Beranda / Romansa / Dilamar CEO Kejam / Chapter 5 : Cerita masa lalu

Share

Chapter 5 : Cerita masa lalu

Penulis: Chocotics
last update Terakhir Diperbarui: 2021-11-11 00:36:13

"Celin udah bilang kalau Celin gak mau, Celin belum mau nikah, Pa, Ma." kata Celindia saat mereka memasuki rumah. 

"Celin," panggil Rio kepada anak gadisnya yang akan masuk ke kamarnya. 

"Sini, Papa mau ngomong." dengan gerakan malas, Celindia melangkah lalu duduk di samping Rio. 

Yang duduk di sofa itu adalah Celindia, Rio, dan Alges. Kalana pergi ke dapur untuk menyiapkan makan malam, Rio menghela napas lalu membuka suara. 

"Kamu gak heran kenapa Papa sama Abang pulang cepat?" 

Celindia mengerutkan keningnya, benar juga. Padahal tidak biasanya Ayah dan Kakaknya pulang di sore hari, paling cepat mereka pulang saat hari menjelang malam. 

"Emangnya kenapa, Pa?" 

"Perusahaan udah di ujung tanduk, saham Papa turun drastis." jawab Rio membuat Celindia terdiam kaku. 

"Klien-klien Papa banyak yang batalin kerja sama, Kita hampir bangkrut." 

"Ya terus apa hubungannya sama Celin?" Celindia masih mencoba memahami ke mana arah pembicaraan ini. 

Rio kembali menghela napas, Ia menatap dalam anak perempuannya. 

"Kalau Celin setuju untuk nikah dengan Indra, Indra bakalan kasih Papa saham sebesar lima belas persen dari perusahaannya. Papa bisa bangkit, dan kita gak akan bangkrut." 

Celindia menatap Rio tak percaya. "Maksud Papa ... Papa mau jual Celin?" 

"Enggak gitu Celin, dengerin dulu semuanya. Maksud Papa--" 

"Celin kecewa sama Papa," kata Celindia dengan air mata lalu berlari masuk ke kamarnya. 

"Celin," panggil Rio. 

Alges berdiri, "Biar Alges nyusul Celin, Pa." Rio mengangguk lesu. 

"Enggak usah, biar Mama yang nyusul." Kalana datang dari arah dapur. 

Kalana lalu melangkah ke arah kamar Celin, kamar gadis itu berada di urutan kamar ketiga. Awalnya Celin menginginkan kamar pertama, namun Rio mengatakan bahwa kamar pertama akan di jadikan kamar tamu. 

Alasan Rio menempatkan Celin di urutan ketiga juga karena Celin adalah anak gadis satu-satunya, Ia hanya mencegah hal-hal yang bisa  saja membahayakan Celin terjadi. Alges berada di urutan kamar keempat sedangkan Rio dan Kalana di kamar kedua, rumah keluarga Pratama besar namun tidak bertingkat. 

Kalana mengetuk pintu kamar Celin. 

Tok tok tok ... 

"Celin." 

"Celin, Mama masuk ya?" Tak mendapatkan jawaban, Kalana memutuskan untuk masuk. 

Untungnya Celin tidak mengunci pintu kamarnya, Kalana melihat Celin yang tidur telungkup dengan tubuh bergetar. Gadis itu sedang menumpahkan tangisannya, Sang Ibu lalu duduk di samping anaknya. 

"Ppjhtabbgjgjht," kata Celin tidak jelas karena wajahnya menempel di bantal. 

"Ha?" beo Kalana. 

Celin lalu duduk dengan gerakan spontan, membuat Kalana hampur terjungkal. 

"Astaghfirullah!" 

Celin melipat tangannya, matanya masih memerah karena air mata. 

"Papa jahat, Papa udah gak sayang sama Celin lagi. Celin di jual sama Papa hiks," isak Celindia. 

"Hei hei, gak di jual Celin sayang." 

"Terus tadi itu apa?" ketus Celindia. 

Kalana menghela napas. "Kamu masih ingat saat Papa bangkrut karena penghianatan sekretarisnya?" Celindia mengangguk, gadis itu mulai sedikit tenang. 

"Ingat juga keadaan Papa waktu itu?" 

Celindia kembali mengangguk. "Papa seperti mayat hidup, tapi kenapa? Itu hanya perusahaan, Papa kan bisa bangkit lagi untuk buat perusahaan baru." 

Kalana tersenyum tipis lalu mengusap air mata anaknya. "Justru itu Celin, perusahaan Papa itu bukan Papa yang bangun. Perusahaan itu di bangun oleh Kakek, sebelum Kakek meninggal, Kakek mewariskan semua saham dan perusahaannya kepada Papa. Semuanya. Tante Risa bahkan gak dapat sepersen pun, tapi Tante Risa dapat rumah warisan dari Kakek." 

"Kenapa Papa kayak orang gila saat tahu Papa udah bangkrut, karena amanah dari Kakek selalu terbayang sama Papa. Papa ngerasa jadi anak yang gak becus saat itu, karena Papa gak bisa jaga amanah dari Kakek. Saat itu kita pindah ke rumah yang lebih kecil karena rumah ini menjadi tahanan depkolektor, Kamu bahkan sering pulang dengan keadaan menangis karena di hina teman-temanmu. Kamu juga pernah ngomong ke Mama kalau Kamu udah gak ada temannya, Abang Kamu juga gitu. Abang Kamu selalu pulang dengan keadaan yang babak belur karena lagi-lagi memukul temannya yang menghinanya dan menghina keluarga kita, saat itu Mama ingat banget. Kamu menangis dan ngomong gak mau hidup miskin," jelas Kalana panjang. 

Celindia masih tidak bersuara, diam-diam Ia mengingat saat-saat itu. Saat di mana keluarganya yang bangkrut, mereka di hina. 

"Tante Risa sempat bantuin Kita, tapi gak bisa bantu-bantu banyak. Karena Tante Risa udah berkeluarga, dia juga butuh biaya sehari-hari walaupun suaminya juga bekerja. Suaminya juga gak bisa bantu kita banyak, rumah yang sempat Kita tempati dulu itu adalah uang dari patungan Tante Risa sama suaminya. Waktu itu Kita benar-benar gak punya uang sampai makan pun harus ngutang." 

"Enggak lama dari itu, saat Papa lagi sibuk nyari pekerjaan di jalanan, ada perempuan yang kecopetan. Awalnya Papa gak mau bantu karena Papa lagi nyari-nyari pekerjaan, terus karena Papa lihat gak ada yang bantuin karena jalanan di situ juga sunyi, akhirnya Papa nolongin perempuan itu. Setelah di tolong, perempuan itu berterima kasih. Papa sempat di kasih imbalan tapi Papa tolak, Papa tolong perempuan itu ikhlas. Sekitar seminggu setelahnya ada beberapa orang yang berbadan besar datang ke rumah, perempuan itu juga datang." 

"Gak di sangka, perempuan itu cari tahu tentang Papa. Saat itu Beliau sudah tahu keadaan Papa, dari Papa yang kehilangan semua hartanya sampai memutuskan tinggal di rumah kecil. Lebih kagetnya lagi, perempuan itu datang dan bawa sertifikat rumah, kantor perusahaan, dan tanah lahan Papa." 

"Kamu udah ingat kan, siapa perempuan itu?" 

Celindia menatap Kalana. "Oma Amara."

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Dilamar CEO Kejam   Chapter 30 : Nasib Jordan

    Celindia membuka matanya dengan perlahan, suara ringisan keluar dari bibirnya saat ia mencoba menggerakkan tubuhnya. Netranya melihat ke sekelilingnya. Sunyi. Tidak ada siapapun di dalam ruangan VIP itu selain dirinya, ia menghela napas dengan mata yang terpejam. Ingatannya kembali pada kejadian yang menjadi penyebab dirinya terbaring di brankar rumah sakit ini, perbuatannya yang terbilang nekat dan berani, yang juga membuatnya terlihat seperti orang bodoh. Celindia kembali mengingat. Saat itu, ia ingat sempat melihat wajah tegang Keindra saat berada di dalam mobil. Ia bahkan bisa merasakan tangan dingin Keindra yang menyentuh pipinya dan tangannya yang lain memegang luka tembaknya. CEKLEK Suara pintu yang terbuka membuatnya mengalihkan pandangannya. Keindra terdiam di depan pintu saat melihat Celindia yang sudah sadar dan sedang menatapnya. Mereka terdiam dalam hening yang tercipta. Saling menatap dari jarak yang tidak dekat. Celindia yang lebih dulu tersadar lalu segera menga

  • Dilamar CEO Kejam   Chapter 29 : Tragedi Penusukan

    Keindra berdiri dari duduknya, lalu kembali duduk. Hanya itu yang ia lakukan di depan ruangan operasi yang sekarang masih berlangsung. Sudah lebih dari dua jam pria itu tidak beranjak dari tempatnya. Tepukan dibahunya membuat Keindra menoleh, ia mendapati Jordan yang membawa dua kaleng soda ditangannya. Keindra mengambil satu kaleng minuman yang disodorkan padanya. "Duduk dulu, Ndra." Keindra tidak mengindahkan dan tetap menatap pintu ruang operasi. Jordan menghela napasnya, lalu meminum minumannya. "Kenapa gak lo aja yang pimpin operasinya?" Keindra menatap Jordan dari tempatnya berdiri. Jordan menggeleng sekilas. "Enggak bisa. Ini bukan rumah sakit yang gue pegang, gue juga gak bisa seenaknya lakuin operasi darurat pasien rumah sakit lain." Jordan memang adalah seorang dokter, namun ia tidak bisa sembarangan mengambil alih pasien di rumah sakit yang bukan tempatnya bertugas. Keindra kembali menatap pintu operasi, lampu operasi belum juga mati, yang berarti operasi masih berja

  • Dilamar CEO Kejam   Chapter 28 : Tragedi Peristiwa

    Keindra memberikan pukulan kepada pria bertopeng itu tanpa jeda, ia bahkan tidak memberinya kesempatan untuk mengelak atau pun melawan. Setelah tadi menghabisi semua orang bayaran itu ia memasuki ruangan besar karena mendengar suara jeritan Celindia, saat sampai ia menyaksikan istrinya menahan sakit akibat rambutnya yang ditarik dengan kasar oleh pria yang saat ini sedang ia hajar.Jordan melepaskan semua ikatan yang berada di tubuh Celindia, ia meringis saat melihat memar di wajah dan tangan serta kaki gadis itu."Tunggu di sini, jangan ke mana-mana." Jordan menjauh setelah Celindia mengangguk setuju.Setelah beberapa saat, muncul beberapa orang yang memegang senjata tajam serta topeng di wajah mereka. Jordan membantu Keindra melawan mereka yang kewalahan, sedangkan Celindia meringkuk dengan takut.Mereka ada sekitar tiga belas orang, melawan dua orang jelas perkelahian itu a

  • Dilamar CEO Kejam   Chapter 27 : Diculik

    Celindia membuka matanya yang terasa berat. Ia mengerjap panik, hanya gelap yang berada di hadapannya saat ini.Sangat gelap.Ia bahkan tidak bisa melihat apa pun. Gadis itu beranjak untuk meraba-raba sekitarnya, malah terdiam saat mengetahui dirinya tidak bisa bergerak.Celindia memberontak dengan panik."Hmphh!" Suaranya juga tidak muncul!Ia terengah dan diam sejenak, tahu bahwa usahanya akan sia-sia. Sekarang Celindia paham kondisinya.Ia terikat di kursi kayu dengan mulut yang dilakban serta kepala yang ditutupi sebuah kain, ia memejamkan matanya dengan jantung berdebar.Bagaimana ia bisa di sini?Apa yang terjadi sebelumnya?Di mana dia sekarang ini?Kepala gadis itu mulai berpikir. Seingatnya terakhir kali ia berada di toilet mall, ia melihat wanita jadi-jadian dan hendak keluar dari toilet. Setelahnya ia tidak mengingat apa-apa lagi.

  • Dilamar CEO Kejam   Chapter 26 : Celindia hilang?

    Keindra menatap lurus ke depan, didepannya terlihat beberapa orang dengan pakaian hitam yang melekat di tubuh mereka. Hanya dirinya sendiri yang memakai jas formal, karena memang pria itu tidak pulang dan malah pergi ke markas.Inilah salah satu dari sekian hal yang disembunyikan oleh pria berdarah Amerika itu.Keindra Genanta Aldres. Pria yang memiliki pekerjaan di dua dunia, dunia manusia dan dunia gelap. Ia memang memiliki usaha yang melejit.Tidak hanya di dunia perusahaannya, tapi juga di bisnis gelapnya.Sekarang mereka sedang melakukan runding untuk strategi pemasaran ganja. Pemerintah Amerika tidak bisa diajak bekerja sama, mereka akan membantai habis orang-orang yang terlibat perdagangan benda terlarang itu.Maka dari itu, mereka sedang melakukan rundingan dan mencari cara agar bisnis mereka berjalan lancar tanpa adanya hambatan. Keindra men

  • Dilamar CEO Kejam   Chapter 25 : Wanita Jadi-jadian?

    Celindia melangkah riang dengan senandung lirih dari bibirnya, Andrew mengikuti nonanya dengan berjalan agak sedikit ke belakang. Mereka menatap sekeliling, mall di pusat kota Chicago sangat ramai. "Mau beli apa ya," gumam Celindia kecil. Matanya lalu melihat timezone yang berada tidak jauh dari posisi mereka, Celindia lalu berlari ke arah timezone. Sedangkan Andrew yang tidak tahu malah panik, ia ikut berlari menyusul nonanya. "Wah!" Celindia menatap timezone di depannya dengan mata berbinar. "Andrew, Andrew!" Gadis itu menatap pria disampingnya dengan semangat. "Aku mau bermain!" "Nona bisa membeli kartu timezone ke sebelah sana, mari ikuti saya." Andrew berjalan ke arah tempat dijualnya kartu timezone diikuti Celindia dibelakangnya. Setelah membeli kartu itu, Celindia mulai bermain dengan semangat. Tak jarang

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status