingin percaya dengan ucapan Ashraf. Namun, tubuhnya membuktikan semuanya dan membuatnya tidak bisa menyangkal. Ia kemudian mengusap wajahnya dengan kasar. “Dengar,” ucapnya pelan, namun tegas. Matanya menatap lurus ke arah Ashraf. “Aku tidak tahu siapa kamu sebenarnya, dan aku tidak peduli. Yang aku tahu, malam tadi adalah kesalahan. Aku ingin kamu … melupakan semuanya. Seolah-olah tidak pernah terjadi.”Ashraf menatap Ayu dalam, seolah ingin membaca lebih dari sekadar kata-kata yang baru saja keluar dari bibir Ayu. Namun, ia tidak berkata apa-apa.Tanpa menunggu balasan, Ayu menunduk, mengambil pakaian yang berserakan di lantai satu per satu. Gerakannya cepat namun tetap menjaga selimut menempel di tubuhnya. Begitu semua pakaian terkumpul di pelukannya, ia berjalan menuju kamar mandi. Namun, sebelum ia menutup pintu, ia berbalik sejenak, membuka dompet kecil dari dalam tasnya yang tergeletak di meja, lalu menarik beberapa lembar uang.“Ini,” k

  • Dikhianati Tunangan, Dinikahi Sultan   Bab 2. Pagi Yang Mengejutkan

    Ayu menoleh dan mendongakkan wajahnya menatap pria yang ada di sampingnya. Pria yang sudah dengan seenaknya memeluk pinggangnya. Dengan mata yang menunjukkan keteguhan, Ayu menatap pria di sampingnya yang berbalut jas hitam. Jas itu tampak sempurna melingkupi tubuh kekar pria itu, mempertegas setiap garis dan lekuk ototnya yang terlatih. Pria tersebut membalas tatapan Ayu dengan sorot mata yang tajam dan gelap, seolah-olah ada lautan misteri yang tersembunyi di baliknya.Atmosfer di sekitar mereka menjadi tegang, namun penuh dengan magnetis yang aneh, menarik Ayu semakin dalam ke dalam aura pria tersebut. "Kamu siapa?" tanya Ayu dengan wajahnya yang memerah akibat pengaruh alkohol. Pria tua yang mendengar pertanyaan dari Ayu tertawa sinis. "Anda mengklaim dia wanita Anda, tapi dia tidak mengenal Anda, Tuan," ucap pria tua itu. Pria di samping Ayu menatap pria tua di hadapannya dengan tajam. "Perlu bukti jika dia milik saya, hm? Baik, akan saya buktikan," ucap pria itu yang tanpa ab

  • Dikhianati Tunangan, Dinikahi Sultan   Bab 1. Kesalahan Satu Malam

    Ayu membuka kedua bola matanya saat sinar mentari pagi yang masuk melalui celah gorden mengenai matanya. Namun, belum sampai ia membuka penuh matanya, ia merasakan kepalanya terasa sakit dan sangat berat. Ia lalu memegang kepalanya mencoba mengurangi rasa sakit di kepalanya tetapi sama saja, tindakannya itu tidak mengurangi rasa sakit yang mendera kepalanya. Ayu memaksakan diri untuk terus membuka kedua matanya. Ia mengernyit dan memandang langit-langit kamar yang terlihat sangat asing. Ini bukan kamarnya,lalu ini kamar siapa? Ayu menatap ke sekeliling dan jantungnya seakan berhenti berdetak saat mendapati sesosok pria tampan bertelanjang dada terbaring di sebelahnya. Detik berikutnya, ia menatap ke arah tubuhnya, seketika Ayu melebarkan kedua bola matanya saat menyadari penampilan dirinya yang tidak jauh beda dari pria di sebelahnya bahkan banyak tanda merah di seluruh tubuhnya. Ayu seketika bangkit duduk sambil menutup tubuhnya dengan selimut. Jantungnya berdebar kencan

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status