Share

Bab. 49

Author: Ufaira Putri
last update Last Updated: 2025-07-06 18:45:54

“Aku dengar, Evan mengajukan kamu untuk menggantikan posisi Auliana, apakah itu benar?”

Serin bertanya langsung pada intinya, begitu mereka berdua sampai di sebuah restoran bintang lima yang berada tidak terlalu jauh dari Daviandra Hotel’s.

Nayla diam, menatap Serin dengan tajam dan penuh pengamatan. Dia mencoba memindai raut wajahnya, mencari tahu maksud dan tujuannya.

“Benar, Bi. Dan aku akan mempertimbang–”

“Tidak! Kamu harus menolaknya, Nayla!” potong Serin dengan tegas.

Nayla mengernyit menatap Serin. Dia heran dengan reaksi Serin yang menurutnya sangat berlebihan itu.

“Kenapa begitu, Bi?” tanya Nayla, alisnya terangkat sebelah.

Serin menyipitkan matanya dengan tajam, menatap Nayla dengan penuh ancaman.

“Kamu harus ingat, siapa yang menikahkanmu dengan Evan?” Suara Serin sedikit berat namun penuh tekanan.

Nayla tersenyum pahit. Dia sama sekali tidak menyangka kalau Serin akan memakai cara itu untuk menekannya. Namun, sepertinya tekanan itu sama sekali tidak berhasil untuk Nayla.
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Dimanja Suami Pura-pura Buta   Bab. 93

    “Evan, bagaimana dengan Bi Rasti?"”Nayla terhenyak, dadanya sesak saat tiba-tiba teringat sosok Bi Rasti. Suaranya tercekat, penuh kecemasan. Dia berusaha bangkit dari tempat tidur, tapi Evan cepat menahan lengan Nayla agar tetap berbaring. Matanya menatap tajam, suaranya dingin tanpa tedeng aling-aling.“Sudahlah, buat apa kamu pikirkan dia? Dia sudah meracunimu, Nayla.”Nayla menarik napas pelan, wajahnya lembut tapi penuh keberanian.“Tapi, Evan. Bi Rasti seperti itu karena ada yang menyuruhnya, bukan niat murni mencelakakan aku,” bantah Nayla dengan lirih. Evan menggeleng, rahangnya menegang. “Tetap saja! Dia berusaha mencelakaimu, bahkan ingin membuatmu mandul! Apa kamu lupa itu, hah?!” sergah Evan dengan tegas, seolah tak ingin dibantah.Nayla menatap Evan dengan mata yang mulai berkaca-kaca, dadanya terasa sesak oleh campuran rasa cemas sekaligus takut. Dia meraih tangan Evan, lalu menggenggamnya dengan erat, dan tatapan matanya penuh harap. “Evan, aku tahu kamu marah,

  • Dimanja Suami Pura-pura Buta   Bab. 92

    “Evan, aku takut sekali. Bagaimana kalau …”“Syut … berhenti berpikiran buruk, sayang!Di ruang tunggu rumah sakit, Nayla masih terisak dalam pelukan Evan. Wajahnya pucat, matanya sembab. Evan mengusap lembut rambut Nayla, sesekali mencium keningnya. “Tapi, Evan. Aku benar-benar takut!” Nayla merengek manja seperti anak kecil.Evan menghela napas berat. “Ayolah, sayang. Biasanya juga kamu berani. Semuanya pasti baik-baik saja.”Setelah beberapa saat menunggu, dokter kandungan akhirnya memanggil mereka. Dokter muda, ramah, dan berpenampilan profesional itu adalah dokter Jacob. Dia langsung mempersilahkan mereka masuk ke ruang konsultasi. Dengan hati-hati, dokter memeriksa Nayla. Suasana tegang menyelimuti ruangan. Setelah pemeriksaan selesai, dokter Jacob tersenyum simpul.“Syukurlah, Nyonya Nayla. Hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa, meskipun ada kandungan zat yang mengganggu kesuburan dalam teh herbal yang Nyonya konsumsi, zat tersebut belum menimbulkan dampak signifikan pada k

  • Dimanja Suami Pura-pura Buta   Bab. 91

    “Maksud kamu, Evan?”Nayla menatap suaminya dengan rasa tak percaya.“Jangan bilang, kalau kamu juga mencurigai minuman ini?”Nayla mengangkat cangkir teh itu, menunjukkannya pada Evan.Evan menghela napas berat, menatap mata Nayla lekat-lekat.“Aku sama sekali tidak mencurigai tehnya, Nayla. Tapi aku curiga pada orang yang membuatnya!” Nada bicara Evan menjadi lebih tegas penuh penekanan. “Apa kamu lupa, kalau Rasti itu masuk dalam orang-orang yang kita curigai?”Nayla terdiam, mencerna kata-kata Evan. Dadanya sedikit sesak dan naik turun. Sulit baginya membayangkan sesuatu yang butuh di saat-saat bahagia seperti sekarang ini.“I–iya, Evan. Tapi tetap saja, ini hanya teh herbal!” bantah Nayla, mencoba menepis segala prasangka buruk.“Sayang ….” Evan menyentuh pipi Nayla, membelainya dengan lembut, hingga kedua mata mereka saling bertemu. “Aku tahu itu hanya teh. Untuk itu, kita perlu uji tes dulu tehnya, supaya kita bisa yakin kalau itu aman, ya.”Nayla menghela napas pasrah. Tangann

  • Dimanja Suami Pura-pura Buta   Bab. 90

    “Iya, Bi. Lusa, aku dan Evan akan pergi.”“Do’ain, ya. Semoga kami berdua segera mendapatkan keturunan.”Nayla begitu antusias dan bersemangat. Hingga dia tidak sadar, siapa yang sebenarnya dia ajak bicara itu. Mendengar itu, Rasti menyunggingkan senyumannya dengan terpaksa, kemudian menganganggukkan kepalanya.“Tentu, Nyonya.”“Baiklah, kalau begitu, bibi akan buatkan teh herbal untuk Nyonya, ya.”Nayla mengangguk, mengiyakan. Lalu, tanpa menunggu lama, Rasti langsung pergi ke dapur untuk membuatkan teh herbal tersebut. Dan Nayla pergi ke ruangan khususnya. Karena semenjak Nayla menjadi CEO, Evan menyiapkan ruangan khusus untuknya sendiri sebagai tempat bekerja kalau sedang berada di rumah.“Hmm … sebaiknya aku mengecek laporan hotel dulu, memastikan semuanya berjalan lancar, sebelum pergi berbulan madu dengan Evan.” Nayla bergumam sendiri di sela-sela langkah kakinya. Dia lalu mengulum senyuman, dengan pipinya yang tiba-tiba merona, tersipu malu. “Aku jadi tidak sabar menunggu lusa.

  • Dimanja Suami Pura-pura Buta   Bab. 89

    “Baiklah. Kalau begitu, kami berdua akan sering menjenguk Ibu. Kami akan memastikan kalau Ibu baik-baik saja di sini.”Evan berkata lembut, mencoba mencairkan suasana. Namun, keheningan terasa menyelimuti ruangan sesaat setelah Evan mengatakan hal itu.Nasyila tersenyum lemah, tangannya masih menggenggam tangan Nayla. Lalu menatap Evan dengan penuh haru sambil mengangguk pelan.“Terima kasih, Nak Evan. Terima kasih banyak,” ucap Nasyila.Setelah beberapa saat berbincang, Nayla dan Evan pamit pulang. Di perjalanan pulang, suasana di dalam mobil terasa berat. Nayla bersandar di bahu Evan, merasakan letih di pikiran juga fisiknya.“Aku merasa tidak berdaya, Evan. Aku tetap nggak bisa tenang, kalau membiarkan ibu tetap bersama mereka,” bisik Nayla.Evan mengusap lembut rambut Nayla. “Aku tahu, Sayang. Tapi kita harus menghormati keputusan Ibu. Kita tidak bisa memaksanya.”Nayla mengangguk pasrah, kepalanya semakin membenam ke dada Evan. Merasakan hangat dan nyaman bersandar di dada bidang

  • Dimanja Suami Pura-pura Buta   Bab. 88

    “Tentu saja aku akan membuktikannya!”Nayla menatap tajam ke arah Adelia yang mengerutkan dahinya, sementara Marissa berdiri di depannya dengan senyum sini. Namun, Nayla dengan dada yang sedikit membusung, mengangkat dagunya, menampakkan tekad yang membara menerima tantangan Adelia.Evan masih setia di samping Nayla, bahunya tegap tapi kedua tangannya terkepal erat, mencoba mengontrol emosinya.“Kalau begitu buktikan!” Adelia melangkah maju, ikut membusungkan dadanya, mencoba menekan Nayla dengan tantangannya.Namun, Nayla tidak gentar sedikitpun. Sebaliknya, memperlihatkan bahwa tekanan itu malah membuatnya semakin menunjukkan kemampuan dirinya.Sebelum Nayla sempat membalas kata-kata Adelia, Evan maju selangkah, lalu menyelak dengan tegas.“Tidak perlu kamu suruh juga, dia pasti akan membuktikannya!”Sorot mata tajam Evan mengunci Adelia dari balik kacamata hitamnya.Nayla menghembuskan napas dalam-dalam. “Benar! Nggak perlu kamu suruh juga pasti aku buktikan!” Nayla ikut menambah

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status