Share

Bab 17. Tuan Mau Juga?

Penulis: Astika Buana
last update Terakhir Diperbarui: 2025-12-12 18:21:18

“Berbahaya, Non Keira. Airnya dalam untuk anak kecil."

“Tapi Papi main air boleh.”

Cahya tersenyum sambil membelai kepala Keira. “Papi sudah pandai berenang. Jadi aman.”

“Keira juga sudah bisa berenang. Aku kan ikut les renang,” jawab Keira tidak mau kalah.

“Kalau Non Keira masuk ke air, terus adek mau ikut gimana? Adek kan belum bisa berenang.”

Mata Keira mengerjap. Anak kecil itu tidak boleh diperintah apalagi dipaksa. Semakin kita melarang, semakin dia penasaran. Harus dipancing supaya dia mengikuti apa yang kita mau.

“Adek Satria, kalau Kakak ke air adek ikut tidak?” Kepala kecil itu meneleng ke arah Satria.

“Catia ikut Akak.”

Keira mengalihkan pandangan ke Cahya. “Iya, deh. Keira main pasir saja.”

Kembali mereka bermain pasir. Kali ini berganti dengan jual-jualan. Keira mencetak kue dari pasir, sedangkan Cahya dan Satria menjadi pembeli.

“Keira mau berenang dengan Papi?” Suara berat bersamaan dengan tetesan air tepat di sebelah Cahya.

Wanita itu tidak berani mendongak. P
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Dimanjakan sang Majikan Tampan   Bab 29. Tanda Kepemilikan

    Ruang indah itu tercipta kembali. Cahya luruh di dalam pelukan sang majikan yang tidak mampu dia abaikan.Bertolak dari tempat makan malam, mobil mereka berhenti di tepi pantai. Seakan kurang puas menikmati malam, kebersamaan pun berlanjut.Tangan Ethan merengkuh kepala wanita itu untuk barsandar di bahunya. Mengaitkan jemari untuk tetap tinggal di pangkuan. “Tanganmu begitu kuat, Aya. Aku suka.”Ibu jari Ethan mengusap-usap telapak tangan Cahya. Lalu dia mengamati garis tangan, kemudian membandingkan dengan miliknya.“Begitulah tangan pekerja. Kasar,” jawab Cahya tanpa berniat menarik tangan.“Bukan kasar, tetapi terlihat kalau kamu cekatan dalam segala hal.”Kali ini, usapan merambah pada punggung tangan. Kemudian menyusuri bulu-bulu halus yang menghiasai kulit putih kekuningan. Membandingkan miliknya yang putih kemerahan.“Kamu tidak memakai perhiasan? Bukankah wanita menyukai itu?”Cahya tersenyum. “Meskipun suka, tetapi saya tidak pernah memikirkan itu.”“Sayang sekali. Tangan k

  • Dimanjakan sang Majikan Tampan   Bab 28. Makan Malam Orang Dewasa

    Biasanya jadi waitress melayani, sekarang justru dilayani.Seumur-umur Cahya tidak pernah membayangkan akan dilayani seperti ini. Ingin pun tidak, karena lebih memilih tidak membuang uang sekadar untuk mengisi perut. Untuk apa mengeluarkan uang yang cukup untuk makan dua bulan?“Makan itu tidak hanya mengisi makanan ke dalam perut. Ini yang harus kamu pelajari dari sudut pandang pembeli,” ucap Ethan setelah makanan mulai disajikan.Pertama appetizer. Cahya menatap hidangan di depannya yang begitu indah. Potongan tipis yang melingkar berbentuk bunga. Cantik, kecil, dan terlihat mahal.“Makan.”“Baik, Tuan.”Cahya mencari rasa yang dia kenal. Seperti mentimun, lobak, dan saus sedikit asam begitu unik. Rasa segar pecah saat mengunyah makanan ini.“Menurut kamu bagaimana?”“Cantik di mata, dan di mulut terasa segar,” jawab Cahya. Kemudian menambahkan tetapi dalam hati. ‘Plus kering di kantong.’“Good. Konsep makanan tetap sama. Pertama sasarannya mata, baru setelahnya indra perasa.” Sang m

  • Dimanjakan sang Majikan Tampan   Bab 27. Tidak Sekedar Dekat

    “Segala sesuatu itu lebih baik ditanyakan daripada dipikir sendiri, tetapi itu salah.” Ethan memalingkan wajah ke Cahya.Lampu merah meleluasakan dia untuk mengamati tingkah wanita di sampingnya. Meskipun tetap diam, tetapi gerakan jari-jarinya menandakan ada bergolakan. Seperti maling yang ketahuan, jantung Cahya pun berdegup kencang.Sampai lampu menyala hijau, wanita ayu itu tetap diam. Dia mungkin masih membutuhkan ruang dan waktu untuk melepaskan diri dari emosi, pikir Ethan. Pandangan mata Cahya bergerak ke belakang. Mobil yang dia tumpangi melewati jalan menuju ke rumah."Tuan, kita akan kemana?" "Ternyata kamu masih bisa bersuara." Ethan tersenyum kecil tanpa menjawab pertanyaan. Mobil mewah berwarna hitam itu meluncur, sementara isi kepala Cahya mulai mencerna penjelasan Ethan tentang kejadian tadi. Memang terlihat mereka seperti bermesraan. Akan tetapi melihat posisinya, bukankah itu justru menandakan penyerangan?Pikirannya menyelidik dalam. Lelaki di sampingnya ini pun

  • Dimanjakan sang Majikan Tampan   Bab 26. Lengket

    Setelah waktu pulang tiba, mereka berkemas.“Mbak Cahya aku antar, ya? Aku bawa motor sendiri.” Komang menunjuk sepeda motor merah.“Tumben.”“Suami ngantar tamu ke Jawa.”Dia memang diantar jemput suaminya yang kesehariannya sopir ojek mobil online. Padahal dia bisa naik motor sendiri. Namun, tidak diperbolehkan keluar rumah tanpa suami.“Yuk! Sekalian kita jalan-jalan ke Kuta. Aku lama tidak kelayapan sendiri. Lumayan menikmati jadi nak bujang ketika suami pergi,” ucap Komang sambil tertawa.“Jangan gitu, nak e. Suami cari duit malah jalan-jalan.”“Ya kan memang yang tugasnya buang duit itu istri. Ayok!”“Hmm… tidak deh, Mbok. Aku ingin cepat pulang saja. Istirahat.”“Yah….” Akhirnya Komang menyerah. Dia memakai helm dan bersiap untuk berangkat. Saat mesin motor menyala…“Aku ikut, dah,” seru Cahya tiba-tiba. Tanpa menunggu jawaban dia langsung duduk di belakang. “Berangkat sekarang aja. Yuk!”Komang merasa heran, tetapi dia tetap tanjap gas. Sedangkan Cahya menunduk, menyembunyika

  • Dimanjakan sang Majikan Tampan   Bab 25. Terikat

    “Cukup, Erika! Jangan bikin ribut!”Teriakan Ethan tidak menyurutkan, justru memantik kemarahan Erika. Wanita itu mendengkus sambil menatap Cahya penuh kebencian.“Tidak! Orang seperti dia kalau dibiarkan akan semakin belagu! Dia salah!” Sekarang Erika justru menatap Ethan. Ada rasa tidak terima di sana.Ethan menghela napas panjang. Sorot matanya melunak. “Mengerti. Tetapi tidak harus dengan kekerasan, kan? Dia pun tidak salah seratus persen karena dia melaksanakan tu__”“Kamu membela dia, Kak? Perempuan ini salah! Lepaskan!” Wanita itu mendesis. Perlahan tangannya terbebas dari genggaman Ethan.Erika menyeringai.PLAK!Tangan kanan terayun.Sedangkan tangan satunya meraih gelas berisi jus alpukat, dan ….BYUR….Seketika, dari ujung kepala Cahya basah. Wanita malang itu hanya bisa menahan napas ketika aliran melewati wajahnya. Tubuhnya gemetar dengan posisi sama. Kedua tangan membawa nampan yang penuh dengan makanan pesanan Erika.“Gila kamu, Erika!”Ethan mengambil alih nampan dan me

  • Dimanjakan sang Majikan Tampan   Bab 24. Menyerang Kembali

    “Hei! Melamun, ya!”“Eh, Mbok Komang. Kaget aku.”Komang mensejajari Cahya dan menyenggolkan lengannya. “Mikiran apa, sih. Sampai tidak dengar aku panggil-panggil.”Cahya menoleh. “Iya?”“Lagi tremor karena diomelin Bos, ya?”“Mbok Komang lihat?”“Iya. Kamu mengangguk-angguk sedangkan Bos Ethan gini-gini,” celetuk Komang sambil memperagakan gerakan Ethan yang menunjuk-nunjuk. “Apes kamu. Baru sampai sudah ketangkap.”Dahi Cahya mengernyit. Dalam hati dia berkesimpulan kalau teman kerjanya ini tidak melihatnya keluar dari mobil Ethan.Sampai detik ini, yang teman-temannya tahu sebatas dia adalah karyawan yang diseleksi langsung oleh Bu Hanum. Tidak lebih. Termasuk dimana Cahya tinggal dan apa tugasnya.“Nasib buruk, ya, Mbok,” sahut Cahya sambil tersenyum lega.“Memang iya. Kok, Mbak tahu?”“Heh?!”Langkah Cahya semakin berat mendengar penjelasan Komang berikutnya. Teman kerjanya itu menceritakan kalau dulu ada temannya yang mendapat celaka gara-gara berbicara lama dengan Ethan.“Apala

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status