Sepulang dari makan seblak, Galih langsung masuk ke kamar mandi. Ternyata perutnya tak kuat menerima makanan pedas. la berkali-kali keluar masuk kamar mandi karena diare. “Ya ampun, Mas... Kita ke dokter aja ya, wajah Mas pucat sekali,” Ujar Aisyah, khawatir melihat kondisi sang suami. Karena sudah lebih dari tiga kali Galih masuk ke kamar mandi. “Sebentar sayang, Mas lagu mules banget ini,” Ucap Galih sembari lari kecil ke kamar mandi lagi. “BI, BI ANI!!” Teriak Aisyah. Bi Ani yang mendengar teriakan sang Nyonya muda lari tergopoh-gopoh menghampiri Aisyah. “Iya, Nnyoya. Ada apa?” Tanya Bi Ani. “Bi, tolong cek kotak P3K dong, ada obat diare gak? Kasian Mas Galih dari tadi keluar masuk kamar mandi,” Titah Aisyah meminta bantuan asisten rumah tangganya untuk mencari obat diare. “Sebentar, Nyonya. Bibi carikan dulu,” Jawab wanita itu, lalu berjalan cepat keluar kamar mencari kotak P3K. Sementara itu, Aisyah menunggu Galih di depan kamar mandi dengan rasa khawatir. Baru kali ini i
Terkadang apa yang kita rencanakan memang tidak sesuai dengan kenyataan yang terjadi. Begitu pula dengan rencana yang sedang di lakukan oleh Syahnaz. la pikir, masalahnya akan langsung selesai setelah ketahuan dan di grebek kemudian ia di nikahkan dengan Raymond. Syahnaz sudah membayangkan bagaimana indahnya menikah dengan pria yang tajir melintir. Sayangnya, istri Raymond bukanlah wanita lemah yang hanya bisa pasrah saat suaminya ketahuan berselingkuh. Shanum adalah seorang wanita karir yang memiliki prinsip hidup yang kuat itu tentu tak akan tinggal diam. Syahnaz benar-benar tak pernah menyangka jika urusannya sekarang akan serumit ini. la harus berurusan dengan polisi. Bahkan, ia terancam di pidana karena telah berselingkuh dengan pria yang sudah beristri. “Sial*n si Shanum itu!! Lebay banget lagi, kenapa sih harus pakai acara lapor-lapor segala!!” Gerutu Syahnaz, kesal. Saat ini dirinya berada di dalam sel tahanan. Sudahlah gagal menjadi istri Raymond, kini ia pun harus menan
Tak berselang lama, petugas akhirnya menghubungi Shanum, sebagai istri sah Raymond untuk di mintai keterangan sebagai saksi. Sedang Shanum sendiri sudah siap dengan segala buktinya pun tak takut saat dirinya di panggil oleh petugas untuk datang ke kantor. “Aku bertekad akan menghancurkan kalian, lebih dari kalian menghancurkan hidupku!!!” Gumam Shanum dengan tangan terkepal kuat. la akan memastikan dua manusia itu mendekam di penjara. Sebelum masuk, Shanum menatap sejenak bangunan kantor polisi yang ada di hadapannya. Wanita itu baru saja menginjakkan kaki di sana untuk memenuhi panggilan polisi untuk pertama kali. Langit hari ini tampak cerah, berwarna biru terang. Sesekali angin sepoi-sepoi berembus damai. Akan tetapi, keadaan hati Shanum berbalik dengan suasana hari ini. Bayang-bayang hubungan gelap antara suaminya dan Syahnaz terus terngiang-ngiang di pikirannya. Membekas dan mengoyak-ngoyak hati Shanum. Ia akan melakukan apa saja agar rasa sakitnya di bayar tuntas. Shanum ak
Berita mengenai penggerebekan Syahnaz dan Raymond masih terus booming di mana-mana. Bahkan, para awak media mulai mengikuti perkembangan kasus Syahnaz dan Raymond dengan intensitas tinggi. Setiap saluran berita mengulas berbagai sudut pandang, menampilkan foto-foto dan video dari kejadian viral tersebut. Aisyah yang sekarang hobi scroll beranda media sosial pun juga ikut menyimak kabar tak mengenakan itu. Aisyah mengerutkan kening saat membaca caption bertuliskan nama tersangka, “Ini Syahnaz anaknya Tante Rina bukan sih? Kok gak ada yang post wajahnya langsung ya?” Gumam Aisyah penasaran saat melihat video viral yang tersangkanya wajahnya di blur. “Sayang lagi ngapain??” Tanya Galih berjalan mendekat ke arah istrinya. Ikut penasaran. “Ini Iho, Mas... Dari kemarin aku nonton terus berita ini, di captionnya tertera nama si perempuan itu dan namanya Syahnaz, kira-kira ini Syahnaz anaknya Tante Rina bukan ya?” Tanya Aisyah seraya memberikan ponsel pada suaminya. Sebagai sosok pe
“Kamu ini bodoh atau pura-pura lupa janda gatal??!! Wijaya itu suami aku! Sudah jelas aku berhak ikut ke mana pun suami aku pergi, apalagi ke pesta yang ada pengganggu suami orang kayak kamu. Aku ini istrinya! Kutekankan sekali lagi sama kamu, ya!” cerocos Renita panjang lebar. la tidak mau kalah di hadapan Indri. Wajah Indri langsung merah padam, menandakan kemarahan dan rasa malu yang campur aduk. Ia menarik napas dalam-dalam, mencoba mencari cara untuk membalas Renita, bertekad untuk tidak membiarkan wanita itu menguasai situasi. Renita kembali memperingati Indri dengan nada tegas. “Jangan sekali-kali berani menggoda suamiku lagi!!” Ucapnya menatap nyalang pada Indri. Tatapan tajamnya menambah ketegangan di antara mereka. Indri merasakan kemarahan membara di dalam hati. “Kalau kamu sampai berani melakukan hal itu lagi, aku bisa membuat bibirmu lebih bengkak dan besar dari yang sekarang ini, atau bahkan bengkak sampai mati!!” Ucap Renita dengan senyum menyeringai. Ia memberikan
Bibir Indri yang sudah di poles dengan lipstik berwarna merah terang kesukaannya itu kini bentuknya sudah tidak karuan. Tidak ada lagi penampilan cetar makeup Indri, yang ada hanya rasa malu yang tak terkira. Sudahlah menanggung rasa sakit, menanggung rasa malu pula karena di lihat oleh seluruh pasang mata di pesta putranya itu. Rasanya ia ingin pingsan saja, tapi tak lucu kalau pesta putranya berantakan gara-gara ia pura-pura pingsan. Indri ingin bangkit, berlari bersembunyi dari hadapan semua orang, tapi rasanya ia tak sanggup menatap orang-orang terutama Wijaya. Indri tak sengaja mencecap cairan aneh. Ketika ia mengusap bibirnya, ia melihat ada cairan merah di jarinya. ‘Bibirku berdarah?’ Batin Indri. Cairan berbau anyir itu perlahan mengalir sedikit hingga memberikan bekas merah pada giginya yang berwarna putih. “Ya ampun, Bu! Bu Indri gak apa-apa??” Tanya Ashanty, langsung menghampiri dan membantu Indri untuk berdiri. Bisik-bisik para tamu pesta mulai terdengar di telinga In