Home / Rumah Tangga / Dikira Babu Ternyata Ratu / 1. Tamu Tak Ada Akhlak

Share

Dikira Babu Ternyata Ratu
Dikira Babu Ternyata Ratu
Author: NingrumAza

1. Tamu Tak Ada Akhlak

Author: NingrumAza
last update Last Updated: 2024-03-20 14:15:50

"Maaf, cari siapa ya?"

"Pak Zein ada?"

"Pak Zein lagi di sekolah anaknya. Lagi ada acara."

Wanita yang masih berada di luar pagar dengan rambut lurus sebahu itu hanya menganggukkan kepalanya. Sejurus kemudian, dia melangkah menerobos pagar yang sedikit terbuka tanpa permisi terlebih dahulu padaku.

Benar-benar tidak sopan. Rasanya tak sepadan dengan penampilannya yang terlihat berpendidikan.

Kondisiku yang lemah akibat kehamilan kedua ini membuatku tak bisa bergerak dengan gesit. Bahkan untuk sekedar mengeraskan suara guna mencegahnya saja aku tak bisa.

Itulah sebabnya mengapa Mas Zein yang menemani Naura di acara kontes nyanyi di sekolahnya.

Jika bukan karena penasaran oleh bel yang terus dibunyikan olehnya, aku tidak akan membukakan pagar dan melihat siapa yang berada di luar.

Dengan langkah tertatih aku mengikuti wanita yang belum kuketahui namanya itu setelah kembali menutup pagar.

"Cepetan dong jalannya! Lelet banget, sih!" sentak wanita itu yang sukses membuatku membelalakkan mata.

Apa dia waras? Kenapa tiba-tiba dia menyentakku begitu?

"Hei ...!" Dia kembali berseru memanggilku yang masih diam mencerna semuanya.

Aku terkesiap.

Namun, tak lantas mendekat padanya. Melainkan berjalan menuju galon di ruang tamu ini. Aku perlu menambahkan cairan sebagai penambah energi, setidaknya untuk menanggapi manusia yang aneh ini.

"Eh, kok malah minum. Sini kamu!" Kembali dia mengeluarkan suaranya. Kali ini disertai lengkingan yang memekikkan.

Kenapa sih dia? Benar-benar aneh.

"Maaf, kamu ini siapa ya? Kenapa teriak marah-marah gak jelas di sini?" ucapku lembut setelah berhasil menghabiskan air putih satu gelas.

Aku masih berdiri di dekat galon sementara dia sudah berada di area sofa bersiap untuk duduk. Jarak kami mungkin sekitar 8 meter, sebab rumah ini memang terbilang luas dan besar, terkhusus di area ruang tamu dan kamar-kamarnya.

"Saya ini sekretaris Pak Zein di kantor!" sahutnya.

Owh, jadi dia sekretisnya Mas Zein. Pasti baru masuk beberapa hari menggantikan Santi yang resign karena melahirkan. Oleh sebab itu dia tak mengenaliku.

"Eh, malah bengong lagi! Sini cepat!" Perintahnya. " Asal kamu tahu ya. Saya ini orang kepercayaannya Pak Zein, jadi jangan mentang-mentang gak ada majikan kamu bisa kerja lelet seenaknya ya!" sambungnya terus mengomel.

"Majikan?" ucapku heran.

"Iya! Saya akan laporkan semua kelakuan kamu ini sama pak Zein biar kamu di pecat!"

"Kenapa saya di pecat?" Aku masih belum mengerti, berulang kali mengerutkan kening untuk menemukan jawaban atas apa yang terjadi pada wanita cantik berpakaian rapih ini.

"Jelas karena kamu kerjanya lelet dan gak bener. Ada tamu bukannya diladenin, dibikinin minum, ini malah kamu yang minum duluan. Dasar gak sopan, udik, orang kampung."

Aku menunjuk diri sendiri dengan raut shok mendengar kata-kata kasar yang wanita itu berikan padaku.

"Kenapa Anda mengatai saya seperti itu? Memangnya Anda siapa tiba-tiba memerintah saya dan menghina saya," kataku tegas.

Rasa lemah yang beberapa hari melanda, seketika sirna mendengar omongan menohok dari orang yang sama sekali tidak aku ketahui namanya itu.

"Sudah saya katakan, saya ini orang kepercayaannya Pak Zein di kantor. Dan sudah menjadi tugas saya menegur para babu macam kamu jika bekerja tidak profesional!"

Hah! Jadi, dia sejak tadi menganggap aku sebagai babu di sini? Pantas dia belagak.

Tapi, apa yang membuat dia mengira aku ini ART ya?

Kutelisik penampilanku dari ujung kaki hingga pakaian dan kerudung yang kukenakan.

Semua biasa saja menurutku. Memakai daster panjang dengan penutup kepala sederhana adalah kebiasaanku sehari-hari kalau di rumah.

Ah, aku baru ingat. Ternyata aku belum mandi dari kemarin. Pantas saja dia menganggap ku begitu, pasti karena aku kumel dan bau.

Maklum, bawaan debay jadi malas mandi dan ngapa-ngapain.

"Tapi, kamu gak boleh gitu dong mengatai orang sembarangan. Kita bahkan gak saling kenal, loh," ujarku.

"Halah! Kita tidak perlu berkenalan. Gak level saya kenalan sama babu!"

Aku ingin menimpali, tapi dia keburu buka suara lebih dulu. "Hei! Kamu pakai sendal di rumah? Belagu bener ... Sudah kaya nyonya saja! Itu kamu pasti pakai sendal majikan kamu 'kan?! Benar-benar tidak punya sopan santun!"

Lalu dia mengambil sesuatu dalam tasnya.

Tak lama, dia mengeluarkan benda pipih warna hitam, mengotak atik sebentar, lalu mengarahkannya padaku.

Tunggu, apa dia ingin memotretku? Tapi untuk apa?

Kakiku mulai lemas terlalu lama berdiri. Aku berniat duduk pada kursi tunggal yang berada di dekat meja tempat galon, beberapa gelas dan pot bunga.

Belum sampai bokongku mendarat sempurna di kursi, wanita itu kembali berteriak, membuatku kembali berdiri tegak. "Siapa yang suruh kamu duduk di situ?!"

Cekrek!

Samar, aku mendengar bunyi seperti suara jepretan kamera.

"Awas kamu ya! Saya sudah mendapatkan bukti kekurang ajaran kamu ini. Siap-siap saja, kamu pasti akan hengkang dari rumah ini," ucapnya sambil mengangkat hendphone di tangannya.

"Mau kamu apa sih, Mba, sebenernya. Mau apa kamu datang ke sini!" Hilang sudah kesabaranku kali ini.

"Masih nanya? Kamu harus kebelakang bikinin minuman buat saya. Saya ini tamu penting!"

"Tamu pentingnya siapa? Mas Zein lagi pergi. Ngapain kamu masih di sini."

"Kamu tidak perlu tahu kepentingan saya ke sini. Jangan lupa, kamu itu cuma babu. Jadi jangan ikut campur urusan majikan. Ngerti!"

Aku mendengus kesal, kembali mendaratkan bokong di kursi dengan tergesa.

"Eh, lancang kamu ya!" Dia kali ini mendekat padaku. Berdiri dan menonyor kepalaku dengan jari telunjuknya. "Kalaupun mau duduk, kamu harusnya duduk di dapur sono!"

"Astaghfirullah ...!"

"Kenapa?" Dia melotot padaku sambil berkacak pinggang.

Lama-lama ngeselin juga ni orang. Dapet dari mana sih Mas Zein orang model gini. Sombongnya minta ampun.

"Punya masalah apa kamu sama saya? Kenapa kasar sekali!" sentakku.

"Cepat ke belakang bikinin saya minum!" perintahnya.

"Owh, jadi Mba cuma mau minum?"

"Harusnya gak usah ditanya. Kalau ada tamu langsung bikinin minum."

"Lah, kamu kan bukan tamu saya."

"Tapi, saya ini tamu majikan kamu. Itu artinya, kamu juga harus melayani saya."

"Majikan siapa sih?!" ucapku sedikit ngegas.

"Gak usah sok bl0'0n deh. Asal kamu tahu juga, ya. Dalam waktu dekat, saya akan menjadi nyonya di rumah ini," ujarnya jumawa.

"Mim--" ucapanku terpotong karena mendengar salam dari luar.

"Assalamualaikum ...." Mas Zein dan Naura ternyata yang datang.

"Wa'alaikumsalam ...," sahutku sambil melirik wanita itu. Dia merapikan rambut dan bajunya.

"Bunda ...." Naura berteriak dan berlari seraya merentangkan tangannya bersiap memelukku.

Kusambut pelukan anak sulung ku dengan sayang. Kembali melirik wanita yang masih berdiri mematung di sampingku. Kini dia berubah menjadi mode diam.

"Halo, Sayang. Gimana, sudah enakkan badannya?" Mas Zein pun ikut menyapaku dengan lembut.

Sekali lagi, aku melihat wanita itu. Kini wajahnya kaku, pucat pasi sudah seperti mayat hidup.

Ingin aku menyeringai jahat di depannya. Si4lnya, hatiku terlalu lembut jika melakukan hal-hal jahat.

"Sudah mendingan, Mas," jawabku. Meraih punggung suami tampanku lalu menciumnya dengan ta'zim.

"Syukurlah, jangan capek-capek ya, biar si Utun dan kamu sehat selalu." Suamiku mengelus lembut kepalaku dengan sayang.

Aku tersenyum lembut. Lagi-lagi, aku memutar netra pada wanita itu. Dia melebarkan mata dengan mulut yang sedikit terbuka.

Kuberikan tatapan tajam padanya seolah berkata, 'Setelah ini, akan aku tunjukkan padamu, siapa ratu siapa babu sebenarnya!'

___

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Dikira Babu Ternyata Ratu    48. Baby Ivana Keysha (Ending)

    "Ya sudah kalau Mas Zein keberatan. Aku akan memberikan bayi itu pada panti asuhan saja. Tapi, aku boleh mengunjunginya setiap waktu 'kan Mas?"Melihat wajah datar dan dingin suaminya, Salsa pada akhirnya memutuskan untuk mengaihkan pengasuhan bayi itu pada sebuah panti. Meski begitu ia akan tetap memantau perkembangan bayi itu. Ia tak ingin egois. Berusaha memaklumi jika suaminya berat menerima bayi wanita yang secara terang-terangan menghancurkan impiannya mempunyai banyak anak.Ya, rencana Zein mempunyai 5 atau 6 anak dari Salsa harus kandas karena ulah mereka yang membenci Zein. Dan melalui Misyka semua kebahagiaan yang dirasakan Zein dengan keluarga kecilnya menjadi porak-poranda."Sebaiknya kita istirahat saja dulu, Sayang. Mungkin suami kamu masih capek. Kamu juga sepertinya kelelahan, lihat matamu sudah seperti mata panda saja." Mama Rita mencoba mencairkan suasana. Sebagai orang yang paling tua dia lebih bijak.Mama Rita dapat melihat sebuah keinginan besar di dalam diri Sal

  • Dikira Babu Ternyata Ratu    47. Izin Merawat Bayi Misyka

    "Tidak ...!!!"Tepat ketika Danu menekan pelatuk senjatanya, Risa berlari kencang memasang badan di depan Zein sehingga mau tidak mau timah panas itu menancap pada perutnya."Risaaa ...." Tangan Danu gemetar, senjatanya jatuh begitu saja saat mendapati kenyataan bahwa pelurunya justru mengenai anak kandungnya sendiri."Tidak. Tidak, tidak mungkin." Danu terus bergumam sembari matanya nanar memandang telapak tangan yang selalu mengasihi dan membelai anaknya, justru kini tangan itulah yang melukai buah hati tercintanya.Darah berceceran pada lantai keramik putih di mana kini Risa terkapar dalam pangkuan Zein dengan nafas tersengal."Zein. Maafkan ayahku," ucap Risa lemah.Satu tangannya memegangi luka dan satunya lagi menggapai-gapai wajah Zein."Bertahanlah, Ris. Bantuan akan segera datang." Zein berusaha menguatkan sembari menggenggam erat tangan Risa."Tidak Zein. Aku tidak kuat. Tapi, aku sudah cukup bahagia jika harus pergi dalam keadaan berada di pangkuanmu. Maafkan Aku yang tidak

  • Dikira Babu Ternyata Ratu    47. Danu sang Dalangnya

    Di sisi lain, Zein saat ini tengah beradu kekuatan dengan beberapa anak buah yang berjaga di bangunan penyekapan Mama Rita.Dibantu oleh Bima, Santos dan anak buahnya, Zein berhasil menerobos masuk ruangan itu.Begitu pintu terbuka lebar, Zein dapat melihat dengan jelas mamanya kini tengah terikat pada kursi dengan mulut tersumpal lakban. Di sampingnya berdiri seorang pria yang begitu dia kenal memegang senjata api tengah menyeringai padanya."Selamat datang, Zein Mahardika yang terhormat. Apa kabar? Saya tidak menyangka loh Anda bisa sampai di sini," ucap Danu congkak."Katakan, apa maumu? brengsek!" sergah Zein."Ini yang aku tunggu. Kamu ingin tahu apa mauku? Baiklah akan ku beritahu."Zain hanya memberi tatapan menghunus. Dia ingin segera tahu apa maksud semua rencana ini. Apa tujuan dari rekan bisnisnya ingin menghancurkan dirinya beserta keluarganya."Tanda tangani kertas ini sekarang," perintah Danu sambil menyodorkan map hijau di tangannya."Apa itu?" tanya Zain.Danu melirik

  • Dikira Babu Ternyata Ratu    46. Misyka Meninggal

    Salsa tak ingin peduli dengan apapun yang terjadi pada Misyka yang kini sudah dibawa ke rumah sakit oleh pihak hotel setempat. Tetapi bayangan bayi dalam perut perempuan itu terbayang-bayang dalam benak Salsa.Jika terjadi apa-apa dengan Misyka, bagaimana dengan nasib bayi itu. Bunda dari Naura itu berjalan bolak-balik tak tenang dalam kamarnya.Waktu sudah larut, Naura sudah tertidur lelap, tapi Zein belum juga pulang. Bukannya mengkhawatirkan Zain yang belum ada kabar, Salsa justru mengkhawatirkan keadaan Misyka dan bayinya. Hatinya merasa bersalah karena dialah yang menyebabkan semua itu terjadi.Tak bisa tenang, akhirnya Salsa memutuskan untuk menyusul Misyka ke rumah sakit. Dia meminta bantuan pada anak buah Santos untuk menjaga Naura. Beruntung salah satu dari orang kepercayaan Santos itu ada yang seorang wanita, sehingga Salsa mengizinkan penjaga wanita itu untuk masuk ke dalam kamar di mana Naura tengah tidur lelap.Diantar oleh anak buah Santos yang satunya lagi, Salsa menuj

  • Dikira Babu Ternyata Ratu    45. Tragedi

    Pov authorMalam harinya Bu Clara memutuskan untuk bersedia bertemu dengan Salsa, setelah beberapa waktu lalu dirinya melihat foto suaminya dengan perempuan bergandeng mesra di sebuah minimarket, yang dikirim oleh Salsa.Derap langkah high heels istri dari pengacara Aldo itu menggema di lobby hotel tempat Salsa menginap, lalu menghubungi Salsa."Saya sudah di lobby Anda di mana?" ucapnya melalui ponsel."Baik, tunggu sebentar. Saya segera turun," sahut Salsa.Bergegas Ibu dari Naura itu memakai hijab instannya. Sebelumnya iya meyakinkan Naura terlebih dahulu untuk tetap di kamarnya selama ia belum kembali. Naura pun mengiyakan. di samping karena memang dia sudah mengantuk.Agar lebih aman Salsa mengunci kamar hotelnya dari luar. Lalu berjalan menemui Clara di bawah, tak lupa masker penutup wajahnya ia kenakan."Halo, Bu Clara." Salsa langsung menyapa saat melihat wanita persis seperti di foto profil nomor yang baru saja menghubunginya.Wanita yang lebih tua dari Salsa itu memicingkan

  • Dikira Babu Ternyata Ratu    44. Bertemu Misyka

    Usai pelepasan, aku masih menempel pada dada bidang suamiku sebagai sandaran. Dan Mas Zein mengelus kepalaku dengan sayang."Mas," panggilku."Hmmm," sahutnya."Bagaimana keadaan Mama Rita sekarang? Semalam mama menemui beberapa orang yang membuat keributan, dan setelah itu aku tidak tahu apa yang terjadi. Aku membawa Naura pergi dan meninggalkan mama begitu saja." Aku mengencangkan pelukan pada Mas Zein sekedar menghilangkan rasa bersalah yang menghinggapi."Mas sedang berusaha mencari tahu, Sayang. Tenanglah, berdoa saja semoga Mama tidak kenapa-kenapa.""Kita lapor polisi saja Mas, supaya mama segera ditemukan.""Tidak semudah itu, Sayang. Kita harus menunggu 24 jam terlebih dahulu baru laporannya akan diterima. Bima dan orang-orangnya sudah mengetahui di mana Mama berada. Tinggal menunggu waktu yang tepat, Mas akan menjemput mama. Kamu tenang dan jangan banyak pikiran, ya.""Benarkah? Alhamdulillah kalau begitu. Memangnya apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa mereka membawa mama?"Ak

  • Dikira Babu Ternyata Ratu    43. Memadu Kasih

    Setelah panggilan terputus, aku mulai sedikit menata barang-barang yang berantakan di kamar. Menumpuk baju-baju yang keluar dari lemari dengan asal di keranjang, dan juga mengumpulkan beberapa barang lainnya yang juga berserakan di lantai. Semua aku jadikan satu dalam sebuah wadah kotak yang aku ambil dari gudang. Biarlah nanti setelah keadaan membaik aku suruh orang untuk merapikan lagi semua ini.Tak berselang lama decitan mobil terdengar di halaman rumah. Pasti itu suara mobil Mas Zein yang terburu-buru."Sayang ... Bunda, Naura, kalian di mana?"Benar saja itu suara Mas Zein yang berteriak memanggil namaku dan Naura."Ayah ..." sahut Naura tak kalah kencang.Sejurus kemudian derap langkah seperti berlari terdengar menuju kamar di mana aku dan Naura berada. Pintu yang sedikit terbuka memudahkan Mas Zain menerobos masuk."Salsa, Naura! Alhamdulillah ya Allah ..." Mas Zain berseru gembira ketika mendapatiku dan Naura dalam keadaan baik-baik saja.Dia berlari merengkuhku dan Naura sec

  • Dikira Babu Ternyata Ratu    42. Salsa Selamat

    POV SalsaAku baru saja selesai melaksanakan sholat isya ketika suara keributan terdengar dari luar. Entah kenapa perasaanku mengatakan ini tidak baik-baik saja.Gegas aku keluar kamar untuk mencari Naura dan mama."Ma ...!" panggilku.Mama Rita langsung muncul dari dari kamarnya. Tak berbeda denganku, wajah mama juga terlihat panik."Salsa," sahut Mama. "Suara gaduh Apa itu, ya, Sal?" sambungnya."Salsa nggak tahu, Ma. Tapi perasaan Salsa gak enak. Naura di mana?""Naura di kamarnya sama Rini. Kamu pergilah ke kamar Naura. Biar mama yang lihat suara gaduh itu di luar."Aku pun mengangguk patuh, lalu kita sama-sama berjalan ke arah yang berlawanan.Tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu, aku langsung menerobos masuk ke kamar Naura."Bu Salsa! Ibu sudah sembuh?" Rini terlihat kaget ketika melihatku.Sementara Naura, Dia terlihat sudah memejamkan matanya."Nanti saya jelaskan. Sekarang kamu keluar bantu Mama Rita. Saya akan menjaga Naura di sini," perintahku memaksa."Memangnya ada apa, B

  • Dikira Babu Ternyata Ratu    41. Terkecoh

    Aku mendekat pada pintu untuk sedikit menghilangkan penasaran.Samar-samar aku seperti mendengar suara Santos berbicara."Silakan masuk kalau kalian ingin berurusan dengan polisi karena membuat gaduh di rumah orang."Polisi? Jadi Santos bawa-bawa nama aparat? Pantas mereka tak berkutik.Baiklah. Aku juga harus bisa melakukan sesuatu.Sejurus kemudian aku memutuskan untuk keluar. Pasti semua ini sudah terencana. Menarik napas panjang, sebelum akhirnya aku membuka pintu perlahan.Saat aku muncul, semua mata beralih tertuju padaku."Nah! Itu dia orangnya. Ayo kita seret saja dia. Bisa-bisa penduduk sini terkena sialnya kalau tetap dibiarkan!" Salah satu dari mereka berseru padaku."Memangnya apa yang sudah saya perbuat?" ucapku santai."Halah! Tidak usah berkelit kamu! Kita semua tahu kalau ternyata kamu itu bukan suami perempuan itu. Hampir setiap hari kamu datang ke sini. Apa lagi kalau bukan untuk berbuat mesum. Pasti wanita itu sedang hamil anak haram kamu 'kan?!" sentaknya lagi.Ka

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status