Home / Rumah Tangga / Dimanja Paman Mantan / Bab 3. Tidak Ada Hubungan

Share

Bab 3. Tidak Ada Hubungan

Author: Rias Ardani
last update Last Updated: 2025-01-18 02:27:11

"Lepaskan!" Aku menarik tanganku dari pegangannya.



Lelaki tampan itu menatapku dengan sedikit heran.



"Aku sudah katakan, kalau aku tidak akan mengejar kamu lagi. Jadi kamu tidak perlu terganggu lagi, kan."



"Trik murahan," cibirnya. Usai berkata, dia pun langsung berbalik badan dan menjauh pergi dari hadapanku.



Dinda mendekat.



"Liv, ini pertama kalinya, aku lihat kamu seperti ini ke Dion. Padahal sebelumnya, kamu itu tunduk banget sama dia, bahkan kalau Dion marah, kamu sanggup memohon- mohon maaf dengannya. Tapi ini? Wow, luar biasa ...." Dinda bertepuk tangan, kemudian memelukku dengan eratnya.



Terlihat sekali, dia nampak lega dan bahagia, dengan semua perubahanku.



"Semangat Oliv. Aku tahu ini tidak mudah, tapi aku yakin, kamu bisa terbebas dari obsesi kamu ini," ujar Dinda lagi, memberikanku semangat.



"Oke ...." hanya itu jawabanku sembari tersenyum manis. Jelas ini tidak mudah, karena ini masalah perasaan. Tapi demi nyawaku sendiri, aku harus bisa.



Bayangan kematian tragis itu sangat nyata dan dapat kurasakan. Entah itu benar- benar masa depan yang aku lihat, atau apapun itu. Yang jelas, aku tidak boleh salah mengambil keputusan dimasa depan ini.



<<>>



Hari ini, sekolahan akan mengumumkan hasil kelulusan kami semua. Sebelum papan pengumuman di pasang, aku pun memasuki toilet, untuk merapikan penampilanku.



Di dalam cermin, aku seakan kembali melihat bayanganku ketika berusia 26 tahun dan berstatus istri yang dibenci oleh Dion.



Disana, aku terlihat kusut, kurus dan tidak menarik sama sekali. Tapi bayangan itu hanya sekilas dan pergi. Kini yang jelas terlihat adalah diriku saat ini, yang masih berusia 18 tahun.



Muda dan cantik. Ya, aku cantik, bahkan kurasa lebih cantik dari Karina. Hanya saja, Karina dikenal lembut dan baik dimata teman- teman.



"Cih, percuma lama- lama menatap cermin, meskipun terlihat cantik, tetap saja Dion tidak menyukaimu ...." Terdengar suara dingin, "Dion jelas hanya menyukai Karina yang lembut dan baik hati."



Para penyembah Karina rupanya, benar- benar menyebalkan. Dua wanita ini selalu mengikuti kemana pun Karina bergerak.



Aku pun baru sadar, melihat Karina yang dibanggakan para wanita ini, kini sedang mengulum senyum, sambil menundukkan wajah, tanpa mengelak perkataan para penyembahnya ini. Bahkan, dia bersikap malu- malu.



Aku hanya melihat ke arah Siska, wanita yang sedang berbicara.



"Terimakasih telah memuji kecantikkanku. Meskipun Dion tidak suka, aku juga tidak perduli," tegasku.



Wajah wanita itu langsung masam.



"Kasihan," cibirnya. Aku terkekeh.



"Siapa yang kamu kasiani, aku? Untuk apa. Aku cantik, aku kaya, aku juga pinter. Seharusnya, kamu kasihani diri sendiri, perbaiki yang kurangnya," kataku sambil tertawa mengejeknya.



Dia pikir aku akan sakit hati dan menangis, setelah dia kata- katai? Tidak, aku tidak akan seperti itu lagi.



Aku dulu begitu, hanya ingin mencari simpati Dion. Tapi kini? Aku ingin jadi diri sendiri.



Setiap kali melihat Karin, aku seperti melihat bayangan kematian itu. Mengingat betapa angkuhnya Karin, memeluk lengan Dion di depan semua orang, dan diam- diam menjadi perusak rumah tanggaku.



Dikehidupan ini, aku tidak ingin berurusan dengan Dion, maupun wanita ular ini.



Aku melihat ke arah Karina, "sebaiknya kamu bersihkan mulut para penyembahmu ini, kotor soalnya, bau juga. Aku takut, gara- gara mereka, topengmu luntur," sindirku.



Nada bicaraku cukup tenang, dan Karina hanya menatap santai ke arahku, kemudian dia tersenyum kecil.



"Olivia, aku tahu kamu membuat taruhan, untuk masuk ke Universitas Darmawangsa demi Dion, kuharap kamu tidak tertekan."



Lagi lagi si busa sok lembut ini pandai memainkan kata. Karina selalu terlihat baik hati dan lembut, tapi sebenarnya licik dan pandai membuat orang menjadi target omongannya.



Dan para penyembah Karina, mulai berbicara yang tidak- tidak.



"Paling benci dengan orang seperti ini, menjadi dinding penghalang cinta orang lain. Perusak, demi mendapatkan perhatian Dion, dia rela melakukan apapun, cuih ...."



"Dia tidak sepintar itu, bisa masuk ke Universitas Darmawangsa. Bisa masuk Universitas Permata Hati saja sudah sukur ...."



Dua penyembah Karina ini benar- benar bermulut pedas.



"Siska tenang saja, aku juga tidak suka lagi pada Dion. Semoga setelah lulus sekolah ini, Karina yang lembut dan baik hati ini, segera dipersatukan dengan Dion, oke."



"Dan 1 lagi, setidaknya aku lebih pinter dari kalian, dan itu fakta," lanjutku sambil tersenyum mengejek mereka bertiga.



Saat sebelum melihat bayangan kematian ini, aku akan marah dan sedih ketika beradu mulut dengan mereka. Terutama Karina, aku selalu menahan diri dan ucapan ketika berurusan dengannya.



Sebab setiap aku membalas mengejeknya, maka Dion akan marah padaku, dan itu membuatku sakit hati.



Tapi kini, aku sungguh tidak ingin perduli itu lagi. Dan ketika keluar dari toilet, aku terkejut melihat Dion berdiri didekat pintu toilet.



Apa yang lelaki ini lakukan di sini?










Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Dimanja Paman Mantan   TAMAT

    Bab87"Turun!" teriaknya lagi. Aku hanya terdiam, menatap dalam ke wajah wanita paru baya yang bergelar ibu mertua itu.Wanita yang sudah lupa asal- usulnya. Wanita yang seakan sedang berdiri tinggi di atas awan, padahal bukan siapa- siapa."Kamu tuli?" Dia kembali bersuara, dan dengan langkah yang semakin cepat, menuju ke arah kami semua berdiri."Berisik! Satpam, tahan wanita itu," tunjuk kak Dewa, ke arah ibu mertua.Seketika, wajah tua wanita itu terkejut."Kenapa saya ditahan? Memangnya kamu siapa. Ini hari penting untuk anak saya," ujar ibu mertua."Heh Mike, ngapain kamu duduk disitu?" tanya wanita itu, yang baru melihat ke arah Mike terduduk.Mike tidak menyahut."Davina? Ini ada apa, kenapa kalian berdua duduk di lantai?"Ibu mertua terlihat semakin bingung. Namun dia tidak bisa melangkah maju lagi, karena kini di hadapannya ada dua petugas keamanan menghadang."Anakku lelaki terhormat, dan menantuky wanita hebat. Apa yang telah kalian semua lakukan pada mereka? Apakah ini ul

  • Dimanja Paman Mantan   Bab86

    Bab86"Hei, Mike. Kenapa kamu jadi nyalahin aku begini? Kamu dan ibumu yang mau menghadirkan aku, dengan iming- iming karir yang melejit, apa kamu lupa? Kamu jangan coba- coba seakan akan aku yang salah. Padahal kamu dan ibumu, yang menipu Rosalinda.""Diam! Busuk, kamu jangan fitnah aku." Mike berteriak panik."Aku punya semua buktinya, Mike. Semua pesan singkat yang kamu kirim, nggak pernah aku hapus. Untuk apa aku fitnah kamu, akui saja, Mike. Jadilah lelaki kali ini," ujar Davina."Rosa, Rosalinda. Tolong sayang, percaya aku, oke. Dia yang merayuku lebih dulu, aku hanya cinta kamu, aku khilaf sayang." Kini Mike menatapku, dengan tatapan memohon. Dia masih terduduk di lantai panggung, tanpa berani mendekat lagi. "Khilaf?" Aku terkekeh, mengulang kalimat khilafnya."Iya sayang. Iya, aku khilaf. Kamu percaya kan, kalau aku hanya cinta kamu. Bukan dia!" tunjuk Mike ke arah Davina."Wanita murahan seperti dia, mana cocok sama aku," lanjut Mike, sembari merendahkan Davina.Tiba- tiba D

  • Dimanja Paman Mantan   Bab85

    Bab85"Siapa yang kamu katakan miskin?" Suara berat kak Dewa menggema. Aura nya menunjukkan ketegasan."Pak, jangan salah paham. Saya mengatakan wanita yang bersama anda itu, dia miskin dan tidak mempunyai keluarga.""Oh ya. Kamu beneran nggak punya keluarga?" Kak Dewa bertanya padaku. Tatapannya begitu penasaran dan cukup serius.Aku tersenyum."Ngapain ditanya, dia emang anak yatim piatu dari panti asuhan, orang tuanya tidak jelas. Entah anak hasil dari hubungan gelap, kita tidak pernah tahu." Davina bersuara lagi.Ucapan kasar dan pedasnya, membuat aku cukup terkejut, begitu juga dengan kak Dewa.Lelaki itu mengepalkan tinjunya, dan ingin sekali mengamuk."Ulangi sekali lagi," ujar kak Dewa, menatap marah pada Davina.Davina benar- benar menunjukkan wajah aslinya malam ini. Ucapan kasar dan pedasnya itu, mendapat dukungan dari Mike. Lelaki itu bahkan tidak menegur Davina sama sekali, dia membiarkan aku dihina wanita itu di depan umum malam ini.Kurasa, dia juga mungkin sudah menyera

  • Dimanja Paman Mantan   Bab84

    Bab84"Jadi, cuma kamu yang pantas?""Rosa! Aku dan Davina datang ke acara penting perusahaan, juga karirku. Kenapa sih kamu egois begini.""Ros. Siapa dia?" tanya kak Dewa. Dia memang tidak tahu, kalau lelaki di depan kami ini adalah Mike."Saya suaminya." Mike menyahut."Suami Rosa?" Kak Dewa memperlihatkan ekspresi terkejut. Namun detik berikutnya, terlihat wajah marahnya, yang membuatku seketika memegang tangan kak Dewa, memberinya isyarat untuk tenang."Kenapa? Anda tidak malu, membawa wanita bersuami ke acara ini?""Kalau Rosa istri anda, terus wanita ini siapa?" tanya kak Dewa dengan tenang."Ini bukan urusan anda, sebaiknya jangan ikut campur." "Oh ya. Oke." Kak Dewa memilih diam."Rosa, pulang. Jangan buat aku malu," pinta Mike."Kak, aku lapar," rengekku pada kak Dewa, dan mengabaikan titah dari Mike."Ayo." Kak Dewa tersenyum sembari memegang tanganku dengan sengaja."Rosa! Kamu benar'benar keterlaluan. Aku nggak akan maafin kamu," ujar Mike memberi peringatan.Aku dan kak

  • Dimanja Paman Mantan   bab83

    Bab83"Jika memang itu yang terbaik, mari berpisah, Mike. Kurasa, aku tidak kamu butuhkan lagi.""Mike, jangan emosi. Kasihan Rosalinda, jika kamu ceraikan dia, dia akan jadi pengemis nantinya," kata Davina, yang kini memegangi tangan Mike di hadapanku dengan berani."Aku tidak perduli, Vin. Dia sudah keterlaluan menghina kamu, aku nggak suka." Dua sejoli ini, berdrama di depanku, memuakkan."Aku nggak apa- apa, Mike. Wajar dia hina aku, karena aku tidak memiliki kejelasan status sama kamu.""Ceraikan aku dulu, baru kamu tuntut status," timpalku."Rosalinda. Kalau kamu terus melawan Mike, aku nggak bisa bantu lagi.""Memangnya kamu bantu apa? Bantu merusak, bukannya sudah tercapai?""Ros. Jaga ucapan kamu," bentak Mike lagi."Rosa. Aku tidak pernah ada niat merusak, aku hanya kasihan sama ibu, yang begitu ingin punya menantu karir sepertiku. Dan juga pengen punya cucu, karena aku tidak mandul gitu, Ros.""Kalau kamu peduli ibu, pinta saja sama Mike, untuk segera ceraikan aku, beres!"

  • Dimanja Paman Mantan   bab82

    Bab82"Kenapa diam?" tanyaku lagi, merasa mulai kehilangan rasa sabar."Tidak perlu teriak- teriak, Ros. Aku dan Davina memang dekat, apa salahnya?" "Ya, kalau cuma teman, kenapa harus dia yang kamu bawa?""Kenapa hal begini harus debat, Ros? Davina itu cantik, dia juga teman satu perusahaan sama aku. Aku nggak akan malu bawa dia, malah saling bangga."Aku mengernyit."Jadi, aku nggak cantik, nggak menarik dan tidak membanggakan?""Sudahlah, capek. Ngomong sama wanita pengangguran, tahunya cuma nuntut saja, capek."Aku tersentak, mendengar ucapan pedasnya. Tidak kusangga, ternyata dia mulai tega mengucapkan kata- kata yang menyakitkan. Andai saja dia tahu siapa aku, entah apa dia masih berani berkata remeh semacam ini."Wanita pengangguran? Banyak menuntut? Rupanya kamu benar- benar tidak layak di pertahankan.""Maksud kamu apa, Rosalinda? Bukannya bersukur, karena hidup denganku, kamu jadi enak. Punya segalanya, jauh dengan masa lalumu, anak yatim."Gila, benar- benar ucapannya sema

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status