Home / Rumah Tangga / Dimadu Suami Dinikahi Kakak Ipar / Bab 99 - Penyebab Pesan Gilang Hilang

Share

Bab 99 - Penyebab Pesan Gilang Hilang

Author: Night Shade
last update Last Updated: 2025-06-27 11:53:23

"Aku enggak yakin harus ngomong apa, tapi... mungkin ini waktunya."

Gilang bergumam lirih di tengah sepi. Suaranya hampir tenggelam oleh deru kendaraan dari kejauhan. Dia duduk sendirian menyandar di dinding rumah kontrakannya yang sempit di pinggiran Jakarta. Jendela terbuka, membiarkan angin sore menyusup ke sela ruangan, membawa bau debu, sisa hujan semalam, dan suara nyaring penjual keliling yang lewat sesekali.

Terdengar suara ibu-ibu tetangga kontrakannya mengobrol. Ada suara anak-anak yang bertanya pada ibu mereka mengenai penghuni baru kontrakan mereka yang jarang keluar.

“Om-Om itu kenapa enggak pernah keluar, Bu?” tanya suara seorang anak perempuan.

“Tidur mungkin.” Ibunya menyahut asal.

“Nama Om itu siapa, Bu?” tanya anak kecil itu lagi.

“Kamu tanya sana. Cerewet banget. Sana main.” Ibunya mulai berdecak.

Gilang tersenyum kecil mendengar itu. Padahal menurutnya anak itu pintar dan orangtuanya mestinya tidak menghentikan anaknya untuk bertanya kritis. Pastilah anak itu ber
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Dimadu Suami Dinikahi Kakak Ipar   Bab 108 - Tertunda

    “Hah!” Gilang mengeluh keras. Pagi itu, pukul 07.30 WIB. Di rumah kontrakan kecil yang sederhana, Gilang duduk di meja kayu tua, ditemani kopi yang sudah tidak lagi hangat. Matanya terpaku pada layar ponsel, jarinya berulang kali melayang tanpa menekan satu pun tombol.Di Los Angeles masih pukul 17.30, sehari sebelumnya. Alvin kemungkinan masih di kantornya, atau setidaknya belum pulang. Gilang akhirnya menghela napas dan menekan panggilan.Beberapa detik kemudian, suara Alvin menjawab, “Halo? Lang?”“Vin, aku butuh bantuanmu. Tapi bukan soal toko atau kebakaran.” Gilang berkata segera tanpa basa-basi.“Oke... Jadi soal apa?”“Soal ibunya Elok. Saraswati Dewi.”Alvin terdiam sesaat. “Kenapa? Dia kan masih dirawat di Malaysia.”“Nah itu. Aku curiga sekarang Rima, Mamaku, terlibat terlalu jauh. Aku baru tahu kalau dia mulai minta akses ke catatan medis dan ngurus proses kepulangan Bu Saras. Elok enggak tahu apa-apa soal itu.”“Bu Rima?” Alvin mengulang. “Dia yang dulu bawa Bu Saraswati

  • Dimadu Suami Dinikahi Kakak Ipar   Bab 107 - Kebenaran yang Tertunda

    “Ini gila,” gumamnya lirih. “Aku ninggalin dia. Di rumah itu. Sendirian.”Gilang mengunci koper hitamnya dengan gerakan lambat. Tiket pesawat ke Los Angeles tergeletak di atas meja kontrakan, bersebelahan dengan map lusuh berisi catatan Haris dan flashdisk kecil yang kini terasa jauh lebih berat daripada ukurannya. Dia memandangi lembar tiket itu cukup lama hingga matanya buram oleh pikiran.Alvin sudah mengatur semuanya. Penerbangan malam ini. Tidak ada jeda. Tidak ada waktu untuk keraguan.Namun justru itulah masalahnya.Dia berdiri di depan koper, lalu duduk kembali. Berkali-kali. Kepalanya tertunduk, siku menyandar ke lutut, sementara tangan menyisir rambutnya yang mulai kusut karena terlalu sering ditarik ke belakang.Ponselnya tergeletak di meja. Hening. Tidak ada pesan masuk. Tidak ada suara.Gilang berdiri mendekatinya, mengambil ponsel itu dan membuka daftar chat. Nama Elok masih ada di urutan atas. Terakhir dia mengirim pesan suara… pesan yang tidak pernah sempat benar-benar

  • Dimadu Suami Dinikahi Kakak Ipar   Bab 106 - Dua Wajah yang Bersembunyi

    “Elok, kamu ngapain lagi pagi-pagi di sini?” suara Damar terdengar dari belakang saat Elok sedang menyusun beberapa piring sarapan di dapur rumah utama. Elok menoleh, menahan desakan dalam hatinya untuk bersikap datar.“Aku cuma bantu Sari siapkan makan. Bu Retno belum sembuh.” Elok melirik sebentar, lalu kembali menaruh mangkuk berisi sambal.Damar mendekat, wajahnya tetap keras. Tidak pernah ramah sedikitpun padanya. Ada nada menyelidik dalam matanya. “Bantu? Atau kamu lagi nyari-nyari alasan buat tetap mondar-mandir ke sini?”Elok menahan napas. Lalu dia bertanya dengan hati-hati, “Mas Damar… kamu masih ingat enggak satpam yang kerja cuma tiga hari sebelum kebakaran dulu? Namanya Sarman.”Pertanyaan itu membuat Damar langsung kaku. Tangan yang tadi menggenggam gelas tiba-tiba berhenti di udara. Sorot matanya berubah waspada. “Sarman?” tanyanya pelan, lalu cepat-cepat mengalihkan topik. “Aku enggak ingat ada nama begitu. Jangan-jangan kamu salah dengar.”“Tapi…” Elok mencoba mengej

  • Dimadu Suami Dinikahi Kakak Ipar   Bab 105 - Titik Balik yang Tersembunyi

    “Coba kamu tutup mata sebentar, Mbak,” ujar Sari pelan sambil menyodorkan gantungan kunci boneka rajut usang ke telapak tangan Elok. “Kamu inget enggak, benda ini ada di mana terakhir sebelum malam itu?”Elok memejamkan matanya. Jari-jarinya menggenggam gantungan itu erat. Sesuatu di ujung kepalanya seperti berdenyut. “Ini... di laci kasir toko,” bisiknya. “Aku inget jelas. Soalnya waktu itu resleting tasku rusak, jadi aku lepas gantungan ini biar enggak hilang.”“Terus?” desak Sari lembut.Elok menggeleng pelan. “Setelah itu, gelap. Semua blur.” Dia membuka matanya perlahan. “Tapi aku tahu gantungan ini bukan kebetulan muncul di rumah kecil ini setelah kebakaran.”Sudah dua jam mereka duduk bersila di lantai rumah kecil dengan menyebarkan beberapa benda yang baru saja ditemukan Sari dari gudang kecil di samping rumah utama. Sebuah kardus berdebu yang terselip di belakang lemari alat kebersihan, tidak tersentuh.“Aku nemuin ini tadi pagi pas nyari lap pel. Kukira cuma sampah, tapi te

  • Dimadu Suami Dinikahi Kakak Ipar   Bab 104 - Yang Menjadi Alasan

    “Elok itu sudah mulai ngawur. Kalau kamu masih diam saja, Damar, dia bisa bikin semuanya berantakan.”Nada suara Rima meninggi, menggema di ruang makan rumah utama yang pagi itu sepi dari suara sendok dan piring.Damar berdiri membelakangi ibunya, tangan mengepal di sisi tubuh. “Aku sudah peringatkan dia. Tapi dia keras kepala.”“Kamu suaminya, Damar,” potong Rima tajam. “Tunjukkan siapa yang berkuasa. Kalau dia terus mengorek masa lalu, ini akan jadi bencana. Kamu tahu apa yang dipertaruhkan.”Damar menghela napas panjang, matanya menatap kosong ke luar jendela. “Dia hanya perempuan yang tersisa harapan karena ibunya. Itu saja. Tapi kalau dia mulai menggangu, aku tidak akan diam.”Rima berdiri, menyapu roknya perlahan. “Pastikan dia tahu batasnya. Atau aku sendiri yang akan mengambil alih.”Damar tidak menjawab. Matanya masih menatap keluar jendela akan tetapi kedua tangannya masih mengepal. Dia tidak suka disalahkan oleh kedua orang tuanya atas semua tindakan sembrono yang diambil o

  • Dimadu Suami Dinikahi Kakak Ipar   Bab 103 - Dalam Bayangan

    “Apa aku siap?” gumam Gilang pelan, menatap layar laptop yang hanya menampilkan ikon kosong. Jari-jarinya menggenggam flashdisk kecil pemberian Haris. Tangannya gemetar sedikit, meski udara malam tak sedingin pikirannya.Gilang menyalakan kipas angin kecil di kontrakan sempitnya. Suara berdengung yang keluar tak mampu mengusir panas yang menempel di kulitnya sejak ia kembali dari Bandung. Jaket yang tadi dia kenakan tergantung di balik pintu.Dia duduk di lantai beralaskan karpet tipis. Di depannya, laptop lama menyala redup. Gilang belum membuka isi flashdisk itu. Ada perasaan aneh berupa takut, penasaran, dan sedikit ragu. Dia tahu, begitu file itu dibuka, tak ada jalan mundur.Ponselnya bergetar pelan. Panggilan masuk dari Alvin.“Lang, kamu udah balik Jakarta?” suara Alvin terdengar dari seberang.“Udah. Baru sampai tadi siang,” jawab Gilang sambil merebahkan tubuhnya ke sandaran dinding. “Pak Haris kasih aku flashdisk. Katanya itu backup pribadi dari laporan lama toko.”“Gilang,

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status