Share

Di kurung berdua

Yogi tertidur di atas ranjang sementara Shayla tidur di atas sajadah, setelah melaksanakan sholat tahajjud Shayla ketiduran di sana. Jam sudah menunjukkan pukul tujuh pagi namun kedua orang tersebut masih tetap tertidur hingga kemudian Yogi terbangun. 

Yogi memiringkan tubuhnya ke arah kanan, ia diam sejenak namun tanpa sadar dia melihat Shayla yang tertidur di atas sajadah dengan mukenah yang masih tetap di tubuhnya. 

"Malas sekali hari ini!" Yogi duduk lalu meregangkan tubuhnya dengan sesekali dia menguap. 

"Sudah jam berapa ini? Jam tujuh pagi! Aduh aku ada pertemuan dengan perusahaan Nagasaki di Jepang kan, aduh aku masih belum siap siap lagi." Yogi turun dari atas ranjang dengan terburu buru lalu langsung pergi ke arah kamar mandi. 

Shayla merasa terusik dengan langkah kaki Yogi yang begitu terburu buru sekali lewat di sebelahnya hingga tidur Shayla terganggu dan langsung bangun. 

BRAK! 

Yogi membanting pintu kamar mandi hingga menimbulkan suara keras karena saking terburu buru nya. 

"Pelan pelan bisa kan Mas tutup pintunya," ucap Shayla. 

"SAYA SUDAH TELAT!" teriak Yogi dari dalam kamar mandi. 

Shayla langsung menghembuskan nafas lesu. Dia berdiri lalu melepaskan mukenah nya dan melipat nya dengan serapi mungkin kemudian Shayla menaruhnya di atas meja yang berada di dalam kamar tersebut. 

"AMBIL KAN SAYA HANDUK DI LEMARI!" 

Belum sempat langkah kaki Shayla sampai di dekat meja tiba tiba Yogi sudah berteriak dari dalam kamar mandi untuk meminta handuk. 

"Mas Yogi mandinya cepat sekali, apa dia tidak pakai sabun? Cepat sekali seperti bebek kalau mandi," ucap Shayla pelan. 

"CEPAT! SAYA SUDAH TELAT JANGAN DIAM!!" teriak nya lagi. 

"IYA MAS TUNGGU SEBENTAR!" Shayla menaruh mukenah nya di atas ranjang lalu mengambil handuk di lemari. 

"Di lemari yang mana Mas?" tanya Shayla. 

"APA?" Yogi balik nanya. 

"Aduh nanya handuk malah di jawab apa... ANU MAS HANDUK ADA DI LEMARI YANG MANA?" 

"SELATAN," jawabnya. 

Shayla langsung membuka lemari yang di maksud Yogi tersebut dan mengambil handuk berwarna biru. 

"CEPAT!" 

"Iya Mas ini masih jalan," ucap Shayla lalu mengetuk pintu kamar mandi. 

Tok...tok...tok! 

"Jangan melihat ke arah saya, kamu harus memberikan handuk itu dengan cara membelakangi saya!" pinta Yogi. 

Shayla langsung menghembuskan nafas malas.

[Ini orang banyak maunya!] gerutu Shayla di dalam hati nya. 

Dia langsung kembalikan tubuhnya dan menjulurkan handuk tersebut dengan cara membelakangi pintu kamar mandi. 

"Bentar jangan liat." Yogi mengambil handuk tersebut lalu menutup lagi pintu itu. 

"Hn, untung suami kalau enggak gak bakalan aku menurut seperti ini." Pekik Shayla lalu mengambil mukenah nya yang berada di atas ranjang. 

Clek. 

Yogi keluar dari dalam kamar mandi dengan handuk berwarna biru yang sudah melilit di pinggangnya. Dia keluar dengan rambut basah dan dada telanjang  yang menawan. 

Shayla sontak menoleh, ia langsung melotot kan matanya serta menganga karena saking kaget melihat Yogi keluar dari dalam kamar mandi dengan dada telanjang. 

[Sungguh ini kah Surga?] tanya Shayla di dalam hati. 

Yogi langsung mengerutkan kedua alisnya. Ia tidak suka di pandang seperti itu oleh Shayla. 

"Jangan menatap saya seperti itu! Wajah kamu sangat jelek jika seperti itu!" kata Yogi. 

Shayla langsung nyengir lalu dia membawa mukenah nya dan menaruhnya di dalam lemari kemudian dia mengambil handuk milik nya lalu berjalan menuju kamar mandi. 

"Mau ke mana?" tanya Yogi cepat. 

"Ke kamar mandi Mas, kenapa Mas?" tanya Shayla balik. 

"Ambil kan baju kantor aku di ruang baju di luar!" pintanya. 

Shayla menaruh handuk itu di atas ranjang lalu berjalan ke arah pintu. Pada saat dia ingin membuka pintu tiba tiba tidak bisa. 

"Loh! Kok tiba tiba gak bisa ya Mas? Seperti ada yang kunci kita dari luar," kata Shayla panik. 

"Yang benar saja!" ucap Yogi. 

"Iya Mas pintunya di kunci dari luar! Ini aku sudah mencoba untuk membukanya namun tetap saja tidak bisa."

Yogi mendekat ke arah Shayla lalu dia mencoba pintu tersebut dan benar pintu kamarnya di kunci dari luar oleh Nenek Arumi. 

"Nenek Arumi!" pekik Yogi. 

"Nenek Arumi yang kunciin kita di sini Mas?" tanya Shayla. 

"Iyalah siapa lagi kalau bukan dia!" Yogi langsung mengambil handphone milik nya yang berada di atas ranjang, ia langsung menelfon nenek Arumi. 

Yogi mendesis keras. "Gak di angkat lagi!" ucapnya kesal. 

Ia terus memaksa menelfon nenek Arumi. Yogi sudah mulai kesal hari ini karena ulah sang Nenek. 

"Terus bagaimana kamu mau ke kantor Mas kalau pintunya saja di kunci dari luar?" tanya Shayla. 

Yogi menatap wajah Shayla sebentar lalu mengalihkan pandangannya ke arah lain untuk mencari ide brilian agar bisa keluar dari kamar tersebut. 

"Aaargh!" Yogi mengacak acak rambut nya lalu membanting handphone nya ke ranjang. "kenapa gak di angkat angkat telepon nya!" ucapnya. 

"Apa mungkin nenek Arumi sudah pergi keluar rumah?" nyeletuk Shayla. 

Yogi langsung menatap Shayla dingin membuat Shayla langsung mengangguk paham hingga kemudian dia tidak bertanya lagi.

"Kenapa harus di kunci di kamar sama perempuan jelek ini sih!" gumam Yogi dengan sangat geram. 

"Aku pamit mau mandi dulu Mas," kata Shayla. 

"Kenapa mesti pamit kepada saya? Memangnya saya siapa kamu?" tanya Yogi. 

"Mas kan suami aku," jawab Shayla pelan sambil tersenyum. 

"Menjijikkan sekali! Sana pergi kalau memang mau mandi dan ingat saya bukan suami kamu, kamu hanya istri di depan nenek Arumi saja selain itu kamu hanya orang asing yang hanya numpang di hidup saya!" tutur Yogi. 

Shayla hanya bisa tersenyum sebab dia juga bingung ingin melakukan apa lagi jika Yogi sudah bilang begitu kepada dirinya. Shayla mengambil handuknya lagi lalu menuju kamar mandi untuk mandi. 

"Iih! Ini semua rencananya nenek Arumi sudah pasti dia!" Yogi langsung merebahkan tubuhnya di atas ranjang. "lama lama aku bisa mati berdiri jika harus di atur atur seperti ini."

Cling...cling... 

Seseorang mengirimkan pesan kepada Yogi. Mendengar suara pesan W******p masuk Yogi langsung bangun dan melihat pesan masuk tersebut lalu membacanya.

"Nenek Arumi, aku pulangnya nanti jam satu ya sayang, kalian yang akur ya di kamar kalau bisa gak usah keluar kamar hingga Shayla hamil." 

Setelah membaca pesan dari Nenek Arumi Yogi kembali mengacak acak rambut nya kesal. 

"Jam satu, yang benar saja! kalau begini aku gak makan jika terus terusan di dalam kamar ini!" Yogi menjambak rambutnya frustasi. 

"Pikiran nenek Arumi itu cucu terus cucu terus, apa dia tidak bisa kasihan begitu ke aku! Aku mana bisa menyentuh tubuh perempuan yang tidak sama sekali aku cintai." gerutunya. 

Shayla membuka pintu kamar mandi sedikit yang hanya memperlihatkan kepalanya yang masih tertutup ciput. 

"Mas Yogi boleh minta tolong gak?" tanya Shayla. 

Yogi menoleh. "Apa?" tanyanya cuek. 

"Ambil kan pembalut aku di tas," ucapnya pelan. 

"Apaan saya gak dengar! Coba bicara dengan suara keras!" kata Yogi.

"Tolong ambil kan pembalut di tas aku." 

"Pembalut? Memangnya kamu ada luka?" Yogi banyak tanya. 

"Enggak Mas, tapi aku pms sekarang," jawab Shayla lalu nyengir. 

"Gak mau! Ambil sendiri saja saya jijik liat pembalut wanita!" ucapnya. 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status