Share

Bab 2 - Kebohongan

Author: AliceLin
last update Huling Na-update: 2024-07-16 19:54:51

“Dasar jalang! Apa yang sudah kamu lakukan semalaman di luar sana, hah!?”

Anya terhenyak. Air matanya yang berusaha ditahannya pun mengalir perlahan. Meskipun ia memahami kemarahan suaminya, hatinya tetap saja sakit mendengar makian kasar itu. Anya tahu Edwin memiliki alasan untuk melakukannya, meskipun hal itu tidak bisa dibenarkan.

“Edwin, aku bisa jelaskan. Tolong dengarkan aku─”

Anya masih berusaha menjelaskan perihal keadaan yang menimpanya saat ini. Namun, lagi-lagi suaminya menyela, “Apa lagi yang perlu dijelaskan, Anya? Apa kamu pikir aku buta?”

Suara Edwin semakin meninggi. Ia berteriak di depan wajah Anya, membuat wanita itu berjengit.

Edwin menarik kerah gaun Anya dengan kuat sehingga robekannya semakin panjang.

“Ed–” Suara Anya tercekat. Air matanya meluncur semakin deras.

“Lihatlah dirimu! Seperti pelacur saja.”

Deg!

Anya meremas gaunnya dengan kuat, mencoba untuk menahan diri untuk tidak membalasnya dengan amarah yang sama.

"Edwin! Apa yang kamu lakukan pada Anya?" Tiba-tiba seorang wanita berdiri di antara Anya dan suaminya, sebelum kemudian berbalik dan memeluk Anya dengan wajah prihatin.

Wanita itu, Thalia Vale, adalah teman masa kecil Edwin yang belakangan sering mengunjungi kediaman Stein setelah kembali dari luar negeri.

"Kamu baik-baik saja, Anya?" tanya Thalia dengan suaranya yang lembut.

Anya mengangguk singkat.

"Edwin, istrimu baru pulang setelah semalam hilang," ucap Thalia pada sahabatnya. "Setidaknya beri istrimu kesempatan untuk menjelaskan dulu."

Tanpa menunggu respons Edwin terlebih dahulu, Anya berkata, "Edwin, ini tidak seperti yang kamu pikirkan." Wanita itu menatap sang suami dengan sedih. "Semalam aku sudah menunggumu di kamar. Tapi, tiba-tiba ada laki-laki asing yang masuk ke kamar kita. Aku tidak tahu bagaimana dia bisa masuk, tapi dia─”

“Ck, omong kosong!” Edwin memotong ucapannya dengan kasar. “Aku muak dengan semua alasanmu. Kamu pikir aku bodoh? Kamu pikir aku akan percaya?”

“Tapi itu benar-benar terjadi, Ed. Aku─”

"Sudahlah!" Edwin mengibaskan tangannya, menghentikan ucapan Anya sekali lagii. "Aku sudah tidak bisa memaklumimu lagi. Kamu hanya mempermalukan nama baik Stein, Anya."

Pria itu menatap Anya dengan tatapan penuh kebencian. "Mulai hari ini, aku tidak mau melihat wanita kotor sepertimu di sini lagi!"

Mata Anya membelalak. "Ma-maksud--"

"Ya. Angkat kakimu dari sini, Anya," kata Edwin dengan gusar. Pria itu menghela napas kasar. "Ck, sudah seharusnya aku tidak menikah dengan gelandangan sepertimu."

"Edwin, jangan mengatakan itu!" Thalia menegur. Penampilan wanita cantik dan terawat itu sangat kontras dengan Anya.

"Memang benar, Tha. Kalau bukan karena permintaan ayahku dan rasa kasihan, aku tidak sudi menjadikan gelandangan ini sebagai istriku," ucap Edwin. "Seharusnya ia berterima kasih karena bisa menumpang dengan nyaman di sini, tapi wanita kurang ajar ini justru berselingkuh dengan pria lain!"

Ucapan sang suami kembali menorehkan luka di hati Anya. Namun, wanita itu juga merasa bingung.

Anya diberi tahu bahwa dirinya menjadi yatim piatu tanpa sanak saudara karena kecelakaan yang sempat membuat Anya koma dan hilang ingatan. Kecelakaan itu juga telah menewaskan orang tua wanita tersebut. Seperti itulah yang dikatakan keluarga Stein padanya ketika ia siuman pasca kecelakaan tersebut.

Oleh sebab itu, Anya menerima keputusan ayah Edwin untuk mempercepat penikahan dan karena itu, ia menggantungkan hidupnya kepada Edwin selama ini.

Ia memercayai Edwin dan keluarga Stein sepenuh hatinya karena hanya mereka yang ia miliki.

Namun, apa maksud Edwin dengan gelandangan ....?

"Apa maksudmu?" tanya Anya kemudian. Suara masih bergetar, tapi nada suaranya terdengar bingung. "Bukankah memang kita sudah bertunangan sejak awal?"

Edwin menatap Anya dengan ekspresi seakan-akan Anya adalah orang paling bodoh di dunia.

"Kamu masih memercayai itu setelah merasakan sendiri bagaimana pernikahan kita selama tiga tahun ini?" tanya pria itu balik. "Dasar bodoh."

"Tidak," gumam Anya, menolak percaya. "Tidak mungkin...."

Jadi ... selama ini mereka menipunya?

Apakah sebenarnya Anya tidak yatim piatu? Dan dia bukan tunangan Edwin?

Apa yang sebenarnya terjadi sebelum Anya hilang ingatan dan--

--sebenarnya siapa Anya?

"Kalian membohongiku!?" Anya melangkah mendekati Edwin, lalu mencengkeram lengannya. "Selama tiga tahun ... kalian--"

"Lepas!" Edwin menyentakkan tangan Anya dari lengannya dengan kuat. Dorongan kasar itu membuat kaki Anya tidak dapat berpijak dengan baik hingga wanita itu jatuh membentur meja, membuat darah langsung mengalir deras dari kepalanya. "Bukan salahku. Ayahkulah yang membohongimu di awal. Kalau kamu mau minta pertanggungjawaban, minta saja pada mendiang ayahku!"

Usai mengatakan itu, Edwin bergegas pergi, tidak peduli sedikit pun melihat kondisi Anya itu.

Para pelayan yang melihat kejadian itu juga hanya berdiri dengan tatapan sinis, beberapa bahkan tampak tidak menghiraukan kondisi Anya.

Sementara Thalia ... apakah Anya salah lihat? Kenapa wanita itu justru tersenyum melihat kondisinya, sebelum kemudian berbalik mengikuti Edwin?

Dengan ini, Anya tidak memiliki alasan lagi untuk terus berada di tempat itu.

Dengan tubuh gemetar, Anya mencoba bangkit dari lantai. Akan tetapi, kepalanya terasa pusing dan membuatnya kembali terduduk. Ia menyentuh pelipisnya yang terluka dengan pelan.

Tiba-tiba rasa sakit menyerang hebat di dalam kepalanya. Ia mencoba melawan rasa sakit itu, tetapi sekelebat ingatan tiba-tiba menyeruak di dalam benaknya.

"Mau sampai kapan kamu mengikutiku? Berhentilah berbuat ulah!"

Suara bentakan yang tegas memenuhi ruang di dalam kepalanya. Suara itu sangat tidak asing, tetapi Anya tidak dapat mengingat siapa pemilik suara yang membuatnya tiba-tiba merasa sangat merindukannya.

Bayangan samar yang terbentuk di dalam benaknya juga terus menarik dirinya seperti magnet dan terus berputar secara tidak beraturan.

Kepalanya berdenyut semakin hebat. Kilasan ingatan kabur lainnya kembali menekan kesadaran Anya.

'Aku bukan orang yang pantas untukmu. Lupakanlah aku, Alicia. Dengan statusmu itu, kamu bisa mendapatkan pria yang lebih baik!'

Anya terkesiap. ‘Alicia?’ gumamnya di dalam hati.

Nama familiar itu membuat kening Anya mengernyit. Jantungnya mendadak berpacu dengan cepat seolah mengatakan jika nama itu memiliki kaitan yang sangat erat dengannya.

Tubuhnya bergetar hebat ketika Anya mencoba mengumpulkan potongan-potongan ingatan aneh itu di dalam kepalanya.

"Siapa orang itu? Kenapa … dia memanggilku Alicia?" batin Anya seraya memejamkan netranya dengan erat. Rasa sakit di dalam kepalanya semakin menyiksa saat ia memaksakan dirinya. "Sebenarnya siapa aku?"

AliceLin

Hayoo apa ada yg mengenal Alicia? ehehhee

| 10
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Mga Comments (3)
goodnovel comment avatar
Popy Try
q jd kepikiran alicia adik regis
goodnovel comment avatar
Puput Assyfa
cerita yg menarik, siapa anya atau Alicia yg sebenarnya
goodnovel comment avatar
NN.
uwwaaaahhhh .. alicia.. alicia regis???
Tignan lahat ng Komento

Pinakabagong kabanata

  • Dikira Gelandangan, Ternyata Wanita Kesayangan Mafia Dominan   Bab 390 - Side Story

    Di sudut taman terlihat Margaret duduk sendirian. Tangannya menopang dagu, sementara segelas mocktail yang sudah mencair tergeletak di meja kecil di sampingnya.“Di mana sebenarnya pangeran kuda putihku? Apa suatu saat nanti aku juga bisa menemukan pasangan hebat seperti Tuan Muda Hernandez?” gumamnya dengan suara yang terdengar tidak bersemangat.“Kenapa? Anda iri, Nona Carson?”Suara bariton seorang pria menyentakkan lamunannya. Saat ia mendongak, ia menemukan Owen telah berdiri di dekatnya.“Tidak perlu merasa iri. Mereka dapat bersatu seperti ini juga bukan hal yang mudah,” lanjut Owen seraya menyesap minuman di tangannya.“Saya tidak iri,” bantah Margaret. Perlahan ekspresi wajahnya berubah sendu, lalu ia bergumam pelan, “Aku tahu kok standarku sendiri. Hanya saja di usiaku yang hampir kepala tiga ini. Bukan lagi waktunya untuk bermain-main dengan cinta.”Usia seorang wanita memang ibarat sekuntum bunga yang mekar dalam waktu singkat dan layu perlahan jika tak segera dipetik. Kare

  • Dikira Gelandangan, Ternyata Wanita Kesayangan Mafia Dominan   Bab 389 - END

    Tatapan Reinhard dan Alicia saling terkunci, seolah tak ada satu pun suara di sekitar yang mampu menembus ruang di antara mereka berdua hingga suara lembut Reinhard memecah keheningan tersebut.“Alicia, kamu tahu … dari pertama kita bertemu, kamu sudah berhasil memporakporandakan hidupku dengan segala ide nakalmu untuk mencuri perhatianku. Saat itu, aku mengira semua perasaan sukamu hanyalah sekadar kekaguman sesaat dari seorang remaja saja. Dan aku pun terus menyangkal perasaanku sendiri, meyakinkan diriku bahwa kamu hanyalah adik bagiku.”“Apaan sih?” Alicia menggigit bibir bawahnya, merasa malu mendengarnya. Wajahnya memerah, tetapi senyuman masih terulas di bibirnya.Reinhard melanjutkan, “Tapi, saat mendengar kabar kematianmu tiga tahun lalu, aku pun merasakan penyesalan terdalamku dan terus menyalahkan diriku sendiri atas kebodohan yang telah kulakukan.”Manik mata Alicia mulai berembun. Ia dapat melihat bagaimana ketulusan terpancar dari sorot mata pria itu.“Selama tiga tahun i

  • Dikira Gelandangan, Ternyata Wanita Kesayangan Mafia Dominan   Bab 388

    “Sempurna!” seru Elisabeth saat menambahkan sapuan akhir highlighter tipis di tulang pipi Alicia.“Ya ampun … Aku sudah pernah mendandani banyak perempuan, tapi kamu sangat berbeda. Kamu benar-benar terlihat seperti melihat bidadari cantik yang turun dari langit ke tujuh, Alicia,” puji Elisabeth terkagum-kagum.“Tidak usah berlebihan deh,” balas Alicia seraya tersipu malu.“Ini semua berkat jari emas Lisa Willow, sang makeup artist yang tersibuk sejagat raya,” imbuh Alicia, menggoda sahabatnya tersebut.Elisabeth mendecak sambil pura-pura cemberut. “Udah ah. Ayo, sekarang ganti bajumu,” katanya sambil menarik Alicia untuk bangkit dari duduknya.“Elisa, apa kamu tidak bisa membocorkan sedikit padaku?” sungut Alicia yang tampak kesal. Ia masih belum mengetahui acara apa yang harus dihadirinya malam ini bersama Reinhard hingga harus mengirim sahabatnya dari belahan negara lain hanya untuk merias wajahnya.Sayangnya, bibir Elisabeth terlalu rapat untuk membeberkan rencana mereka.“Kalau k

  • Dikira Gelandangan, Ternyata Wanita Kesayangan Mafia Dominan   Bab 387

    Senja keemasan perlahan melukis langit di atas kediaman keluarga Lorenzo. Alicia baru saja selesai mandi setelah seharian berkeliling kota kelahirannya bersama Reinhard.Rambutnya masih basah, dan embun hangat dari air mandi belum sepenuhnya menguap dari kulitnya saat sebuah suara familiar mengejutkannya ketika ia melangkah keluar dari kamar mandi pribadinya."Sudah selesai, Nona?"Seorang perempuan berpenampilan kasual berdiri dengan senyum lebar di depan pintu."E-Elisa?!" Alicia membelalak tak percaya. "Kenapa kamu bisa ada di sini?"“Saya datang untuk membantu Anda, Nona Alicia Lorenzo,” jawab Elisabeth Willow, sahabat lamanya.Alicia memiringkan kepalanya. "Kamu … tahu dari mana kalau aku adalah Alicia Lorenzo?"Seingatnya, Alicia belum pernah mengungkapkan identitas aslinya secara langsung kepada sahabatnya itu. Terakhir mereka berkomunikasi adalah ketika Elisabeth mengabari bahwa ia menang penghargaan penata rias terbaik di ajang fashion internasional Paris.“Bagaimana saya bis

  • Dikira Gelandangan, Ternyata Wanita Kesayangan Mafia Dominan   Bab 386

    “Akh! Sakit! Sakit!”Suara pekikan histeris meluncur dari bibir Reinhard tatkala Alicia mengolesi obat pada luka memar di bahu kirinya.“Baru tahu sakit, huh? Aku kira kamu sudah mati rasa,” cibir Alicia dengan sarkas.Melihat wajah cemberut istrinya, Reinhard mengulum senyumnya. “Kamu marah, Sayang?” tanyanya dengan suara lembut yang mencoba mengambil hati sang istri. Akan tetapi, Alicia hanya mendengus dan memalingkan wajahnya dengan malas.Tak kehabisan akal, Reinhard mencubit dagu istrinya pelan, memaksanya menatap. “Tapi, aku dapat melihat api kasih sayang yang berkobar di dalam matamu ini, Sayang,” godanya.Alicia mendelik kesal. Ditepisnya tangan pria itu, lalu ia melayangkan tatapan tajamnya. “Tidak usah berpura-pura mengalihkan pembicaraan. Kamu tidak lupa dengan apa yang sudah kamu lakukan tadi, kan, Xavier?”Reinhard tersenyum kecil. Ia memahami alasan kemarahan istrinya. Beberapa jam sebelumnya, ia berbohong dengan mengatakan bahwa Nyonya Tua Lorenzo ingin bicara empat mat

  • Dikira Gelandangan, Ternyata Wanita Kesayangan Mafia Dominan   Bab 385

    Keesokan harinya, Reinhard tiba di tempat latihan Royal Dragon—sebuah arena semi terbuka yang terletak tidak jauh dari mansion keluarga Lorenzo. Tempat itu sudah dilengkapi dengan berbagai perlengkapan bela diri dan menjadi lokasi latihan rutin bagi anggota inti organisasi tersebut.Saat tiba, Reinhard mendapati Regis sudah bersiap di arena. Pria itu mengenakan seragam taekwondo lengkap dengan sabuk hitam, berdiri dengan tangan terlipat di depan dada.“Kamu telat lima menit, Xavier,” ujar Regis seraya tersenyum remeh. “Aku pikir kamu tidak akan datang.”“Tadi aku ada sedikit urusan dengan Alicia. Kamu tahu kan kalau dia sangat khawatir dengan duel ini?” balas Reinhard dengan santai.“Alasan,” cibir Regis sambil menggeleng malas.Reinhard hanya menyeringai tipis, lalu melepas kemejanya dan melemparkannya ke pinggir arena. Salah satu anggota Royal Dragon segera menyerahkan seragam taekwondo yang telah disiapkan untuknya.Setelah berganti pakaian, Reinhard naik ke atas arena. Tatapannya

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status