Beranda / Rumah Tangga / Dimanja Paman Mantan / Bab 4. Aku Tidak Peduli

Share

Bab 4. Aku Tidak Peduli

Penulis: Rias Ardani
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-18 08:39:07

"Sudah puas bicaranya?" Ucapan Dion menghentikan langkahku, yang berniat terus menjauh.

Sebelum aku melempar tanya, tiba- tiba Karina keluar, dengan kedua pengikutnya itu.

"Dion, jangan marah sama Olivia. Dia tidak bermaksud jahat, aku yang salah bicara dengannya," ujar Karina bersandiwara.

Jengah dan bosan sebenarnya kalau sudah begini. 

"Trik apalagi ini?" bentak Dion, membuat aku mengernyit.

"Dion jangan marah begitu, kasihan Olivia ..." lagi- lagi Karina bersuara, membuatku sangat muak.

"Lihatlah Karina, dia begitu baik dan lembut. Bahkan dihadapan Dion saja, dia masih membela wanita tidak tahu malu ini," ujar Siska.

"Jijik," lanjut Lani, yang juga salah satu pengikut Karina.

Aku menghembuskan napas malas.

"Berhenti membuat masalah, Olivia. Minta maaflah pada Karin, jangan menyinggungnya," pinta Dion.

"Minta maaf untuk apa? Salahku dibagian mana?" 

"Dion sudahlah. Olivia tidak salah, aku yang salah," kata Karin dengan suara bergetar.

Luar biasa benar wanita busa ini.

"Aku tahu kamu tidak suka aku dekat dengan Karina. Tapi jangan kamu coba- coba ganggu dia, aku sudah sering peringatkan kamu, Olivia ...."

"Aku ganggu Karina? Aku gak suka kamu dekat dengan Karina? Hah, gila benget. Pernyataan macam apa ini. Kamu mau dekat dengan siapapun, aku tidak perduli lagi, oke."

Wajah Dion begitu marah dan tidak senang dengan ucapanku barusan.

"Aku malah berdoa, semoga secepatnya kalian bersatu," tegasku.

"Munafik! Kita semua juga tahu, bertahun'tahun kamu mengejar cinta Dion. Jadi sangat tidak mungkin, kamu tiba- tiba tidak menyukainya," ujar Siska.

"Ya, itu benar. Mustahil kamu tidak suka Dion lagi, entah trik apa yang sedang kamu mainkan ini," timpal Lani. 

"Dua pengikut bodoh ini, benar- benar menyebalkan," gumamku dalam hati.

"Sudahlah, Dion jangan diperpanjang lagi. Lagian aku sudah maafin Olivia kok. Aku yakin, dia pasti tidak bermaksud begitu, kita harus pahami dia," ucap Karina.

"Terserah kalian, lama- lama aku gila, jika terus berbicara dengan kalian," sahutku sambil berjalan cepat.

Tiba- tiba, tangan Dion menarik tanganku, dan membuatku nyaris jatuh.

"Astaga, apalagi ini?" Aku menghentakkan kakiku ke lantai. Aku benar- benar kesal, jika harus terus berdebat dengan mereka.

"Minta maaf sama Karina," titah Dion dengan tegas.

"Apa'an sih," pekikku. Aku berusaha menarik tanganku dan cengkraman Dion, tapi lelaki itu menggenggamnya dengan kuat.

"Minta maaf," lanjutnya. 

"Gak! Sialan," makiku dan akhirnya aku gigit saja tangannya. Dion memekik dan akhirnya melepaskan genggaman tangannya padaku.

"Aduuuhhh ...." 

"Dion," pekik Karina. Dan mereka pun ricuh mengurus Dion yang kesakitan.

"Dasar gila! Berhenti kalian menggangguku," bentakku.

"Kamu yang gila! Awas kamu, kalau Dion kenapa- kenapa, kamu tanggung akibatnya," ancam Siska.

"Bodo amat!" balasku sambil melajukan langkah, meninggalkan 4 orang gila itu.

Entah kenapa, semakin kesini, mataku semakin terbuka melihat aslinya Dion.

Apa selama ini, aku yang tidak sadar, bahwa Dion sangat tidak seistimewa itu, kenapa dulu sampai aku tergila- gila? Benar- benar memalukan.

Dulu aku begitu terobsesi karena Dion cukup pintar, dan aku selalu meminta dia mengajariku. Meskipun sikapnya dingin, tapi dia tidak pernah menolak.

Kupikir karena merasa diperlakukan berbeda, dia bisa memiliki rasa padaku. Bahkan mengenai kedekatannya dengan Karina, yang aku tahu pun mereka tidak ada hubungan apa- apa. Hanya sebatas cerita teman- teman, kalau mereka saling suka.

Karena merasa cantik dan pintar, aku merasa mampu mengalahkan Karina, dan akan mendapatkan cinta Dion. Nyatanya? Bayangan kematian itu benar- benar menyadarkanku.

Kalau Dion, memang hanya menyukai Karina, bukan aku maupun wanita lain.

Setelah papan pengumuman kelulusan dikeluarkan, semua berkumpul dan mulai bersorak riang. Dinda, sahabat cantikku itu memekik dan memelukku, sebab namaku berada diurutan teratas, yang merupakan nama pemilik hasil nilai tertinggi.

Sebagian teman- teman juga memberikan ucapan selamat padaku, dan sebagian lainnya, kembali mencibir pencapaianku.

Mereka menganggap aku curang dan memanfaatkan Dion, untuk menggeser posisi lelaki itu dari peringkat 1.

Aku tidak perduli, karena bukan urusanku menjelaskan tuduhan buruk mereka.

<<<<>>>>

"Bagaimana hubungan kamu dan Dion, Liv?" 

Aku terdiam, sambil menghela napas berat dan menyandarkan tubuh kesofa.

Bukannya hasil pelajaranku yang ditanya ketika aku pulang sekolah, atau aku lulus atau tidak. Seharusnya pertanyaan itu, yang aku dapatkan.

Tapi ini? Malah tentang hubungan dengan Dion. Sungguh terlalu.

"Tidak ada hubungan," jawabku singkat.

"Olivia sayang, kenapa menjawab pertanyaan ayah begitu, Nak?" Ibu Liliana bersuara, yang bisa dikatakan ibuku.

"Aku capek, kalian selalu saja bertanya tentang Dion. Memangnya kenapa sih? Nggak ditanya hasil ujianku? Aku lulus atau tidak, memangnya itu tidak penting?"

Ayah mendesah.

"Kamu ini kenapa, ayah tanya tentang hubungan kamu juga penting. Demi kontrak bisnis, Liv," ujar ayah, membuat aku tercengang.

"Kontrak bisnis apa?" Aku bertanya terheran- heran. Baru lulus SMA, ayah sudah bicara kontrak bisnis.

"Tidak usah dibahas, belum waktunya. Yang penting, kamu jawab saja. Bagaimana hubungan kamu sama Dion?"

"Tidak ada hubungan, dan tidak akan pernah ada," tegasku.

Mendengar jawabanku, ayah langsung murka dan melemparkan majalah diatas meja ke wajahku.

"Kurang ajar!" makinya. Aku tercengang, dengan tindakan ayah hari ini, yang begitu kasar.

"Ayah? Ada apa ini? Kenapa sampai melempar aku dengan majalah ini?" 

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Dimanja Paman Mantan   TAMAT

    Bab87"Turun!" teriaknya lagi. Aku hanya terdiam, menatap dalam ke wajah wanita paru baya yang bergelar ibu mertua itu.Wanita yang sudah lupa asal- usulnya. Wanita yang seakan sedang berdiri tinggi di atas awan, padahal bukan siapa- siapa."Kamu tuli?" Dia kembali bersuara, dan dengan langkah yang semakin cepat, menuju ke arah kami semua berdiri."Berisik! Satpam, tahan wanita itu," tunjuk kak Dewa, ke arah ibu mertua.Seketika, wajah tua wanita itu terkejut."Kenapa saya ditahan? Memangnya kamu siapa. Ini hari penting untuk anak saya," ujar ibu mertua."Heh Mike, ngapain kamu duduk disitu?" tanya wanita itu, yang baru melihat ke arah Mike terduduk.Mike tidak menyahut."Davina? Ini ada apa, kenapa kalian berdua duduk di lantai?"Ibu mertua terlihat semakin bingung. Namun dia tidak bisa melangkah maju lagi, karena kini di hadapannya ada dua petugas keamanan menghadang."Anakku lelaki terhormat, dan menantuky wanita hebat. Apa yang telah kalian semua lakukan pada mereka? Apakah ini ul

  • Dimanja Paman Mantan   Bab86

    Bab86"Hei, Mike. Kenapa kamu jadi nyalahin aku begini? Kamu dan ibumu yang mau menghadirkan aku, dengan iming- iming karir yang melejit, apa kamu lupa? Kamu jangan coba- coba seakan akan aku yang salah. Padahal kamu dan ibumu, yang menipu Rosalinda.""Diam! Busuk, kamu jangan fitnah aku." Mike berteriak panik."Aku punya semua buktinya, Mike. Semua pesan singkat yang kamu kirim, nggak pernah aku hapus. Untuk apa aku fitnah kamu, akui saja, Mike. Jadilah lelaki kali ini," ujar Davina."Rosa, Rosalinda. Tolong sayang, percaya aku, oke. Dia yang merayuku lebih dulu, aku hanya cinta kamu, aku khilaf sayang." Kini Mike menatapku, dengan tatapan memohon. Dia masih terduduk di lantai panggung, tanpa berani mendekat lagi. "Khilaf?" Aku terkekeh, mengulang kalimat khilafnya."Iya sayang. Iya, aku khilaf. Kamu percaya kan, kalau aku hanya cinta kamu. Bukan dia!" tunjuk Mike ke arah Davina."Wanita murahan seperti dia, mana cocok sama aku," lanjut Mike, sembari merendahkan Davina.Tiba- tiba D

  • Dimanja Paman Mantan   Bab85

    Bab85"Siapa yang kamu katakan miskin?" Suara berat kak Dewa menggema. Aura nya menunjukkan ketegasan."Pak, jangan salah paham. Saya mengatakan wanita yang bersama anda itu, dia miskin dan tidak mempunyai keluarga.""Oh ya. Kamu beneran nggak punya keluarga?" Kak Dewa bertanya padaku. Tatapannya begitu penasaran dan cukup serius.Aku tersenyum."Ngapain ditanya, dia emang anak yatim piatu dari panti asuhan, orang tuanya tidak jelas. Entah anak hasil dari hubungan gelap, kita tidak pernah tahu." Davina bersuara lagi.Ucapan kasar dan pedasnya, membuat aku cukup terkejut, begitu juga dengan kak Dewa.Lelaki itu mengepalkan tinjunya, dan ingin sekali mengamuk."Ulangi sekali lagi," ujar kak Dewa, menatap marah pada Davina.Davina benar- benar menunjukkan wajah aslinya malam ini. Ucapan kasar dan pedasnya itu, mendapat dukungan dari Mike. Lelaki itu bahkan tidak menegur Davina sama sekali, dia membiarkan aku dihina wanita itu di depan umum malam ini.Kurasa, dia juga mungkin sudah menyera

  • Dimanja Paman Mantan   Bab84

    Bab84"Jadi, cuma kamu yang pantas?""Rosa! Aku dan Davina datang ke acara penting perusahaan, juga karirku. Kenapa sih kamu egois begini.""Ros. Siapa dia?" tanya kak Dewa. Dia memang tidak tahu, kalau lelaki di depan kami ini adalah Mike."Saya suaminya." Mike menyahut."Suami Rosa?" Kak Dewa memperlihatkan ekspresi terkejut. Namun detik berikutnya, terlihat wajah marahnya, yang membuatku seketika memegang tangan kak Dewa, memberinya isyarat untuk tenang."Kenapa? Anda tidak malu, membawa wanita bersuami ke acara ini?""Kalau Rosa istri anda, terus wanita ini siapa?" tanya kak Dewa dengan tenang."Ini bukan urusan anda, sebaiknya jangan ikut campur." "Oh ya. Oke." Kak Dewa memilih diam."Rosa, pulang. Jangan buat aku malu," pinta Mike."Kak, aku lapar," rengekku pada kak Dewa, dan mengabaikan titah dari Mike."Ayo." Kak Dewa tersenyum sembari memegang tanganku dengan sengaja."Rosa! Kamu benar'benar keterlaluan. Aku nggak akan maafin kamu," ujar Mike memberi peringatan.Aku dan kak

  • Dimanja Paman Mantan   bab83

    Bab83"Jika memang itu yang terbaik, mari berpisah, Mike. Kurasa, aku tidak kamu butuhkan lagi.""Mike, jangan emosi. Kasihan Rosalinda, jika kamu ceraikan dia, dia akan jadi pengemis nantinya," kata Davina, yang kini memegangi tangan Mike di hadapanku dengan berani."Aku tidak perduli, Vin. Dia sudah keterlaluan menghina kamu, aku nggak suka." Dua sejoli ini, berdrama di depanku, memuakkan."Aku nggak apa- apa, Mike. Wajar dia hina aku, karena aku tidak memiliki kejelasan status sama kamu.""Ceraikan aku dulu, baru kamu tuntut status," timpalku."Rosalinda. Kalau kamu terus melawan Mike, aku nggak bisa bantu lagi.""Memangnya kamu bantu apa? Bantu merusak, bukannya sudah tercapai?""Ros. Jaga ucapan kamu," bentak Mike lagi."Rosa. Aku tidak pernah ada niat merusak, aku hanya kasihan sama ibu, yang begitu ingin punya menantu karir sepertiku. Dan juga pengen punya cucu, karena aku tidak mandul gitu, Ros.""Kalau kamu peduli ibu, pinta saja sama Mike, untuk segera ceraikan aku, beres!"

  • Dimanja Paman Mantan   bab82

    Bab82"Kenapa diam?" tanyaku lagi, merasa mulai kehilangan rasa sabar."Tidak perlu teriak- teriak, Ros. Aku dan Davina memang dekat, apa salahnya?" "Ya, kalau cuma teman, kenapa harus dia yang kamu bawa?""Kenapa hal begini harus debat, Ros? Davina itu cantik, dia juga teman satu perusahaan sama aku. Aku nggak akan malu bawa dia, malah saling bangga."Aku mengernyit."Jadi, aku nggak cantik, nggak menarik dan tidak membanggakan?""Sudahlah, capek. Ngomong sama wanita pengangguran, tahunya cuma nuntut saja, capek."Aku tersentak, mendengar ucapan pedasnya. Tidak kusangga, ternyata dia mulai tega mengucapkan kata- kata yang menyakitkan. Andai saja dia tahu siapa aku, entah apa dia masih berani berkata remeh semacam ini."Wanita pengangguran? Banyak menuntut? Rupanya kamu benar- benar tidak layak di pertahankan.""Maksud kamu apa, Rosalinda? Bukannya bersukur, karena hidup denganku, kamu jadi enak. Punya segalanya, jauh dengan masa lalumu, anak yatim."Gila, benar- benar ucapannya sema

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status