“Kenapa kamu memojokkanku! Padahal, kamu yang mulai duluan. Jujur aja kalau kamu gak mau mengakuinya!”Rain langsung menginjak pedal gas dan mengemudikan mobil dengan kecepatan 70 kilometer perjam, membuat Sea terhempas ke belakang karena posisinya belum diikatseat belt. Tangannya segera meraihhandledi atas jendela dan mencengkeramnya kuat-kuat, sedangkan satu tangan lainnya mencoba memasangseat belt.Rain melirik jam digital yang menempel di dashboard mobilnya menampilkan waktu pukul 13.50. Itulah alasan mengapa ia melaju dengan kecepatan penuh.“Kamu ikut denganku dulu," pekiknya.“Ke mana?Meeting?”Rain menaikkan kedua alisnya yang tebal memben
“K-kok mendadak?” tanya Sea gagap.“Memangnya … Nak Rain sudah kenal Sea lama, ya?”“Sudah beberapa bulan yang lalu, Pak.”“Papa gak kasih izin aku nikah muda kan, Pa? Lagian juga kenal belum lama masa langsung ngajak nikah?”Sea menyahuti lebih dulu. Sebenarnya, ia bukan cemas, melainkan hatinya merasa tak karuan.“Memang kenapa? Papa sama alhmarhumah mama kamu aja kenal sebulan langsung diajak nikah.”“Tapi, aku kan baru lulus, Pa. Belum kuliah, belum kerja, belum ini, itu dan banyak lagi.”“Aku enggak akan larang kamu untuk melakukan itu semuanya, kok,” ujar Rain dengan tenang sambil melempar senyum hangatnya.Thomas pun melirik putrinya dengan senyuman tajam. Sepertinya, ia pun paham bagai
Di tengah kebisingan jalanan kota Bandung saat itu kebetulan lalu lintas lumayan lancar. Sampai tiba mendekati bandara, jalanan berubah padat merayap. Rain pun menatap nyalang orang-orang dan membunyikan klakson sekencang-kencangnya pada setiap kendaraan yang berusaha menyalip dan menghalangi jalannya.Ia kembali menggoyang kaki, lalu menggoyangkan setiap jari tangan bergantian di atas kemudinya. Dalam lima menit sekali melirik jam didashboardmobil. Sesekali ia menggertakkan gigi dan menghela napas mencoba menguatkan kesabaran.Rainmemarkirkan mobil dan bergegas lari ke terminal keberangkatan internasional. Ia berlari sambil terus menghubungi nomor Sea yang tak kunjung tersambung. Sampai di dalam ia memperhatikan jadwal penerbangan menuju California diFlights Information Display System, boarding passpukul 11.45, ia membandingkan dengan jam di arlojinya menunjuk hampir ke angka dua b
Sesampainya di rumah, Cyra sedang duduk melamun di sudut kamarnya. Dipeluknya Ruby sambil menumpukan dagu di atas kepala boneka kesayangannya. Cyra sadar kalau sepasang mata papanya sedang mengintip di balik pintu. Ia pun lekas berlari menuju Rain, lantas ditangkap oleh papanya untuk segera digendong. Didekap erat tubuh atletis papanya bersama Ruby.“Maamaa, Pa …?” Suara isak tangis Cyra.Rain mendekap putrinya semakin erat, ditepuk-tepuk punggungnya dengan halus dan penuh kasih sayang.“Maamaaa …?” Suara rengekan Cyra, betapa ia merindukan seorang ibu.“Mama pergi jauh. Nanti kita temui Mama, ya, Sayang,” bujuknya.Suara isak tangis masih menderu. Kemejanya dibasahi air mata putrinya.“Malam ini mau tidur sama Papa?”Cyra diam sejenak, lalu perlahan menjauh dari dekapannya. Dipandangi papanya, lalu ia mengangguk tanda setuju. Rain tak sanggup melihat kesedihan di waj
Sore hari Sea dan Cyra menghabiskan waktu senggang di taman. Tampak dari kedua ekor mata Rain terus memperhatikan mereka berdua, memperhatikan cara gadis yang akan dinikahinya itu memperlakukan Cyra seperti anaknya—mungkin lebih cocok seperti adiknya. Lekukan senyum tersungging tanpa sadar saat ia berdiri di ambang pintu sambil memasukkan kedua tangannya ke saku celana, seperti biasanya. “Pak Rain?” Lelaki itu sedang melamun, membayangkan jika mereka sudah benar-benar seperti keluarga. Entah seperti apa dan bagaimana rasanya nanti. Seperti ada kuda berpacu di dalam dada berlomba mencapai finish pertama. Tatapan matanya kosong. Namun, senyumnya tetap terjaga seperti sebelumnya. “Pak Rain!?” Suara panggilan lebih keras lagi. Rain tersentak kaget. Lamunannya berhamburan begitu saja setelah dipanggil Bi Ina beberapa kali sambil menepuk bahu Rain. “E-eh. Kenapa, Bi?” “Anu … makan malamnya sudah siap
“Sa-saya te-terima, nikahnya Tho-thomas Adiwijaya binti Se-seavina Amanda.” “Stop stop ….” Pak Penghulu menghentikan ijab kabul. Semua tamu yang menyaksikan prosesi khidmat malah terbahak karena Rain tampak linglung dan gelagapan sampai-sampai nama calon istrinya tertukar dengan nama calon papa mertuanya. Thomas dan Sea yang sebelumnya dalam suasana terharu malah tak bisa menahan gelak tawa. Beberapa tetes keringat berembun di dahi dan mengalir ke sisi pipinya. Wajahnya tampak gelisah, bukan seperti Rain yang tegas dan eksplisit seperti biasanya. Entah apa yang dipikirkannya saat itu. “Tenang ya, Pak. ‘Kan udah pengalaman. Kalau ijab kabulnya gemeteran, gimana nanti malamnya, Pak? Kasian nanti istrinya keburu tidur.” Pak Penghulu meledeknya untuk mencairkan suasana kaku. Semua tamu pun ikut tergelak mendengar lelucon pria b
Sudah tiga hari semenjak pernikahan sejoli yang terpaut usia lebih dari sepuluh tahun itu. Mereka pun sudah kembali ke Bandung dan tinggal bersama di rumah Rain. Selama tiga hari itu pula tak ada sesuatu yang istimewa terjadi di antara mereka karena Cyra selalu menempel pada Sea sejak pagi, siang, malam, hingga pagi lagi.Rain pun hanya bisa mengelus dada karena harus menahan hasrat kejantanannya demi melihat kebahagiaan putri kecilnya.Hari-hari berlalu dan mereka menjalani kehidupan normal seperti biasanya: Rain dengan pekerjaannya dan Sea yang sibuk mempersiapkan kuliahnya sebagai mahasiswi baru.Dua minggu berlalu, setiap pagi Rain pergi dua jam lebih awal daripada istrinya. Mereka akan bertemu kembali di sore hari dan menghabiskan waktu dengan putri kecil yang mereka cintai.Ketika sore hari Sea sudah tiba di rumah dan se
Ia terus memperhatikan mereka. Kemudian, terlihat mereka berdiri bersama dan Rain mengambilkan coat dari gantungan kemudian memakaikannya pada si gadis. Lalu, mereka hendak keluar bersama.Sea pun segera mencari tempat persembunyian di balik tembok yang agak jauh. Sementara, Rain dan gadis itu berjalan bersama menuju lift sambil bersenda gurau. Bahkan, tangan suaminya tak segan mengacak rambut si gadis seperti orang yang saling menyayangi.“Siapa gadis itu?” gumamnya.Sea pun makin kesal dibuatnya. Ia sendiri tak pernah diperlakukan manis seperti itu apalagi bisa bersenda gurau dengan lelaki yang sedang menggunakan kemeja abu tersebut. Itu hanya mimpi baginya.Tak lama Fira muncul dari arah lain sambil membawa tumpukan map. Ia dihampiri oleh Sea beserta Cyra yang sudah siap memberikan pertanyaan.&nb