Share

004. Tawaran Apa??

last update Dernière mise à jour: 2025-02-12 17:36:33

Pagi mulai merekah usai semalam di liputi suasana yang menyesakkan.

Aisyah sudah bangun pagi-pagi sekali. Gadis itu mencoba menghilangkan segala beban pikirannya sejenak. Ia harus bekerja, ada Fadil yang sudah menjadi tanggung jawabnya.

“Kok kamu berangkat kerja, Syah?” Celetuk Rina setelah melihat Aisyah sudah siap dengan seragam kerjanya.

“Ya Tante.” Jawab Aisyah sembari menyisir rambutnya.

“Kalau kamu nikah sama juragan Bram, kamu gak perlu lagi capek-capek kerja, Syah. Hidup kamu bakalan terjamin. Dari makan, rumah, mobil, bahkan kamu bisa shopping tiap hari. Dari pada jadi penjahit terus, kerja dari pagi hingga sore, tapi tetap aja hidup kamu gini-gini aja!” Ucap Rina.

Aisyah menghela napas berat. Lagi-lagi Rina menyuruhnya menikah dengan juragan Bram.

Aisya berbalik badan, menatap Rina. “Tante, selama ini Aisyah gak pernah beli ini itu di karenakan uangnya dipakai untuk biaya pendidikan Fadil. Dan juga buat makan kita sehari-hari di rumah ini!” Ucapnya, membela diri.

“Halah... Uang makan sehari-hari kamu bilang? Uang yang kamu kasi itu kurang, Syah! Makanya Paman kamu sampai berhutang biar bisa membiayai hidup kita! Pokoknya Tante gak mau tau, kamu harus nikah sama juragan Bram! Kalau enggak, berarti kamu durhaka! Gak tau balas budi!” Ucap Rina dengan sorot mata tajam.

“Astaghfirullah. Tante... Aisyah bukan gak mau balas budi, tapi Aisyah gak mau kalau harus jadi istri ke empat juragan Bram! Apa Tante gak kasihan sama Aisyah?” Ujar Aisyah. Dadanya terasa sesak.

“Kamu yang gak kasihan sama Tante, Aisyah! Selama ini Tante sudah menampung kalian berdua, adik kamu juga Tante yang urusin! Sekarang Tante cuma minta kamu nikah sama juragan saja, kamu juga menolak! Padahal yang bahagia nanti kan kamu sendiri!” Rina mengungkit semua jasa-jasanya terhadap Aisyah dan juga Fadil.

Padahal, walaupun tinggal serumah, Rina jarang sekali memperhatikan Aisyah dan Adiknya.

“RINA... BAWA AISYAH KEMARI!” Teriak Herman dari arah ruang tamu.

Jantung Aisyah berdegup kencang. Perasaannya mulai tak enak.

“Aisyah pamit kerja dulu, Tante!” Aisyah buru-buru menyambar tasnya, kemudian keluar dari kamar.

“Aisyah, tunggu!” Jerit Rina, wanita itu mengejar Aisyah.

Saat melewati ruang tamu, Aisyah terkejut setelah melihat kedatangan juragan Bram dan juga dua orang preman yang kemarin datang, termasuk Galih.

Aisyah mencoba mengabaikan semua orang yang tengah duduk di ruang tamu. Ia terus melangkahkan kaki keluar rumah. Tapi gadis itu di halang oleh Rais anak buah juragan Bram.

“Ssst... Minggir!” bisik Galih pada Rais.

Rais pun menggeser tubuhnya, membiarkan Galih menggantikan tempatnya yang berdiri tepat di hadapan Aisyah.

Mata Aisyah mendelik, memberi kode agar Galih minggir. Namun, pemuda itu malah tetap diam berdiri dengan tersenyum manis.

“Jangan khawatir!” Katanya lirih.

Aisyah menggeleng. Ia ingin segera pergi. Bahkan ia tidak akan pulang lagi jika Pamannya terus memaksanya untuk menikah dengan juragan Bram.

“Aisyah! Jangan kurang ajar kamu!” Bentak Herman penuh emosi melihat Aisyah yang mencoba ingin kabur.

“Tenang, Herman... Tenanglah. Mungkin Aisyah masih malu-malu.” Ucap Bram, juragan tanah dan juga seorang rentenir yang sudah berusia lima puluh tahunan itu.

Bram menatap Aisyah dari atas sampai bawah tanpa berkedip. Kembang desa incarannya itu kini sebentar lagi akan jadi miliknya.

“Aisyah... Duduk, sayang!” Ucap Bram, menepuk-nepuk sofa lusuh tepat di sampingnya.

Aisyah terperanjat. Perutnya serasa mual mendengar panggilan sayang itu. Gadis itu hanya diam, tak mengikuti perintah juragan Bram.

“Baiklah... Gak apa-apa. Dulu Fira juga malu-malu saat aku lamar.” Ucapnya dengan penuh percaya diri.

Fira adalah istri keduanya, wanita itu seorang janda yang ditinggal suaminya karena kecelakaan.

“Maaf, juragan. Terus terang saya ingin mengatakan, kalau saya tidak mau menikah dengan juragan!” Aisyah memberanikan diri untuk menepis semua impian juragan tanah itu.

Bukannya marah, juragan Bram malah tertawa terbahak-bahak.

“Hahaha... Aisyah, Aisyah! Kamu pikir kamu bisa menolak? Paman kamu ini sudah menandatangani surat perjanjian, apabila kamu gak mau menikah, itu artinya Herman harus membayar hutangnya sebesar seratus lima puluh juta!” Jawab Bram, terkekeh.

Pria tua yang sudah berumur itu yakin. Jika Aisyah tak akan bisa menolak lagi.

“Seratus lima puluh juta? Bukannya kemarin Paman katakan seratus juta??” Aisyah menoleh ke arah Herman.

“Lima puluh juta-nya lagi itu bunganya!” Jawab Herman dengan santai.

Aisyah terperangah. Apa-apaan ini?

“Apa?? Tapi, Paman_”

“Kalau kamu tetap menolak, maka Herman harus mendekam di penjara!” lagi-lagi Bram menggertak Aisyah, membuat mental Aisyah terasa terguncang.

“Kamu gak mau di anggap sebagai anak durhaka kan, Syah? Atau, kamu memang ingin melihat pamanmu di penjara?” Ucap Rina, membuat Aisyah semakin tertekan.

Pikiran Aisyah benar-benar kalut. Sungguh, Aisyah tak ingin mengorbankan dirinya untuk melunasi utang itu, tetapi ia juga tak mau kalau sampai Pamannya di penjara. Bagaimana pun juga, Aisyah sudah menganggap Herman seperti orang tuanya sendiri.

“Penawaran yang aku tawarkan kemarin masih berlaku. Jika kamu ingin bebas dari juragan!” Galih yang sedari tadi diam akhirnya mengangkat bicara.

Bram menatap Galih dengan tatapan penuh tanda tanya, “Apa maksud kamu, Galih?” Tanyanya, bangkit dari duduknya.

Suasana mendadak tegang. Apalagi saat Galih hanya tersenyum miring pada Bram, tak menjawab pertanyaannya.

Pria itu kembali menatap pada gadis itu, “Bagaimana?” Tanya Galih lagi pada Aisyah yang masih terdiam.

Aisyah terdiam sejenak.

“Baik! Aku akan terima tawaran kamu itu!” Ucap Aisyah pada akhirnya.

Aisyah tak punya pilihan lain saat ini. Meskipun ia ragu dengan pria di hadapannya itu. Selain ragu, apakah Galih bisa melunasi hutang Herman, Aisyah juga ragu tentang diri pemuda itu. Pasalnya, yang ia ketahui, Galih hanyalah anak buah juragan Bram yang berpenampilan seperti preman. Apa pemuda itu bisa menjadi suami yang baik bagi dirinya? Pikir Aisyah.

Namun, daripada harus menjadi istri ke empat juragan Bram, Aisyah akhirnya memilih menerima penawaran untuk menikah dengan Galih. Entah bagaimana nasib ke depannya, setidaknya ia tak menjadi istri ke empat bandit tua itu.

“GALIH! APA YANG KAU TAWARKAN PADANYA, HAH!” Bentak Bram.

Bram maju tepat di hadapan Galih. Ia tarik kerah baju pemuda itu sekaligus anak buahnya.

Galih melepaskan tangan Bram dengan pelan, “Santai, juragan. Saya hanya memberi penawaran. Kalau Aisyah tidak mau menikah dengan juragan, maka ia menikah saja denganku! Soal hutang Pamannya itu, biar saya yang bayar!” Ungkap Galih dengan tenang.

Bola mata Bram seketika melotot tajam, lelaki tua itu mendorong tubuh Galih hingga terbentuk ke dinding.

“Kurang ajar! Punya apa kamu mau bayar hutangnya, hah!” Sentak Bram, wajahnya merah padam.

“Kirim saja nomor rekeningnya, juragan. Pasti saya bayar!” Lagi-lagi Galih menjawabnya dengan tenang.

Bugh!

Tak kuasa menahan emosi, Bram pun memukul perut Galih. Merasa kesal dengan jawaban pemuda itu yang terkesan menantangnya.

“Juragan!” Teriak Rais, panik.

Meski Rais juga merasa kesal dengan sikap lancang Galih, tetapi ia juga tak mau jika sampai temannya itu mati di tangan juragannya.

Continuez à lire ce livre gratuitement
Scanner le code pour télécharger l'application

Latest chapter

  • Dikira Preman Suamiku Ternyata Sultan    113.

    Raymond segera bangkit dan hendak mengambil pakaiannya yang berserakan di lantai, tetapi salah satu dari warga melangkah maju dan menarik tubuh Raymond hingga dirinya gagal mendapatkan pakaiannya tersebut. Beberapa dari warga maju memegang kedua tangan Raymond. Tak akan membiarkan pria itu kabur. “LEPASKAN SAYAAA!!” Sentak Raymond. Meminta di lepaskan dari pegangan para warga. Sementara Syahnaz, kini ia sedang menutupi tubuhnya dengan selimut dengan rasa begitu ketakutan dan panik. ‘Bagimana bisa para warga itu ke sini?’ Batin Syahnaz menggerutu kesal, panik bukan main. Apalagi saat selimut yang ia gunakan untuk menutupi tubuhnya tiba-tiba di tarik oleh ibu pemilik kontrakan. Syahnaz seketika bingung tidak karuan mencari pakaiannya yang juga ia lempar sembarangan. Karena tak menemukannya, Syahnaz pun menarik sprei, kemudian ia gunakan untuk menutupi tubuhnya yang masih polos. “Ayo kita bawa saja mereka sampai ke balai desa! Mereka berdua harus di kasih efek jera!!” seru seseor

  • Dikira Preman Suamiku Ternyata Sultan    112.

    Raymond masih berusaha menahan diri untuk tidak berbuat kriminal pada Syahnaz lantaran masih punya sedikit hati nurani, tetapi kalau sudah seperti ini terus, Raymond juga lelah, dan bisa-bisa otak jahatnya akan bekerja. “Kamu harus mau temenin aku, Mas!! Aku itu bosan di kontrakan terus!!” Syahnaz tetep kekeuh meminta Raymond untuk menemaninya. “Lebih baik kamu mati aja kalau sudah bosan dengan kehidupanmu!! Apa kamu pikir saya gak bosan menuruti kemauan kamu! Istriku saja tidak pernah begini!” Ujar Raymond mendengkus kesal. “Itu karena istri kamu sibuk, Mas. Oh iya, selagi istri kamu itu sibuk, mending kita happy-happy aja, Mas. Memangnya kamu gak kangen sama permainan kita yang panas itu??” Ujar Syahnaz menaik turunkan kedua alisnya. Mencoba menggoda lelaki yang sudah beristri itu. “SAYA GAK SUDI MENYENTUH KAMU LAGI!!” Tegas Raymond, geram. Syahnaz menelan saliva dengan kasar, ternyata usaha yang sering ia lakukan untuk menggoda Raymond tidak semudah dulu. “Mas yakin gak mau m

  • Dikira Preman Suamiku Ternyata Sultan    111.

    Galih sudah tak peduli lagi pada perdebatan kedua orang tuanya. la memilih berjalan menuju kamar, akan menemui istrinya yang sedang beristirahat.Sejak dulu, Wijaya dan Renita memang sering ribut, walaupun hanya masalah sepele. Bahkan, sejak Galih masih remaja, Renita memang sering meributkan hal yang sama seperti tadi.Wijaya yang terlalu friendly dengan para wanita, sering kali membuat Renita di landa kecemburuan. Sejauh ini belum pernah ada bukti akurat yang menyatakan bahwa Wijaya berselingkuh. Hanya saja Renita sering mendapati suaminya itu meladeni chat para teman wanitanya.Itulah yang membuat Renita kesal dan sering menaruh curiga pada suaminya.Seharusnya jika memang Wijaya ingin setia, pria itu tak akan mau meladeni pesan dari para wanita di luar sana yang katanya hanya bahas bisnis tetapi berkedok modus.Zaman sekarang banyak wanita pebinis dengan embel-embel women independen. Mulai dari kalangan janda, perawan, bahkan perempuan yang sudah bersuami juga sekarang banyak yang

  • Dikira Preman Suamiku Ternyata Sultan    110.

    “Mama udah periksa handphone Papa??” Tanya Wijaya mengalihkan pembicaraan, “Bagaimana, Ma? Gak ada yang mencurigakan, kan?” Sambungnya.Renita menatap sinis. “Pasti Papa udah hapus pesan dari janda gatal itu kan? Ngaku nggak?!!!” Desaknya, masih tak percaya pada sang suami.“Hapus apa sih, Ma? Papa gak ada hapus-hapusan,” Ucap Wijaya berdusta.Sebenarnya, ia memang sudah menghapus pesan itu untuk menghindari kecurigaan istrinya. Namun, apa yang ia lakukan ternyata malah membuat curiga Renita semakin besar.“Terus si Indri dapat alamat rumah ini dari siapa kalau bukan dari Papa??!” Tanya Renita seraya menghujamkan tatapan tajam.Wijya terdiam sejenak. “Oh ya, Ma. Di depan kok ada dua penjaga ya, emangnya apa yang sudah terjadi?” Wijaya tak menjawab pertanyaan istrinya itu, ia malah berusaha mengalihkan pembicaraan.Hal itu sukses membuat Renita semakin murka. Wanita mana yang tak semakin marah bila pertanyaannya malah di alihkan ke hal lain. Memangnya apa susahnya menjawab?“PAPA!! JAN

  • Dikira Preman Suamiku Ternyata Sultan    109.

    Rian tengah frustrasi karena tetap di paksa menikah dengan wanita yang sama sekali tak ia cintai. Meski harapannya untuk kembali bersatu dengan Aisyah sudah tidak mungkin, tetapi menikah dengan Mila juga bukan pilihannya. Selain karena belum bisa melupakan Aisyah, Rian juga tak mau menyakiti hati Mila karena belum bisa mencintai wanita itu. Apalah arti pernikahan tanpa cinta? Bukankah nantinya hanya akan menghasilkan penderitaan saja? Apalagi jelas jika hati Rian masih tersemat pada wanita lain. “Mama gak mau tau, Rian. Mama sudah sebar undangannya, kalau kamu tetap kekeuh gak mau menikah dengan Mila, itu artinya kamu mau bikin Mama malu.” Ucap Indri tak bosan mendesak putranya. “Apalagi alasan kamu Rian? Kamu mau bilang belum mencintai Mila?” Rian mengangguk. “Cinta itu tidak bisa di paksakan, Ma.” Jawabnya. “Cinta memang gak bisa di paksakan, tapi cinta bisa tumbuh seiring dengan berjalannya waktu menjalani kehidupan bersama.” Jelas Indri. Rian menghela napas panjang, selalu

  • Dikira Preman Suamiku Ternyata Sultan    108.

    “Mas, kamu lagi ngapain sih di dalam? Lama banget keluarnya,” Tanya Shanum saat Raymond akhirnya keluar dari mobil. “Enggak ngapa-ngapain, sayang. Mas tadi cuma lagi teleponan aja sama orang kantor.” Jelas Raymond, berusaha meyakinkan istrinya itu agar tidak curiga. Sesekali Raymond melirik ke arah mobil, memastikan Syahnaz tak terlihat oleh Shanum. Sementara di dalam mobil, Syahnaz di paksa menunduk oleh Raymond agar tak kelihatan oleh Shanum dari luar. “Ya sudah, ayo cepat masuk ke dalam, Mas. Mama udah nungguin,” Ucap Shanum kemudian menarik tangan Raymond. Raymond hanya menurut, pria itu menggandeng mesra tangan istrinya. Membuat Syahnaz yang menyaksikan kemesraan sepasang suami istri itu seketika merasa panas tak terima. “Sabar Syahnaz, sabar... Kali ini gak apa-apa sembunyi dulu. Raymond pasti akan balik ke sini lagi dan kasih apa yang aku mau,” gumam Syahnaz dengan senyum yang mengembang. Sementara itu, Di dalam ruangan mertua Raymond, wanita paruh baya itu sedang terba

Plus de chapitres
Découvrez et lisez de bons romans gratuitement
Accédez gratuitement à un grand nombre de bons romans sur GoodNovel. Téléchargez les livres que vous aimez et lisez où et quand vous voulez.
Lisez des livres gratuitement sur l'APP
Scanner le code pour lire sur l'application
DMCA.com Protection Status