Share

Obsesi Danu

Penulis: AD07
last update Terakhir Diperbarui: 2025-06-23 10:03:42

Lura mengangguk pelan, menatap wajah pria di hadapannya dengan tatapan yang tidak main-main. Suaranya lirih namun dalam saat berkata, “Iya… wanita manapun akan memperlakukanmu dengan hati-hati. Kau terlalu sempurna untuk tidak diperlakukan dengan hormat dan penuh kehati-hatian.”

Khailas mengangkat sebelah alis, mengernyit sedikit. Wajahnya serius, tapi ada gurat senyum menggoda di sana. “Kau sedang memujiku seperti memuji hasil karyamu, nyonya?” tanyanya dengan nada yang pura-pura curiga.

Lura langsung menggeleng cepat, nyaris panik, “Bukan seperti itu maksudku.” Ia menarik napas, menenangkan suaranya yang sempat terburu, lalu melanjutkan dengan tulus, “Kau itu… mahakarya Tuhan. Aku yakin saat menciptakanmu, Tuhan sedang tidak main-main. Dia sedang bersungguh-sungguh. Seolah ingin membuktikan bahwa sosok seperti kau benar-benar bisa ada di dunia.”

Khailas terdiam. Sorot matanya melunak. Tapi Lura belum selesai.

“Memang tidak ada manusia yang sempurna. Aku tahu itu,” lanjut Lura, nadan
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci
Komen (2)
goodnovel comment avatar
Rahma Wati
selamat berjuang danu semoga sukses ......... double up dunk tor
goodnovel comment avatar
SAKURA
tambah lagi 1 bab Thor, pleasseeeeee
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Dimanja Suami Kontrak   Dia Tak Mau Meluangkan Waktu

    Lura mengangguk lalu mengatakan dengan senyum hangat, "Makan siang yang menyenangkan. Aku tidak menyangka, masih ada wanita berkelas sebaik dia."Ia menunduk sebentar, seperti mengingat sesuatu, kemudian melanjutkan, "Kami bertemu saat aku membeli pin dasi. Kebetulan dia menyukai pin yang sedang kupilih. Karena tinggal satu dan kulihat dia sangat menyukainya, aku memberikannya padanya."Khailas menarik Lura ke dalam pangkuannya, menatapnya lekat sebelum menjepit dagunya dengan lembut.“Kau memberikan benda yang lebih dulu kau minati?” tanyanya, suaranya rendah namun penuh nada menyelidik.Lura melingkarkan tangan di leher Khailas, tersenyum kecil.“Sebenarnya aku masih mempertimbangkannya. Belum memutuskan untuk membeli. Jadi, bukan benar-benar aku berikan… lebih tepatnya, aku mendahulukannya.”Khailas menatap bibir Lura sejenak, kemudian mengecupnya perlahan—lama—sebelum berujar, “Karena itu kalian berteman?”Lura terdiam sejenak, mempertimbangkan jawabannya. Khailas melanjutkan den

  • Dimanja Suami Kontrak   Lebih dari Kekasih

    Khailas berdiri di depan dinding kaca yang menjulang dari lantai ke langit-langit, menyuguhkan panorama kota yang sibuk, tak pernah benar-benar diam. Tapi matanya tak benar-benar melihat. Cahaya matahari yang menyelinap melalui kaca hanya memantulkan bayangan wajahnya yang dingin dan tak terbaca. Kedua tangan dimasukkan ke saku celana, rahangnya mengeras, nyaris tak berkedip.Di belakangnya, asisten pribadinya melaporkan dengan suara hati-hati, “Nyonya sedang makan siang bersama Nona Irene Sanjaya. Di restoran Italia baru di distrik seni.” Kembali melaporkan.Tak ada reaksi dari Khailas. Hening menciptakan tekanan.Setelah beberapa detik, Khailas berbalik, tatapannya tetap kosong. Ia hanya mengucap singkat, “Awasi sampai dia kembali ke toko.”Asistennya langsung mengangguk. “Baik, Tuan. Untuk makan siang Anda…”“Keluar.”Nada Khailas tajam namun tetap datar. Perintah yang tidak memberi ruang untuk diskusi.Tanpa suara tambahan, asistennya keluar dari ruangan, meninggalkan Khailas sen

  • Dimanja Suami Kontrak   Aku Izinkan

    Hari ini, toko Azmara berkilau dengan cahaya yang sempurna. Ruangannya terang, hangat, dan seperti memantulkan aura tenang yang telah menetap di hidup Lura sejak beberapa bulan terakhir. Tak hanya kehidupan pribadi yang stabil, pekerjaannya pun berkembang pesat. Azmara kini mencuri perhatian brand fashion internasional. Setiap rancangan Lura untuk lini baru selalu ditunggu-tunggu.Dan Khailas selalu menepati janjinya. Sesibuk apa pun pekerjaannya, ia selalu pulang sebelum makan malam. Mereka duduk berdua di meja makan, berbincang seperti sahabat lama, dan setelah itu Lura akan kembali menekuni sketsa, sementara Khailas duduk di seberangnya, membantunya mengecek detail produksi atau sekadar menjadi teman bercerita. Dukungan Khailas tak pernah setengah hati, dan itu membuat Lura perlahan pulih dari luka-luka lama yang pernah ditorehkan keluarga dan masa lalunya bersama Danu.Pagi ini, setelah rapat internal yang cukup menguras energi bersama para pramuniaga dan tim visual, Lura sedang m

  • Dimanja Suami Kontrak   Obsesi Danu

    Lura mengangguk pelan, menatap wajah pria di hadapannya dengan tatapan yang tidak main-main. Suaranya lirih namun dalam saat berkata, “Iya… wanita manapun akan memperlakukanmu dengan hati-hati. Kau terlalu sempurna untuk tidak diperlakukan dengan hormat dan penuh kehati-hatian.”Khailas mengangkat sebelah alis, mengernyit sedikit. Wajahnya serius, tapi ada gurat senyum menggoda di sana. “Kau sedang memujiku seperti memuji hasil karyamu, nyonya?” tanyanya dengan nada yang pura-pura curiga.Lura langsung menggeleng cepat, nyaris panik, “Bukan seperti itu maksudku.” Ia menarik napas, menenangkan suaranya yang sempat terburu, lalu melanjutkan dengan tulus, “Kau itu… mahakarya Tuhan. Aku yakin saat menciptakanmu, Tuhan sedang tidak main-main. Dia sedang bersungguh-sungguh. Seolah ingin membuktikan bahwa sosok seperti kau benar-benar bisa ada di dunia.”Khailas terdiam. Sorot matanya melunak. Tapi Lura belum selesai.“Memang tidak ada manusia yang sempurna. Aku tahu itu,” lanjut Lura, nadan

  • Dimanja Suami Kontrak   Menurutmu Begitu?

    Lura duduk tegak di atas ranjang, mengenakan jubah tidur tipis berwarna lembut yang menjuntai di sekitar lututnya. Rambutnya yang belum sepenuhnya kering jatuh ke bahu, sebagian menempel di pipi karena angin dari balkon. Di tangannya, tablet yang baru saja Khailasn berikan kini tergenggam erat, ia masih bisa merasakan getaran emosi yang tertinggal dari rekaman itu.Matanya belum lepas dari Khailas, menanti jawaban yang lebih dari sekadar analisis taktis.“Dia mengikutimu,” ucap Khailas datar, mengambil tablet dari tangan Lura dan meletakkannya di atas nakas. “Berhenti saat melihat tanganku menarikmu ke celah dinding. Dia ingin menggunakan kesempatan itu untuk mempermalukanmu di depan publik.”Lura mengerjap, sedikit terkejut. “Dia melihatmu?” tanyanya, nyaris berbisik.Khailas menggeleng pelan. “Hanya tanganku. Dan dia tidak benar-benar memperhatikan. Fokusnya hanya padamu, bukan pada pria yang menarik tanganmu.”Seketika napas Lura mengalir lebih tenang. Ia tidak bisa menahan helaan

  • Dimanja Suami Kontrak   Ini namanya Pemerasan!

    Jelita berdiri, tubuhnya gemetar karena marah dan takut yang saling berebut mendominasi. Ia menunjuk si wartawan gosip dengan telunjuk yang gemetar, suara melengking, “Ini pemerasan! Kau ingin menukar kehormatan seseorang dengan uang! Apa kau pikir kami semua bodoh?”Namun yang dituduh hanya menyeringai. Wartawan itu menyilangkan tangan di dada, posturnya santai namun kata-katanya sangat tajam, “Pemerasan dari mana? Aku hanya menawarkan kerja sama. Kau seharusnya bersyukur karena aku masih memberi pilihan. Kalau aku berniat jahat, videomu dan suara nafas tergesa-gesa itu sudah menjadi nada pembuka berita pagi tadi. Tapi tidak, aku datang ke sini, dengan cara baik.”Jelita tercekat, wajahnya menegang. Kata-kata pria itu seperti paku yang ditancapkan ke kepalanya satu per satu. Ia menoleh ke arah ayahnya, berharap pembelaan, tapi yang ia lihat hanyalah Kuncoro yang duduk kaku di kursinya, tangan mengepal di lutut, rahang mengeras, dan mata yang dipenuhi kekalutan. Ia tahu. Ayahnya tahu

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status