Share

Dimanjakan Sentuhan Panas Adik Ipar
Dimanjakan Sentuhan Panas Adik Ipar
Author: Caramelly

Pernikahan Dingin

Author: Caramelly
last update Last Updated: 2025-09-11 14:31:57

Lingerie tipis warna hitam itu mengintip dari jubah satin yang membungkus tubuhnya, memperlihatkan siluet indah tubuhnya. 

Celyna menatap pantulan dirinya di cermin dengan senyum getir. Ibunya datang jauh-jauh hanya untuk mendadaninya seperti ini, sekaligus memberikan ceramah panjang soal menggoda suami seakan-akan Celyna adalah istri bodoh yang tidak bisa hamil meski sudah dua tahun menikah.

Yang benar saja, yang jadi masalah bukan Celyna. Melainkan–

“Kamu pikir kamu bisa membuatku mau menyentuhmu dengan berpenampilan begitu?”

Celyna terkesiap. Sontak, ia berbalik dan mendapati Kaizen sedang menatapnya dengan wajah merah. Bukan tersipu melihat kulit polos Celyna mengintip di balik jubah malamnya, melainkan karena marah.

Buru-buru Celyna merapatkan pakaiannya.

“Bukan itu maksudku. Aku baru saja ingin mengganti pakaian,” bela Celyna. “Tadi Ibu datang, lalu beliau–”

Kaizen mengibaskan tangannya, menyuruh Celyna diam. Pria itu melonggarkan dasi lalu membuka kancing kemejanya. Ia sama sekali tidak melihat ke arah Celyna lagi, seakan-akan wanita itu tidak ada di sana.

“Kai.” Setelah beberapa saat berdiri dengan kikuk, Celyna berkata. “Tadi Ibu titip salam. Maaf tidak bisa tinggal lebih lama–”

“Ck. Toh kalaupun dia bertemu denganku, dia hanya akan membahas soal anak lagi.” Kaizen memotong Celyna dengan dingin. Ia mendengus. “Mendesakku untuk menghamilimu. Kenapa? Apa belum cukup sokongan dana dari perusahaan untuk ayahmu?”

Celyna menggigit bibirnya, tidak bisa membalas. Karena memang setiap kali berkunjung ataupun mengobrol di telepon, ibu Celyna akan menanyakan apakah Celyna sudah hamil atau belum. Keberadaan anak akan mengokohkan ikatan pernikahan bisnis antara keluarga Kaizen dan Celyna–dan memang itulah yang diharapkan oleh keluarga Celyna.

Bagi mereka, tidak cukup “menjual” Celyna sebagai istri Kaizen saja. Mereka butuh jaminan lain.

Celyna sendiri pusing. Ia tidak ingin meminta anak, tapi ia jengah mendapatkan tudingan-tudingan dari keluarga dan kalangan elit atas kehamilannya yang tidak kunjung datang.

Apalagi karena keberadaan wanita itu….

“Jadilah istri yang lebih berguna. Pokoknya aku tidak mau mendengar masalah anak lagi,” tandas Kaizen.

Celyna mendongak, menatap sang suami. “Tapi, Kai. Bukankah ini waktu yang tepat untuk mencobanya? Kita sudah cukup lama menikah, tapi–”

“Kalau memang kamu ingin hamil, tidur saja dengan pria lain! Jangan terus-terusan mendesakku!”

Sontak, hati Celyna merasa seperti diremas mendengar kalimat itu dari mulut suaminya sendiri. Ucapan itu terdengar tajam penuh kebencian.

“Kamu gila?” Celyna berbisik lirih, meloloskan pertanyaan itu.

Kaizen terkekeh. "Lalu, kau berharap aku akan menyentuhmu malam ini? Jangan mimpi. Memang kapan aku pernah menunjukkan bahwa aku tertarik menidurimu?”

Kelopak mata Celyna bergetar hebat, tetapi ia berusaha untuk tetap tenang. 

“Aku tahu, kita menikah tanpa cinta. Tapi aku adalah istri yang kamu nikahi secara sah di mata hukum.” Celyna berucap pelan. “Tapi kamu rela istrimu tidur dengan pria lain? Aku masih punya harga diri, Kaizen!”

Kaizen menatap Celyna dingin dan tajam. Ia tersenyum sinis, tatapannya seolah merendahkan Celyna. 

“Jangan membuatku tertawa. Kamu kira selama menikah aku menganggapmu istriku?” cemooh Kaizen. “Lagipula, aku tidak peduli, kamu punya kekasih di luar sana, atau tidur dengan mereka. Terserah!”

Air mata yang selama ini dia tahan akhirnya tumpah. Hatinya terasa tercekik, dan seperti disayat-sayat oleh belati. Celyna tercekat menunduk.

“Menangis!? Menangis terus, dasar cengeng!” Kaizen mendengus. “Ah, sial. Kamu merusak suasana saja.”

Usai mengatakan itu, Kaizen keluar dari kamar. Suara pintu ditutup begitu keras.

Tubuh Celyna ambruk di lantai, dia meraba dadanya yang tidak hanya sekedar sesak. Air matanya semakin deras. Selama dua tahun Celyna bersabar menghadapi suaminya, yang tidak pernah luput dari ucapan kasar dan menyakitkan.

“Apa aku sehina itu di matamu—Kaizen?” lirihnya menunduk bersama air mata yang semakin deras. 

***

Malam itu Celyna dan Kaizen datang ke kediaman Kendrick, untuk makan malam bersama. Hari ini adalah ulang tahun nenek. Nenek tidak ingin dirayakan secara mewah, tapi beliau tetap menginginkan anggota keluarganya berkumpul bersama.

Kaizen melangkah masuk ke rumah lebih dulu, tidak menunggui istrinya. Pria itu membiarkan Celyna berjalan perlahan di belakangnya usai mereka turun dari mobil.

Celyna tidak berkomentar. Wanita itu hanya menghela napas dan berusaha mengontrol dirinya. 

Tiba-tiba Kaizen menghentikan langkah kakinya dia menoleh seraya memprotes. 

“Lambat sekali!”

Celyna diam saja dan segera menyusul Kaizen. 

“Ingat ucapanku kemarin,” bisik Kaizen. “Jangan sampai aku mendengar ibumu bertanya soal anak lagi kepadaku.”

Usai mengatakan itu, Kaizen membawa Celyna masuk ke ruang makan.

Di meja makan sudah ada mertua dan kedua orang tuanya, tatapan Celyna sempat bertemu dengan mata sang ibu yang dingin, sebelum akhirnya Celyna menyapa nenek.

“Kalian sudah datang,” sapa Nenek.

Kaizen tidak menjawab. Sedangkan Celyna memeluk nenek. “Nenek, selamat ulang tahun. Sehat selalu.”

Nenek tersenyum seraya memegang tangan Celyna. “Terima kasih, cucuku.”

“Ini hadiah dari kami,” kata Celyna.

Nenek tersenyum sangat bahagia. Ia mengambilnya. “Kamu memang paling mengerti aku yang tua ini.”

Sementara itu, ibu mertuanya memutar matanya, tidak senang.

“Ma, sudah waktunya makan malam.” Ibu mertua Celyna akhirnya angkat bicara.

“Tolong panggilkan Tuan muda untuk segera turun,” ucap Nenek kepada seorang pelayan.

Celyna yang mendengar itu, menatap nenek penasaran. Lalu teringat kalau di dalam rumah ini ada dua tuan muda. Satunya lagi tinggal di luar negeri dan jarang kembali ke Indonesia. 

‘Sepertinya adik Kaizen sudah kembali.’

Tidak lama, kepala pelayan di rumah itu memberitahukan kedatangannya.

“Tuan muda sudah datang.”

Langkah kaki terdengar semakin dekat, di waktu yang sama Celyna menaikkan pandangannya. Dilihatnya sosok itu berjalan mendekat meja makan. Celyna tercekat, ia membelalak.

“Dia?” gumamnya pelan nyaris tidak terdengar.

Pria itu bernama Caelan Kendrick, tuan muda kedua di keluarga Kendrick. Adik dari Kaizen.

Sekaligus mantan kekasihnya di masa lalu.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Dimanjakan Sentuhan Panas Adik Ipar    Pelukan Hangat yang Menenangkan

    Spontan Celyna membungkam mulutnya. Jantungnya seakan berhenti saat menyaksikan suaminya mencium perempuan itu dengan begitu mesra, bahkan mengangkat tubuh perempuan itu ke atas meja, hendak melucuti pakaiannya. Air mata Celyna menetes, tak tertahan.Celyna tidak tahan menyaksikan semua itu. Saat hendak berbalik, kakinya goyah dan tubuhnya hampir jatuh. Suara kecil yang ia timbulkan membuat Kaizen dan kekasihnya sontak menghentikan cumbuannya. Dengan panik, Celyna melepas sepatu haknya dan berlari keluar.Saat Kaizen keluar, dia hanya mendengar suara pintu utama ditutup. Tanpa tahu siapa yang datang.Malam itu, Celyna berjalan di tengah-tengah kerumunan orang-orang. Ia tak peduli dengan tatapan para sosialita yang mulai memperhatikannya. Air matanya jatuh semakin deras, hatinya perih seperti ada ribuan jarum yang menancap di dadanya. Dengan langkah gontai, ia keluar dari resort sambil menggenggam sepatu hak dan tas di tangannya. Bayangan suaminya bercumbu dengan perempuan lain terus

  • Dimanjakan Sentuhan Panas Adik Ipar    Kekasih Gelap Suamimu!

    Ponsel itu jatuh dari tangannya. Celyna membeku, matanya terpaku pada layar yang menampilkan foto itu. Foto itu terlalu nyata untuk bisa disebut rekayasa. Kaizen memakai pakaian yang sama dengan yang dikenakannya hari ini.Hatinya seperti diremas, sesak. Tangannya gemetar ketika berusaha memungut ponsel dari lantai.Dengan napas yang tidak beraturan, ia kembali menatap layar ponselnya. Tubuhnya merosot hingga terduduk di depan pintu, air matanya menetes begitu saja.“Kaizen,” gumamnya hampir tak terdengar.Satu jam berlalu. Langit sudah gelap, tetapi tidak ada tanda-tanda suaminya kembali ke kamar hotel. Celyna masih menggenggam ponselnya erat-erat. Pertanyaan demi pertanyaan kini menggerogoti pikirannya. Sekarang ia semakin mengerti. Kenapa Kaizen tidak pernah mau menyentuhnya.Celyna menyeka air matanya. Ia mencoba menghubungi nomor pengirim foto itu, tapi panggilannya tidak pernah dijawab. Sambil duduk di sofa, ia mencoba lagi, tetap tidak diangkat.[Kamu siapa?]Ia mengirim pesan s

  • Dimanjakan Sentuhan Panas Adik Ipar    Nomor Tidak Dikenal

    Celyna terdiam, wajahnya memucat. Namun, dia tetap berusaha tenang. Dan memalingkan wajah.“Ternyata kau sama saja dengan perempuan di luar sana, munafik! Kau memilih menikahi kakakku, demi nama besar dan kekuasaan. Jangan salahkan aku kalau sekarang menganggapmu perempuan murahan.”“Cukup!” Celyna balas berteriak, matanya berkaca-kaca. “Kau tidak tahu apa pun! Kau tidak pernah tahu…”“Tahu apa?” Caelan mencondongkan tubuhnya, menatapnya lebih dekat. “Kalau sebenarnya kau cuma pion murahan keluarga politikmu? Atau kau memang tidak bisa hidup tanpa uang dan status?”PLAK!Tamparan mendarat untuk kedua kalinya di wajah Caelan.“Pergi!” pekiknya. “Kalau kau masih punya harga diri, jangan pernah muncul lagi di hadapanku.”Caelan menurunkan pandangannya. Tamparan itu masih terasa di pipinya. Ia bahkan menyentuh pipinya, ironi. Caelan kembali menaikkan pandangannya menatap Celyna.“Karena kau sudah masuk ke dalam keluarga Kendrick, jangan harap kau bisa hidup dengan tenang.”Celyna tercekat

  • Dimanjakan Sentuhan Panas Adik Ipar    Lepaskan Aku!

    Mata Celyna bertemu dengan mata dingin milik Caelan, yang kini menatapnya lekat, dingin dan menusuk. Sementara Kaizen dan ibunya tampak malas, berbeda dengan sang ayah. Kedua orang tua Celyna tidak berkomentar. Mereka hanya tersenyum.“Caelan, cucuku. Sejak muda di sudah tinggal di luar negeri, aku baru sempat mengenalkannya kepada kalian. Saat pernikahan Celyna, Caelan tidak bisa datang.”Kaizen tersenyum miring. “Kukira kau tidak akan pernah kembali.”Caelan dengan tenang duduk, sorot matanya tidak pernah beralih dari Celyna yang duduk di samping Kaizen.“Sudah waktunya aku pulang dan bergabung dengan perusahaan,” jawab Caelan tenang.Kaizen terkejut. “Apa kau bilang? Bisa-bisanya orang sepertimu bergabung di perusahaan.”“Cukup!” Ayah mertua akhirnya angkat bicara. “Ini bukan tempat debat. Apa kalian tidak menghargai nenek kalian?”Celyna yang gugup, dengan tangan gemetar akhirnya meraih gelas yang berisikan segelas air putih.“Jadi, ini istri idamanmu?” tanyanya dengan nada yang t

  • Dimanjakan Sentuhan Panas Adik Ipar    Pernikahan Dingin

    Lingerie tipis warna hitam itu mengintip dari jubah satin yang membungkus tubuhnya, memperlihatkan siluet indah tubuhnya. Celyna menatap pantulan dirinya di cermin dengan senyum getir. Ibunya datang jauh-jauh hanya untuk mendadaninya seperti ini, sekaligus memberikan ceramah panjang soal menggoda suami seakan-akan Celyna adalah istri bodoh yang tidak bisa hamil meski sudah dua tahun menikah.Yang benar saja, yang jadi masalah bukan Celyna. Melainkan–“Kamu pikir kamu bisa membuatku mau menyentuhmu dengan berpenampilan begitu?”Celyna terkesiap. Sontak, ia berbalik dan mendapati Kaizen sedang menatapnya dengan wajah merah. Bukan tersipu melihat kulit polos Celyna mengintip di balik jubah malamnya, melainkan karena marah.Buru-buru Celyna merapatkan pakaiannya.“Bukan itu maksudku. Aku baru saja ingin mengganti pakaian,” bela Celyna. “Tadi Ibu datang, lalu beliau–”Kaizen mengibaskan tangannya, menyuruh Celyna diam. Pria itu melonggarkan dasi lalu membuka kancing kemejanya. Ia sama sek

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status