Share

Chapter 4 : Permintaan terakhir

"Kamu mau kan, sayang?" 

"Tolong Oma ya sayang, Oma gak pengen punya cucu menantu selain Kamu. Oma cuman mau Kamu jadi cucu menantu Oma," kata Amara dengan memegang tangan Celindia. 

Amara lalu terbatuk karena merasa lehernya yang kering, makin lama batuk wanita itu makin tak terkontrol. Keindra yang melihat itu dengan sigap keluar, lalu tak lama Keindra kembali dengan dokter di belakangnya. 

Keluarga Pratama menyingkir termasuk Celindia, memberikan ruangan untuk dokter memeriksa kondisi Amara. 

Setelah beberapa menit kemudian, dokter itu menatap Keindra dengan lamat. Keindra dan keluarga Pratama memang tidak keluar dari ruangan itu, dokter itu lalu mendekat dan memegang pundak Keindra. 

"Maaf, tapi Saya enggak sengaja dengar pembicaraan Kalian tentang pernikahan. Saya pikir, tolong turuti saja permintaan terakhir Nyonya Amara." 

"Permintaan terakhir?" tanya Rio, ada nada tak suka yang terselip di pertanyaan itu. 

Dokter itu lalu menatap ke arah Rio, lalu mengangguk. 

"Enggak ada yang tahu umur Nyonya Amara termasuk Saya, mungkin ini bisa jadi adalah permintaan terakhir Beliau."

****

Sekarang Rio, Alges, dan Keindra sedang berada di depan ruangan Amara, Celindia dan Kalana pergi ke kantin rumah sakit untuk membeli minuman. 

"Di dunia ini, hanya Oma yang Saya punya." tiba-tiba Keindra bersuara. 

Rio dan Alges masih diam, menunggu pria itu kembali bersuara. 

"Orang tua Saya meninggal, Kakek pergi entah ke mana. Saya hidup dengan Oma dari kecil," lanjut Keindra. 

"Saya mohon, bujuk Anak Om untuk mau menikah dengan Saya. Saya akan menjamin hidup Celindia, Saya sudah mempunyai perusahaan besar yang Saya dirikan sendiri. Om pasti tahu perusahaan Saya, Saya hanya ingin Oma Saya pergi tanpa beban." 

Keindra menghela napas dengan kepala menatap lurus ke ruangan Amara, kondisi Wanita itu berstatus kritis. Dokter bahkan sudah angkat tangan tentang Amara. 

"Dari dulu, Oma Saya selalu menyuruh Saya menikah. Tapi saat itu umur Saya masih terlalu muda untuk menikah, dan saat itu Saya juga masih sibuk dengan perusahaan Saya." 

Keindra lalu menatap Rio. "Kalau Celindia setuju untuk menikah dengan Saya, Saya akan memberikan lima belas persen saham perusahaan Saya yang ada di Indonesia." kata Keindra serius. 

Rio dan Alges saling menatap dengan raut terkejut, Alges menelan salivanya. Mereka tentu tahu bagaimana kejayaan perusahaan yang di dirikan oleh Keindra, mendapatkan saham dari perusahaannya tentu akan sangat menguntungkan. 

Keindra Genanta Aldres, Ia lahir di Amerika. Wajahnya yang tidak sama sekali menggambarkan wajah asia sudah cukup jelas untuk membuktikan bahwa Ia bukan anak asia, namun saat peristiwa yang merenggut nyawa kedua orang tuanya, Ia harus tinggal di Indonesia bersama Amara. 

Mereka tinggal di Indonesia dalam waktu yang cukup lama, setelah Keindra berusia cukup matang, pria itu memutuskan untuk membuka usaha di negara kelahirannya, Amerika. Amara sempat tinggal bersamanya di Amerika, namun kembali ke Indonesia. 

Sampai Keindra yang terlalu sibuk, Ia tidak mengetahui kondisi Amara yang sudah sering sakit-sakitan. Ia memang mengirim beberapa orang terpercaya untuk menjaga Amara, namun Ia selalu saja lupa untuk menanyakan kabar Amara secara langsung. 

Ia hanya menanyakan kabar Amara lewat anak buahnya, anak buahnya yang menjaga Amara hanya dari luar rumah tentu tidak tahu bagaimana kondisi wanita itu. Sampai beberapa bulan kemudian, Amara jatuh sakit dan di rawat di rumah sakit. 

Sakitnya Amara membuat Keindra kembali ke Indonesia dan tinggal dalam waktu yang cukup lama, Ia juga mempunyai cabang perusahaan di Indonesia. Perusahaannya yang di Amerika Ia amanahkan kepada sahabat sekaligus orang kepercayaannya. 

"Silakan bicarakan ini dengan Celindia, Saya mohon pertimbangkan omongan Saya tadi." kata Keindra menatap Rio dan Alges. 

Tak lama Celindia dan Kalana datang dengan tas plastik yang berisi beberapa minuman botol, Kalana menyuruh Celindia membagikan minuman itu kepada ketiga pria yang hanya duduk diam di depan ruangan Amara. Celindia membagikan dua botol kepada Ayah dan Kakaknya, Ia lalu membagikan satu botol kepada Keindra. 

Keindra menatap lama botol itu, lalu menerimanya dengan tatapan mengunci mata Celindia. Celindia yang salah tingkah akhirnya mengalihkan pandangannya.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status