Share

Tetangga Bebal

 

"A-- apa sih, Mbak Maya! Tanya-tanya nggak jelas!" sahut Dahlia gugup. Maya bersedekap dada. Telinganya terngiang-ngiang ucapan sang suami bahwa setelah ini dia harus berani bersikap tegas dan pemberani. "Bagian mana yang nggak jelas? Ah, kalau begitu biar saya kirim rekaman CCTV di depan rumah saya ke grup, biar semua orang tau kalau sebenarnya ...."

 

Bu Sur dan Bu Hanum saling pandang, lalu ....

 

"Ha ... ha ... ha ...." Mereka tertawa lebar bersama membuat Dahlia pun mau tidak mau menarik garis bibirnya. "Rekaman CCTV? Setelah tabungan emas, bikin keributan di Restoran Eti, ngutang ke Lia, sekarang dia bilang kalau di depan rumahnya ada rekaman CCTV? Astaga, Mbak Maya ... sebegitu halu-nya ya, kamu," ucap Bu Hanum setelah meredakan tawanya.

 

Bu Sur terlihat menyeka sudut matanya karena tertawa terlampau terbahak. "Sudahlah, Bu Hanum. Beri dia kesempatan buat nunjukin rekaman CCTV itu. Mana?"

 

"Sejujurnya aku takut kalau ternyata suami yang selama ini kamu akui itu ternyata suami orang, Mbak Maya. Kamu bukan pelakor kan?"

 

Maya menarik napas dalam mendengar tuduhan yang kesekian kalinya dari mulut tetangganya. Entah mengapa, Maya seakan dikucilkan disini. Apakah benar hanya karena dia yang sehari-hari tidak memakai perhiasan seperti tetangga yang lain? Tidakkah sikap mereka sangat keterlaluan?

 

"Y-- ya, gimana ya ... secara kami jarang lihat suami kamu di rumah. Kadang ada, kadang tiba-tiba berminggu-minggu nggak kelihatan batang hidungnya."

 

"Suami saya sedang mengurus pembangunan  untuk Restoran baru, Bu Sur," jawab Maya tanpa berdusta. "Jadi semua yang ibu-ibu tuduhkan semuanya tidak benar. Saya bukan pelakor, dan suami saya ...."

 

"Suami Mbak Maya pemilik Restoran, begitu?" sela Bu Hanum cekikikan. "Duh, Mbak. Makin lama makin ngelantur kamu ini."

 

Dahlia mengangguk cepat. Ingin rasanya ia menyudahi obrolan sore ini karena takut jika Maya membuka kedoknya di depan Bu Sur dan Bu Hanum. 

 

"Lagipula nih ya, Mbak Maya. Pakai logika saja sudah bisa disimpulkan dengan jelas, mana ada pemilik Restoran dan istri dari pemilik Restoran tinggal di Perumahan biasa seperti ini. Rumah yang kalian beli juga ukurannya nggak besar-besar amat," nyinyir Bu Sur menimpali. "Kalau memang kalian sengaja beli rumah disini, ya ... seenggaknya rumah kalian itu yang seperti rumah di depan rumah saya itu. Tau kan rumah yang baru dibangun itu? Megah, mewah, bertingkat ... duh, pasti yang punya itu orang kaya," sambung Bu Sur.

 

"Jangan sampai Mbak Maya juga mau bilang kalau rumah yang dalam proses pembangunan itu juga rumah kamu," sindir Bu Sur cekikikan. Bu Hanum dan Dahlia pun ikut tertawa meskipun sebenarnya ucapan Bu Sur tidak bisa dikatakan sebagai guyonan semata. 

 

Maya lagi-lagi meredam emosinya yang bercokol di dalam hati. Tiga manusia paruh baya di depannya ini memang cukup bebal. Hanya kebenaran yang bisa membungkam mereka.

 

"Kita pulang saja, Bu Sur. Lama-lama ikutan halu saya kalau dekat-dekat Mbak Maya."

 

Bu Hanum melenggang meninggalkan depan rumah Dahlia disusul Bu Sur di belakangnya sembari memainkan pergelangan tangan seperti biasa.

 

"Semoga jantung Bu Sur dan Bu Hanum baik-baik saja saat mengetahui kebenarannya nanti," ucap Maya lantang.

 

Bu Sur dan Bu Hanum mengedikkan bahu lalu tertawa terbahak bersama. Mereka pergi setelah berteriak lantang. "Tetangga baruku tukang halu!"

 

Wajah Maya memerah. Tidak menyangka jika tetangga yang ia anggap ramah ternyata menilai orang lain hanya dari seberapa banyak perhiasan yang dipakai. 

 

Dahlia canggung. Ia hendak berbalik masuk ke dalam rumah tapi suara Maya membuat jantungnya berdebar hebat. "Saya tidak menyangka kalau Mbak Dahlia ternyata ular."

 

"Semua orang boleh menghinaku hari ini, Mbak. Kamu pun bebas memfitnahku di depan semua orang. Tapi ingat ... suatu hari nanti aku pastikan kamu menyesal sudah berbuat seperti ini."

 

Maya meninggalkan Dahlia yang cemberut di depan pintu rumahnya. Setelah memasukkan motor ke halaman rumah, Maya memilih masuk tanpa menoleh lagi ke arah dimana tetangganya itu berada. 

 

Ting ....

 

Ponselnya berdenting menandakan ada pesan yang masuk ke dalam sana. 

 

Ting ....

 

Maya yang semula berselonjor di atas sofa pun meraih ponsel yang tergeletak di atas meja. Rasa penasaran membuatnya mau tidak mau membuka pesan yang ternyata datang dari grup ibu-ibu Perumahan Citra Kencana.

 

|Halo, ibu-ibu yang cantik. Besok Eti mau mengadakan acara di Restoran Mas Satria. Tolong datang ya, tanpa pasangan saja karena ini acara . Eti sengaja mau berbagi, mumpung suami dapat rejeki lebih nih. Besok makan gratis!|

 

Maya mencebik membaca pesan Eti. Ingin membalas, tapi ia sadar itu hanya akan membuatnya dipermalukan oleh orang-orang yang terlanjur termakan oleh ucapan Eti yang menjelek-jelekkan dirinya.

 

|Wah seru nih, makan gratis. Mbak Maya ikut kan? Eh, tapi masih punya muka ya?|

 

Balasan dari Dahlia sungguh membuat Maya naik pitam. 

 

"Ular!" desis Maya geram. Merasa namanya disebut, Maya sengaja memberi balasan yang mungkin nanti akan membuat grup semakin heboh. Biarlah, batin Maya.

 

|Tentu saja saya ikut, Mbak Lia. Mbak Dahlia juga ikut kan, makan gratis loh ini ... Oh ya, ini rekaman CCTV tadi siang. Boleh dong diintip dulu|

 

Maya mengirim rekaman CCTV dimana disana terlihat dengan jelas sosok Dahlia yang terlihat panik karena kedatangan Bu Joko. Lalu berjalan mendatangi Dahlia dan merampas tiga lembar uang berwarna merah dari tangan Maya.

 

Suara mereka berdua terdengar jelas. Suasana Perumahan yang sepi, ditambah letak CCTV yang ada di sudut lampu gantung depan rumah Maya membuat rekaman yang Maya bagikan terdengar jernih.

 

*(Bunyi rekaman CCTV ....)

 

"Anu ... itu ... boleh saya pinjam uang 300 ribu? Dompet saya kebetulan ikut terbawa suami, semua kartu ATM dan uang tunai ada disana. Tolong ya, Mbak."

 

"Nanti kalau suami sudah pulang, bakal saya ganti."

 

"Tolong dong, Mbak Maya. Saya pinjam loh ini bukan minta-minta. Buruan, udah ditunggu sama teman di dalam."

 

"Ayo dong, Mbak Maya. Kita tetangga loh ini, saya pinjam dan janji kalau suami pulang saya balikin. Masa nggak percaya sama tetangga depan rumah sih?" sindir Dahlia. "Cuma 300 ribu, nggak banyak kok!"

 

(Selesai ....)

 

|Hapus, Mbak! Aku bisa melaporkan tindakan kamu tau nggak?| 

 

|Ini CCTV editan! Mana ada aku pinjam uang sama kamu, Mbak Maya!|

 

|Hapus, cepat!|

 

Pesan Dahlia berulang kali masuk dalam grup Perumahan Citra Kencana. Maya terkekeh dan meletakkan ponselnya di tempat semula dengan perasaan puas. Tidak peduli jika nanti masih ada yang tidak percaya dan bahkan berbalik membully-nya lagi. 

 

Tring ....

Tring ....

Tring ....

 

Nama Dahlia terpampang jelas di layar ponsel Maya. Wanita itu tergelak melihat sikap tetangganya yang kalang kabut seperti sekarang ini.

 

Maya sengaja mengabaikan panggilan Dahlia. Hingga terdengar gedoran yang cukup nyaring pada pagar rumahnya.

 

"Keluar kamu, Mbak Maya!"

 

"Tetangga tidak tau diri kamu ya!"

 

"Keluar!"

 

 

Bersambung

 

 

*Keterangan (Bunyi rekaman CCTV....) dan (Selesai....) hanya sebagai pemisah untuk dialog yang di bawah ya, biar pembaca tidak kebingungan karena ada banyak dialog disana. Terima kasih. 

 

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Jee Esmael
Wahhh makin seru nih. Ajar dong may tetangga ga tahu diri itu biar sekalian kompleks tahu
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status