Share

Lepas cincin

Nenek Arumi membawa sebuah benda mungil berbentuk love berwarna merah. Dia berjalan menuju kamar Yogi namun sang pemilik kamar masih berada di halaman depan rumah. 

"Nenek mau ke mana?" tanya Yogi ketika ia sudah sampai di ambang pintu masuk. 

Nenek Arumi sontak menoleh, ia melihat ke arah sang cucu tersayang. Nenek Arumi tersenyum manis ke arah Yogi yang sedang mendekat kepadanya. 

"Nenek mau ke kamar kamu," ucap Nenek Arumi. 

"Mau ngapain?" tanya Yogi dengan di penuhi rasa curiga. 

Sekarang Yogi sudah merasakan hal yang tidak nyaman, dia takut jika sang nenek berulah lagi hingga membuat Yogi kesal. 

"Nenek mau memberikan sesuatu kepada kalian, ayo masuk." Nenek Arumi menarik lengan kanan Yogi untuk masuk ke dalam kamar Yogi. 

Clek! 

Pintu kamar tersebut terbuka dan memperlihatkan Shayla yang sedang melaksanakan sholat magrib. Yogi dan nenek Arumi sontak terdiam di tempat hingga Shayla selesai melaksanakan sholat. 

"Itu lihat! Itu baru seorang istri yang soleha seharusnya kamu bersyukur mempunyai istri seperti Shayla, baik sopan dan juga rajin beribadah!" Nenek Arumi berbisik kepada Yogi namun Yogi hanya membalasnya dengan mengangguk malas. 

Shayla mengusap kedua wajah nya, tadinya dia masih ingin membaca kitab suci Al-Quran namun dia sadar bahwa ada seseorang di dekatnya dan sedang memperhatikan dia. 

"Eh! Nenek Arumi, ada apa Nek?" Shayla langsung bangun dan mendekat ke arah mereka berdua. 

"Enggak, gak ada apa apa sih hanya nenek ingin memberikan kalian sesuatu karena tadi siang nenek lupa mau memberikannya pada kalian waktu di mesjid." 

Nenek Arumi mengeluarkan kotak kecil berbentuk love dan berwarna merah itu. "Ini," ucap nya. 

Shayla dan Yogi menatap kotak kecil tersebut, sementara Yogi sudah paham bahwa kotak tersebut berisikan cicin pernikahannya. 

[Malas sekali rasanya harus memakai cincin pernikahan seperti ini apalagi harus couple nya dengan perempuan di hadapan aku ini, menjijikkan!] gerutu Yogi di dalam hati. 

"Ini apa Nek?" tanya Shayla yang masih belum paham dengan benda kecil berbentuk hati itu. 

Nenek Arumi langsung membuka benda itu dan terlihat satu pasang cincin pernikahan yang begitu mewah. 

[Bener kan itu cincin pernikahan! hedeh malas sekali rasanya aku.] seru Yogi. 

"Ini itu cincin pernikahan kalian, tadi nenek lupa ingin memberikan kalian cincin ini jadi coba kalian tukeran cincin." pinta nenek Arumi. 

Yogi mendesis keras. "Sudahlah biar nanti saja pakainya aku masih mau mandi, Nek!" ujar nya. 

Shayla yang tadinya sudah sangat senang dan ingin mengambil cincin itu dari benda berbentuk love tiba tiba langsung tidak jadi ketika mendengar ucapan Yogi tadi. 

"Tapi nenek maunya sekarang! Lagian waktunya tidak lama kan? Jadi cepatlah pakaikan cincin itu di jari manis Shayla begitu juga dengan kamu Shayla, kamu juga harus menaruh cincin itu di jari manis Yogi. Ayo cepat setelah itu kalian boleh beristirahat," ucap nenek Arumi. 

"Aku masih ingin membersihkan tubuh aku, Nek! Nanti saja." 

"Nenek mintanya sekarang bukan nanti, paham!" bentak Nenek Arumi. 

Yogi langsung mengambil cincin tersebut dan memasangkannya ke jari manis Shayla dengan terburu buru dan begitu juga dengan Shayla yang agak takut untuk memasangkan cincin milik Yogi ke jari manisnya. 

"Cepet!" ucap Yogi. 

Shayla mengangguk lalu memasangkan cincin itu di jari manis Yogi. 

"Sudah," balas Shayla. 

"Sudah kan Nek? Jadi nenek pergi ke kamarnya untuk beristirahat karena besok ada pertemuan di kantor dengan perusahaan Nagasaki Jepang." Yogi mendorong tubuh Nenek Arumi agar keluar dari dalam kamarnya. 

"Iya iya nenek keluar biar gak ngeganggu kalian dan perlu di ingat nenek ingin punya cicit secepatnya jadi kalian harus membuat cicit untuk nenek." tutur Nenek Arumi.

"Hah?!" Shayla dan Yogi sama sama terkejut. 

"Memangnya kami mesin bisa buat anak dengan cepat!" bantah Yogi. 

"Nenek tidak tau, nenek hanya mau mempunyai cicit secepatnya semakin cepat Shayla hamil semakin cepat warisan almarhum Ayah kamu berubah nama menjadi nama mu."

Yogi bak terguyur hujan badai saat ini. Pernyataan dari nenek Arumi berhasil membuatnya gegana karena tidak mungkin baginya untuk menyentuh tubuh shayla meskipun shayla sudah sah menjadi istrinya. Begitu pula dengan warisan itu, Yogi masih ingin sekali surat warisan dari almarhum sang Ayah secepatnya berubah nama menjadi milik nya. 

[Ini namanya buat perangkat untuk aku, Nenek. Mana bisa aku menyentuh tubuh perempuan ini! Nafsu saja tidak, cinta pun juga tidak bagaimana mau buat anak kalau aku masih sangat jijik dengan perempuan ini? Hn, aku tidak bisa jika harus terusan seperti ini,] keluh Yogi di hatinya. 

"InsyaAllah. Yasudah nenek cepat balik ke kamarnya aku ingin beristirahat." ujar Yogi. 

"Tunggu! Nenek tidak ingin melihat kalian tidur pisah ranjang atau pun apapun itu hingga kalian terpisah tidurnya, Nenek tidak mau dan jika nanti Nenek tau, nenek akan hukum terutama kamu, Yogi. Inget itu!" Ancam nenek Arumi berhasil membuat Yogi semakin terkurung di dalam permainan sang Nenek. 

"Iya," jawabnya singkat. 

"Yasudah nenek akan keluar! Tetapi inget kata nenek dan jangan melanggarnya." tutur nya. 

Nenek Arumi langsung keluar dari dalam kamar Yogi, ia menutup pintu itu kembali lalu menguncinya dari luar. 

"Mereka harus sesegera mungkin bisa punya anak." kata Nenek Arumi dengan antusias sekali lalu berjalan menuju kamar milik nya. 

Sementara Shayla dan Yogi yang berada di dalam tidak merasa bahwasanya kamar tersebut di kunci dari luar oleh nenek Arumi. 

Yogi menatap wajah Shayla yang masih mengenakan mukenah di tubuh nya. Dia mengambil tangan kanan Shayla agar menadahkan tangannya lalu membuka cincin di jari manisnya. 

"Ini, saya tidak suka dengan cincin ini bahkan saya tida sudi jika harus couple dengan kamu meskipun cincin ini adalah cincin pernikahan namun bagi saya ini hanyalah cincin biasa. Tidak ada yang istimewa atau pun yang lainnya! Harus di ingat, kita memang menikah namun pernikahan ini bukanlah pernikahan yang nyata. Saya dan kamu tetap buka siapa siapa saya tidak kenal dengan anda begitu pula dengan anda, jadi berhentilah membayangkan pernikahan ini karena yang sebenarnya pernikahan ini hanya untuk pembantu saja untuk saya agar bisa mendapatkan warisan Almarhum Ayah." 

Yogi menaruh cincin milik nya di tangan kanan Shayla. 

"Kamu mungkin membutuhkan cincin ini nanti untuk saya cincin ini bukanlah siapa siapa, benda ini tidak saya butuhkan sama sekali karena cincin ini adalah cincin pernikahan saya yang sangat terpaksa dengan anda!"

"Simpan saja jika kamu mau namun jika kamu tidak mau buang saja, saya tidak akan melarang dirimu karena saya tidak membutuhkan benda itu sama sekali." sambung nya. 

Shayla diam. Dia membiarkan Yogi meluapkan semuanya. Sudah jelas hati Shayla akan merasakan sakit hati yang begitu mendalam. Malam ini hatinya benar benar di uji dengan tidak cintanya sang suami kepada dirinya sendiri. 

[Kenapa laki laki yang aku idamkan dari setahun yang lalu tiba tiba seperti ini? Di mana sifat asli laki laki yang pernah aku kagumi? Kenapa dia bisa menjadi seperti itu, dingin serta tidak mau menganggap aku sebagai istrinya.]

"Dan ingat ini! Jangan pernah dengerin permintaan Nenek yang tidak seharusnya di penuhi, misalnya buat anak tadi, jangan di turuti karena saya tidak mungkin akan menyentuh kamu sebab saya tidak pernah mencintai kamu dan sampai kapan pun saya sendiri tidak akan pernah bisa mencintai kamu!" tegasnya. 

Shayla terkejut mendengar penjelasan itu. Ingin bahagia takut salah serta ingin bersedih takut juga terluka. 

"Aku tau Mas pernikahan ini hanya mendadak serta tidak ada ikatan cinta di dalam pernikahan ini namun aku hanya meminta kepadamu untuk mengizinkan aku, untuk mencintaimu meskipun kau tidak mencintai aku." ujar Shayla berusaha tegar dengan senyuman ikhlas. 

"Saya melarang kamu untuk mencintai saya bahkan apa pun alasannya saya tidak mau sebab dari awal saya bertemu dengan kamu saya sudah merasa jijik terhadap kamu! Jadi saya tidak mau tidur dengan kamu, titik!"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status