Share

Nama Belakang?

Author: AD07
last update Last Updated: 2025-06-13 09:21:06

Lura menoleh pelan, menatap wanita anggun di sampingnya yang bicara dengan suara halus namun percaya diri. Wanita itu kembali berbicara dengan sopan, “Kalau kau tidak keberatan, bolehkan aku lihat model pin yang kau pegang?”

Lura mengalihkan pandangannya pada pin elegan yang tengah ia pertimbangkan. Sebuah pin dasi berbentuk ramping dengan ukiran garis minimalis dan sedikit aksen obsidian gelap di tengah—kesan klasik tapi berwibawa, seperti pria yang ingin ia hadiahkan.

Ia menatap pin itu sejenak, lalu mengangguk dan menyerahkannya pada si wanita.

Pramuniaga yang sedari tadi berdiri di dekat mereka segera menambahkan penjelasan, “Itu salah satu keluaran terbaru, Nona. Limited edition. Untuk store kami, hanya ada satu.”

Mata si wanita berbinar mendengar penjelasan itu. Senyum di wajahnya melengkung sempurna, lalu ia menatap Lura lagi dengan ekspresi ragu, seperti tengah menimbang etika sosial dan rasa ingin memiliki yang tak bisa ia sembunyikan. “Sayang sekali, ya… tinggal satu untuk s
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (3)
goodnovel comment avatar
Khaerina Azharini
Mau dong yg kaya khailash
goodnovel comment avatar
Khaerina Azharini
Ga kaleng kaleng emng khailashh
goodnovel comment avatar
Alnaira_vina
pesonanya khailash menembus layar kaca, iya kaca layar hp ku yg retak ini ...
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Dimanja Suami Kontrak   Kau Datang?

    Lura berjingkat kaget ketika merasakan kehangatan tubuh Khailas menyelimuti dari belakang. Pelukan itu tidak menekan, namun kokoh, seperti dinding yang melindungi dari segala badai. Nafas pria itu berhembus lembut di sisi telinganya saat ia bertanya dengan suara rendah, lembut, namun tetap membawa ketegasan yang khas.“Apa yang kau pikirkan, Allura? Hm… atau apa yang kau inginkan dariku? Katakan, kau akan mendapatkannya, sesuai sumpahku.”Tubuh Lura perlahan merileks. Dari kaku dan tegang, ia mulai melebur dalam dekapan itu. Tatapannya jatuh pada tangan Khailas yang bertengger di perutnya, tangan kokoh, hangat, yang seolah bisa menenangkan gemuruh di dadanya. Ia menarik napas pelan sebelum berbisik, “Aku tidak menginginkan apa pun yang mudah kau berikan.”Khailas menunduk sedikit, mengecup lembut pundaknya sebelum bertanya lagi, “Lalu… apa yang sulit kudapatkan tapi kau inginkan?”Dengan gerakan pelan, Lura berbalik. Pinggulnya bersandar pada pagar balkon, wajahnya kini menghadap Khai

  • Dimanja Suami Kontrak   Haruskah Aku Bertahan?

    Kuncoro terdiam di ranjang rumah sakit, wajahnya pucat, nafasnya tersengal, namun matanya terpaku pada sosok yang berdiri tegak di hadapannya. Tatapan itu, tatapan yang memandangnya dari atas, tanpa ampun, membuatnya semakin sulit berkata-kata. Dalam kepalanya, pertanyaan berputar tanpa henti, bagaimana mungkin pria ini… pria dengan aura dingin, berwibawa, dan kharisma yang mematahkan keangkuhan siapapun, adalah suami putrinya?Selama ini, ia mengira Allura hanya menjadi simpanan seorang pria tua kaya, atau paling banter, peliharaan sementara yang akan dibuang setelah bosan. Ia bahkan pernah meyakinkan dirinya bahwa itulah takdir anaknya, takdir yang pantas untuknya. Tapi kini, semua persepsi itu runtuh.Khailas berdiri di sana, mengenakan jas hitam yang jatuh sempurna di tubuh tegapnya, tangan terlipat di depan dada. Pandangannya menembus Kuncoro, seolah bisa membedah seluruh lapisan jiwa dan menemukan bagian yang paling rapuh, lalu menginjaknya tanpa ragu.“Aku mengerti tatapan itu,

  • Dimanja Suami Kontrak   Itu Sumpahku

    Khailas duduk tegak di kursi kerjanya, tatapannya tenang namun penuh arti saat menatap layar laptop di depannya. Berita tentang skandal Jelita dan Danu telah memenuhi setiap sudut dunia maya dan stasiun televisi nasional. Judul-judulnya sensasional, foto-foto hasil tangkapan layar video tersebar tanpa ampun. Di sudut layar, grafik saham Pradipta Group menukik tajam, anjlok dalam semalam, membuat nilai pasarnya tergerus habis. Tidak ada penyelamatan kali ini.Ia tahu, bagi keluarga Pradipta dan Kuncoro, ini bukan sekadar pukulan telak, ini kehancuran total. Dalam satu malam, reputasi, bisnis, dan harga diri mereka runtuh. Bagi Khailas, semua ini adalah bentuk balasan yang proporsional. Ia tidak pernah benar-benar menyentuh mereka dengan kekerasan fisik, tapi sentilan kecil yang ia lakukan jauh lebih mematikan daripada itu.Dengan gerakan tenang, ia menggeser kursor, menutup semua tab berita. Lalu, satu klik terakhir menutup laptop sepenuhnya. Ruangan kembali hening, hanya terdengar det

  • Dimanja Suami Kontrak   Aku belum Selesai…

    Lura menatap lekat wajah suaminya, seolah mencari celah untuk membujuk. Tatapan itu penuh kerinduan bercampur keinginan keras yang sulit ia sembunyikan. “Tapi… aku ingin menunggu Irene sampai sadar,” ucapnya lirih namun mantap. Ada nada memohon di suaranya, meski ia tahu lawan bicaranya bukan tipe yang mudah digoyahkan.Khailas yang berdiri tegak di sisinya, sama sekali tak bergeming. Sorot matanya dingin dan kata-katanya jatuh seperti batu, tegas tanpa ruang untuk penolakan. “Tidak aku izinkan. Kau bisa kembali besok. Lebih dari siapapun, kau butuh istirahat, Allura.”Nada mutlak itu menghentikan Lura untuk berkata lebih jauh. Ia hanya bisa menghela napas panjang, pasrah pada keputusan yang sudah jelas tak akan berubah. Khailas bukan pria yang mudah mengubah pendirian, apalagi jika menyangkut orang-orang yang pernah mengecewakannya atau lingkar peristiwa yang mengusik martabatnya.Mereka melangkah keluar dari ruang perawatan, Lura sedikit tertunduk, mencoba mengendalikan emosinya. Sa

  • Dimanja Suami Kontrak   Tetap Menjadi Pusat dari Dunianya

    Lorong menuju ruang operasi super VVIP itu sunyi, hanya terdengar langkah sepatu dan dengungan rendah mesin pendingin ruangan. Aroma antiseptik begitu kental, menusuk hidung setiap orang yang melewatinya. Di depan pintu besar berlapis kaca buram, dua petugas keamanan DGroup berdiri tegak, wajah tanpa ekspresi, seakan memberi peringatan tak tertulis bahwa tak semua orang boleh lewat.Begitu Khailas dan Lura tiba, pintu otomatis terbuka, mengungkap ruang tunggu eksklusif dengan interior modern dan pencahayaan hangat. Tidak ada kursi plastik biasa di sini, semuanya sofa kulit mewah dengan meja kopi marmer dan dispenser minuman yang berdiri senyap di sudut ruangan.Di sisi kiri, layar kaca raksasa menampilkan siaran langsung dari ruang operasi. Gambar bersih, jernih, tanpa suara. Irene terbaring di meja operasi, tubuhnya tertutup kain steril, hanya bagian dada ke atas yang terlihat. Beberapa dokter dengan seragam hijau bergerak cepat, tangan mereka cekatan namun penuh kehati-hatian. Angka

  • Dimanja Suami Kontrak   Ikuti Irama Nafasku

    Lura dapat membaca jelas dari sorot mata dan nada suara Jelita perempuan itu sudah kehilangan seluruh kendali atas dirinya. Tatapannya liar, nafasnya pendek-pendek, dan setiap kata yang keluar seperti ledakan yang tak lagi disaring oleh logika. Dengan insting yang dudah terlatih menghadapi situasi tak menentu, Lura menggeser langkahnya ke belakang, memberi jarak aman di antara mereka. Lorong sepi itu menjadi arena tegang, hanya diisi gema langkah Lura yang pelan dan terukur.Dengan suara yang datar namun mengandung ketegasan, ia berkata,“Kau tidak bisa menyalahkanku atas kehidupan yang kita jalani, Jelita. Aku tidak pernah meminta terlahir di keluarga yang kau idamkan itu. Aku tidak pernah memohon untuk mendapatkan semua yang kau pikir aku miliki.”Lura menahan napas sejenak, matanya tak bergeming dari wajah adik tirinya itu. “Dan asal kau tahu,” lanjutnya dengan nada lebih berat, “hidupku juga tidak sebahagia yang kau pikirkan. Aku punya luka yang tak seorangpun tahu, luka yang kut

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status