Share

Bab. 92

Author: Ufaira Putri
last update Last Updated: 2025-07-29 16:26:36

“Evan, aku takut sekali. Bagaimana kalau …”

“Syut … berhenti berpikiran buruk, sayang!

Di ruang tunggu rumah sakit, Nayla masih terisak dalam pelukan Evan. Wajahnya pucat, matanya sembab. Evan mengusap lembut rambut Nayla, sesekali mencium keningnya.

“Tapi, Evan. Aku benar-benar takut!” Nayla merengek manja seperti anak kecil.

Evan menghela napas berat. “Ayolah, sayang. Biasanya juga kamu berani. Semuanya pasti baik-baik saja.”

Setelah beberapa saat menunggu, dokter kandungan akhirnya memanggil mereka. Dokter muda, ramah, dan berpenampilan profesional itu adalah dokter Jacob. Dia langsung mempersilahkan mereka masuk ke ruang konsultasi.

Dengan hati-hati, dokter memeriksa Nayla. Suasana tegang menyelimuti ruangan. Setelah pemeriksaan selesai, dokter Jacob tersenyum simpul.

“Syukurlah, Nyonya Nayla. Hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa, meskipun ada kandungan zat yang mengganggu kesuburan dalam teh herbal yang Nyonya konsumsi, zat tersebut belum menimbulkan dampak signifikan pada k
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Dimanja Suami Pura-pura Buta   Bab. 95

    “Berapa anak?!"Evan sedikit terkejut mendengarnya. Matanya menatap lurus ke arah Nayla dengan wajah polos namun serius. Nayla mengangguk cepat, seolah ingin memastikan bahwa Evan benar-benar mendengar dan memahami maksudnya. “Iya. Kamu mau punya berapa anak, Evan?” Nayla kembali mengulang pertanyaannya dengan dengan penuh keyakinan. “Bukannya kamu ingin kita segera punya anak?”Evan menghela napas panjang, tangannya yang tadinya santai kini mengepal erat. Dia mulai mempertimbangkan perkataan Nayla, sebelum akhirnya memberikan jawabannya. “Bagaimana kalau tiga? Dua anak laki-laki dan satu anak perempuan. Pasti akan seru.”Mendengar jawaban itu, ekspresi Nayla berubah, matanya berbinar seolah membayangkan masa depan mereka nanti, kalau dia memberikan dua anak laki-laki dan satu anak perempuan. “Emm … kayaknya akan lebih baik kalau anak pertama dan kedua itu laki-laki, dan anak terakhir perempuan. Pastinya akan sangat menyenangkan, saat gadis kecil kita nanti, dijaga kedua kakak laki

  • Dimanja Suami Pura-pura Buta   Bab. 94

    “Sayang, kenapa kamu lama sekali, sih?”Evan berdiri di depan pintu kamar dengan tangan disilangkan di dada, wajahnya menunjukkan campuran antara kesal dan cemas. Matanya sesekali melirik jam di pergelangan tangan, seolah waktu berjalan terlalu lambat untuknya.Di di depan meja rias, Nayla duduk sambil menggumam kesal. Wajahnya yang sedikit memerah, rambut yang belum sepenuhnya tertata, dan riasan yang belum sempurna.“Sabarlah! Kamu tidak tahu, kalau wanita itu selalu memakan waktu yang lama untuk berdandan. Kenapa kamu sama sekali nggak ngerti, Evan?!” sahut Nayla dengan nada kesal. Evan menghela napas panjang, membiarkan dadanya naik turun berat.“Tapi ini sudah hampir dua jam, Nayla. Kalau terus begini, kita bisa terlambat!” ketus Evan sambil mengusap wajahnya, berusaha menahan rasa frustasi. Keheningan sesaat menyelimuti ruangan, sebelum Nayla akhirnya mengangguk pelan, berusaha mempercepat persiapannya. Karena, mereka berdua akan pergi untuk melakukan perjalanan bulan madu ber

  • Dimanja Suami Pura-pura Buta   Bab. 93

    “Evan, bagaimana dengan Bi Rasti?"”Nayla terhenyak, dadanya sesak saat tiba-tiba teringat sosok Bi Rasti. Suaranya tercekat, penuh kecemasan. Dia berusaha bangkit dari tempat tidur, tapi Evan cepat menahan lengan Nayla agar tetap berbaring. Matanya menatap tajam, suaranya dingin tanpa tedeng aling-aling.“Sudahlah, buat apa kamu pikirkan dia? Dia sudah meracunimu, Nayla.”Nayla menarik napas pelan, wajahnya lembut tapi penuh keberanian.“Tapi, Evan. Bi Rasti seperti itu karena ada yang menyuruhnya, bukan niat murni mencelakakan aku,” bantah Nayla dengan lirih. Evan menggeleng, rahangnya menegang. “Tetap saja! Dia berusaha mencelakaimu, bahkan ingin membuatmu mandul! Apa kamu lupa itu, hah?!” sergah Evan dengan tegas, seolah tak ingin dibantah.Nayla menatap Evan dengan mata yang mulai berkaca-kaca, dadanya terasa sesak oleh campuran rasa cemas sekaligus takut. Dia meraih tangan Evan, lalu menggenggamnya dengan erat, dan tatapan matanya penuh harap. “Evan, aku tahu kamu marah,

  • Dimanja Suami Pura-pura Buta   Bab. 92

    “Evan, aku takut sekali. Bagaimana kalau …”“Syut … berhenti berpikiran buruk, sayang!Di ruang tunggu rumah sakit, Nayla masih terisak dalam pelukan Evan. Wajahnya pucat, matanya sembab. Evan mengusap lembut rambut Nayla, sesekali mencium keningnya. “Tapi, Evan. Aku benar-benar takut!” Nayla merengek manja seperti anak kecil.Evan menghela napas berat. “Ayolah, sayang. Biasanya juga kamu berani. Semuanya pasti baik-baik saja.”Setelah beberapa saat menunggu, dokter kandungan akhirnya memanggil mereka. Dokter muda, ramah, dan berpenampilan profesional itu adalah dokter Jacob. Dia langsung mempersilahkan mereka masuk ke ruang konsultasi. Dengan hati-hati, dokter memeriksa Nayla. Suasana tegang menyelimuti ruangan. Setelah pemeriksaan selesai, dokter Jacob tersenyum simpul.“Syukurlah, Nyonya Nayla. Hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa, meskipun ada kandungan zat yang mengganggu kesuburan dalam teh herbal yang Nyonya konsumsi, zat tersebut belum menimbulkan dampak signifikan pada k

  • Dimanja Suami Pura-pura Buta   Bab. 91

    “Maksud kamu, Evan?”Nayla menatap suaminya dengan rasa tak percaya.“Jangan bilang, kalau kamu juga mencurigai minuman ini?”Nayla mengangkat cangkir teh itu, menunjukkannya pada Evan.Evan menghela napas berat, menatap mata Nayla lekat-lekat.“Aku sama sekali tidak mencurigai tehnya, Nayla. Tapi aku curiga pada orang yang membuatnya!” Nada bicara Evan menjadi lebih tegas penuh penekanan. “Apa kamu lupa, kalau Rasti itu masuk dalam orang-orang yang kita curigai?”Nayla terdiam, mencerna kata-kata Evan. Dadanya sedikit sesak dan naik turun. Sulit baginya membayangkan sesuatu yang butuh di saat-saat bahagia seperti sekarang ini.“I–iya, Evan. Tapi tetap saja, ini hanya teh herbal!” bantah Nayla, mencoba menepis segala prasangka buruk.“Sayang ….” Evan menyentuh pipi Nayla, membelainya dengan lembut, hingga kedua mata mereka saling bertemu. “Aku tahu itu hanya teh. Untuk itu, kita perlu uji tes dulu tehnya, supaya kita bisa yakin kalau itu aman, ya.”Nayla menghela napas pasrah. Tangann

  • Dimanja Suami Pura-pura Buta   Bab. 90

    “Iya, Bi. Lusa, aku dan Evan akan pergi.”“Do’ain, ya. Semoga kami berdua segera mendapatkan keturunan.”Nayla begitu antusias dan bersemangat. Hingga dia tidak sadar, siapa yang sebenarnya dia ajak bicara itu. Mendengar itu, Rasti menyunggingkan senyumannya dengan terpaksa, kemudian menganganggukkan kepalanya.“Tentu, Nyonya.”“Baiklah, kalau begitu, bibi akan buatkan teh herbal untuk Nyonya, ya.”Nayla mengangguk, mengiyakan. Lalu, tanpa menunggu lama, Rasti langsung pergi ke dapur untuk membuatkan teh herbal tersebut. Dan Nayla pergi ke ruangan khususnya. Karena semenjak Nayla menjadi CEO, Evan menyiapkan ruangan khusus untuknya sendiri sebagai tempat bekerja kalau sedang berada di rumah.“Hmm … sebaiknya aku mengecek laporan hotel dulu, memastikan semuanya berjalan lancar, sebelum pergi berbulan madu dengan Evan.” Nayla bergumam sendiri di sela-sela langkah kakinya. Dia lalu mengulum senyuman, dengan pipinya yang tiba-tiba merona, tersipu malu. “Aku jadi tidak sabar menunggu lusa.

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status