Janda. Menyandang status itu karena masalah perselingkuhan yang direstui keluarga pasangan tentu saja sangat mengenaskan dan menjadi beban tersendiri untukku.
Gimana gak jadi beban kalau setiap waktu tuh si mantan dengan kroni-kroninya masih sibuk merongrong?Seperti yang dilakukan Hans tadi malam, siapa duga dia datang hanya untuk bertanya tentang jawabanku pada lamaran Athar yang notabene sudah menjadi adik iparnya.Sungguh, perbuatan yang tidak menyenangkan. Mengganggu ketertiban hati!"Hoaaah!"Entah berapa kali siang ini aku menguap seraya mengerjakan laporan QC (Quality Assurance) obat yang diminta SPV (Supervisor).Sebagai karyawan yang diwajibkan untuk berdedikasi di PT. Orchid Farma Tbk ini, aku cukup tahu diri untuk loyal meski rasanya mata sepet banget akibat menangis semalam. Maklumlah, insiden di pernikahan Hans kemarin masih membekas dalam."Hey, janda, ayo keluar! Kita disuruh ke meeting room tuh bakal ada bos baru! Siap-siap ya?" tegur Ratna disertai pukulan kecil di bahu dan itu membuatku geram."Heh! Berhenti manggil gue janda! Enak aja lo, janda juga manusia," semprotku pada Ratna yang langsung cekikikan.Ratna adalah teman satu divisi di QC, mejanya tepat di samping mejaku. Ratna juga adalah teman satu ghibahan yang kadang bikin senewen karena selalu menyebut statusku secara frontal. Saking bocornya, teman satu pabrik sampai angkat tangan karena dia biang gosip."Hehehe ... iya dah sorry kan lagi gak ada orang, gue ngasih info aja kalau pengganti Bos Burhan bakal datang, kita harus siap-siap," ujar Ratna sambil mengambil bedak dan lipstik di mejanya.Melihat dia yang tergesa-gesa aku yakin info Ratna valid. "Sekarang banget nih?" tanyaku malas."Iya, ayo buruan! Katanya dia ganteng loh Beb baru lulus S-3 kimia UNM," samber Hana yang baru datang dari luar dengan gaya heboh."Masa?" sahutku tak perduli. Kembali menatap layar laptop."Yes mother. Yuks ah capcus!" ajak Hana dengan mata yang berbinar-binar. Aku yakin nih si bos baru bakal jadi incerannya.Aku menggeleng pelan. "Gue kayaknya bentaran dulu deh, lagi banyak targetan nih. Gue nyusul-lah," pungkasku malas."Ih gak mau Nia, kita harus kompak. Ayuk ah cepetan! Lo mah lama!" Tanpa permisi Hana dan Ratna langsung menarik tanganku untuk pergi bersama mereka keluar kubikel.Aku sontak protes. "Eh, eh bentar! Aku belum tacap ini!""Gosah tacap-tacap! Lo janda ini! Si Bos pasti gak mau sama janda!"Astaghfirullah. Kalau ngomong suka kejam, ih! Tapi, benar juga sih. Yodahlah!Dengan sangat-sangat terpaksa akhirnya aku harus mengikuti acara perkenalan si bos baru ini. Sebenarnya bukan terpaksa tapi wajib bin fardhu, kalau aku gak ikut besok-besok siap PHK beginilah derita pekerja.Namun, setidaknya setelah bercerai aku cukup bersyukur karena kini gajiku aman tak seperti sebelumnya yang habis untuk resiko dapur, keperluan Bu Nur dan hutang Hans pada pinjol (pinjaman online) yang jumlahnya memusingkan.Dulu, hampir setiap hari ada saja SMS, telepon sampai WA dari rentenir online yang mampir ke ponselku karena Hans menjadikan nomorku sebagai jaminan. Mungkin sekarang pun masih ada tapi tak sesering sebelumnya tapi sudah langsung kublokir.Aku jadi penasaran. Apakah Hans masih suka meminjam pada pinjol jika sudah menikah sama Anita? Secara istrinya yang sekarang lebih kaya daripada aku yang sebatas karyawan kontrak.Cih! Menyedihkan sekali nasibku jika mengingat itu."Eheum! Tes. Tes. Apakah semua staf sudah hadir?" Suara Pak Vino di depan sana sukses membuyarkan lamunanku.Semenjak masuk ke meeting room aku memang memilih tak terlalu fokus pada acara dan sibuk bermain ponsel."Udah Paaaak," jawab semua staf hampir bersamaan."Baiklah, saya akan memperkenalkan bos baru kita. Saya harap semuanya bisa bekerja sama dengan beliau karena dia adalah kepala cabang baru yang bertalenta. Kita harus bersyukur karena selain muda beliau juga sangat berprestasi! Sudah gak sabar bukan menanti kepala cabang kita yang keren ini?"Pertanyaan Pak Vino yang berlebihan kontan saja membuat semua orang heboh. Apalagi karyawati yang masih jomblo semua pada sibuk berkasak-kusuk dan cari muka. Tak terkecuali sahabatku Ratna dan Hana, duo racun itu terlihat sibuk mendempul pipinya dengan bedak.Heran, heran.Emang setampan apa sih si bos baru? Sampai Bu Brenda pun yang biasanya tampil seadanya mendadak pake blush on."Gimana sudah siap semua menyambut bos baru kita?" Pak Vino kembali mematik semangaat."Sudah siap Paaaak!" jawab semua orang persis anak paduan suara."Baiklah, kalau begitu. Saya mau mempersilahkan bos kita yang tampan Pak Athalarik Yusuf silahkan masuk, Pak!"WES! Bentar! Apa? Athar?Bersamaan dengan berakhirnya pendahuluan dari Pak Vino, seseorang menarik pintu meeting room.Semua fokus langsung tertuju padanya.Astaga! Sosok itu?!Rasanya bola mataku hampir saja keluar dari kelopak ini ketika kudapati pria tinggi nan tegap sedang berjalan dengan gagahnya menuju Pak Vino.Aku bahkan harus menggisik mata berulang kali untuk memastikan kalau yang kulihat itu Athar yang kemarin melamarku.Bagaimana bisa dia menjadi bosku? Ini gak mungkin! Aku pasti bermimpi."Selamat siang semuanya. Perkenalkan saya Athalarik Yusuf. Semoga kita bisa bekerja sama," ujar Athar terdengar tegas diikuti senyuman di bibirnya yang truly hot hingga semua orang terpesona.Lelaki berumur 28 tahun tersebut pun berhenti tepat di samping Pak Vino.Dengan gaya eksekutif muda yang siap meng-intimidasi siapa saja, Athar mengedarkan pandangannya ke setiap sudut ruangan dan berhenti ketika melihat wajahku yang sedang tegang. Tanpa sengaja mata kami bertatapan dan tak bisa kucegah debaran itu hadir seketika.Dag-dig-dug.Beberapa saat aku menahan napas karena jantungku berdetak sangat cepat, sedang dia nenatapku dengan wajah bak Hiena pemburu yang menemukan mangsanya. Untunglah tatapan mematikan itu tak berlangsung lama karena Pak Vino tiba-tiba menyela."Oh, ya, Pak Athar katanya ada alasan khusus ya Bapak lebih memilih cabang Bandung dibanding pusat? Kenapa Pak? Padahal di pusat bagus loh posisinya," tanya Pak Vino basa-basi.Ditanya begitu Kafka hanya mengulas senyum. "Ya, Pak saya memilih cabang di kota ini karena memang ada alasan.""Waw ternyata benar kalau boleh kami tahu alasannya apa itu Pak? Soalnya cukup mengejutkan ketika direksi mengatakan Pak Athar yang akan menjabat di sini. Kalian pasti penasaran juga kan?""Iyaaaa! Kenapa Pak?""Ayo sebutkan! Kami penasaran!"Sorak yang lainnya mendukung candaan Pak Vino. Maklum kebanyakan yang heboh adalah kaum jomblo.Melihat situasi yang ricuh, Athar menarik napas dalam seraya melirikku.Ya ampun ... perasaanku jadi tak enak.Jangan bilang kalau dia ...."Baiklah, jika kalian ingin tahu ya sekalian perkenalan. Sebenarnya alasan saya ingin dimutasi ke Bandung yaitu saya ingin dekat dengan calon istri saya."Uhuk!Aku sontak terbatuk dan sialnya itu berhasil menarik perhatian. Semua mata langsung memandang aneh ke arahku seolah ada naga api yang keluar dari mulut ini apalagi ketika netra tajam Athar kembali menangkap sosokku."Kenapa Mbak, kok batuk? Apa Mbak kenal dengan calon istri saya?" tanya Athar dengan seringai yang sangat meng-intimidasi membuatku reflek menelan ludah.Glek.Mati aku. Calon istri yang dia maksud apakah itu aku?Brak!"Astaghfirullah!"Aku hampir saja terlonjak ketika Ratna tiba-tiba saja menggebrak meja kantin tanpa aba-aba.Sepulang dari meeting room, kami bertiga memilih makan bakso di kantin Bu Isoh karena masih jam istirahat."Ini gak bisa dibiarin Nia, Han! Kita harus tahu siapa calon istri Pak Athar! Titik!" ujar Ratna tegas membuatku spontan bergidik ngeri.Duh ... bisa gawat kalau mereka tahu yang dimaksud Athar adalah aku. Bisa-bisa dijadikan seblak ceker sama fans dadakan Athar. Brrr! Menakutkan.Kalau begitu ceritanya, oke fix! Sudah kuputuskan bahwa berpura-putar adalah jalan ninjaku."Iya, tapi nyari tahu kemana Markonah? Wong si Bos aja gak ngasih tahu namanya," sahutku cuek sambil memakan pentol bakso."Ya, ke mana aja. Masalah itu bisa kita pikirkan. Oh ya, Kania lo beneran kan gak tahu calon istri Pak Athar?" selidik Ratna padaku dengan wajah penuh kecurigaan.Aku yang jelas-jelas berbohong tentu saja tak nyaman."Beneran Ratna gue gak tahu. Kan Lo tahu sendiri tadi denger
Tadinya ingin sekali aku menghajar balik si Pak Vino dan istrinya dengan tendangan Cimandeku. Namun, mengingat itu masih area kantor lebih baik kejadian tadi dirahasiakan.Athar pun bilang bahwa dia akan menyelesaikan semua dengan caranya hingga aku tak perlu membalas perbuatan mereka karena Pak Vino langsung diurus HRD dan akan diberi surat peringatan (SP).Jujur, dalam situasi ini aku tidak tahu lagi harus bersikap seperti apa tapi yang pasti batinku sangat terluka dan merasa bersalah.Wanita mana yang mau difitnah dan dilecehkan secara verbal oleh orang lain? Aku kira apa pun statusnya pasti tidak mau. Apalagi, akibat itu seseorang harus berkorban untuk melindungiku.Ish! Aku kesal pada diriku sendiri dan semuanya."Mbak! Udah dong jangan nangis. Saya masih punya kemeja cadangan kok di lemari kantor jadi gak usah dibersihin, lagian pake kaos juga gak masalah kalau manajer mah, udah ya cup-cup jangan nangis lagi ...." bujuk Athar padaku yang terus menangis sambil mengucek baju.Waktu
"Maaf Pak, maaf! Saya gak sengaja."Bagaikan orang bodoh, aku gegas mendudukan diri syok karena baru sadar kalau aku tengah mempermalukan diri sendiri. Bisa-bisanya, tubuhku yang agak bongsor ini jatuh tepat di ujung sepatunya Athar. Ih najong! Mending sosor yang punyanya ya, kan? Eh, astaghfirullah. Oh ya Allah! Ingin rasanya aku menghilang saja di telan bumi atau masuk ke kantong Doraemon jika begini ceritanya. Namun, Athar anehnya gak marah, pria itu malah terlihat mengulum senyumnya. "Sudah gak apa-apa, Mbak. Tapi sebenarnya kamu ada perlu apa sampai ada di depan ruangan saya?" tanya Athar seraya membantuku berdiri disaksikan Tiara yang menatap sinis dan duo racun yang melongo bego."Anu Pak, ehm ... anu saya tadi lagi ... aw!" Aku meringis menahan lututku yang tiba-tiba sakit kala mencoba bangun. Heran, entah kenapa tubuhku tiba-tiba limbung akibat rasa ngilu yang menjangkiti, ini pasti terjadi gara-gara aku terjatuh dan kakiku bersilaturahim dengan lantai.Athar yang tadinya
Aku memandang pantulan bayanganku di depan cermin, semalam tadi aku sukses cosplay imenjadi Kuntilanak yang galau karena perasaan sendiri. Saat orang lain sudah terlena dengan tidur mereka hingga asyik bermimpi, sialnya aku masih menatap layar ponsel berharap ada pesan dari Athar yang nyatanya gak kunjung datang.Sebal! Aku yang sempat berpikir Athar akan menjelaskan tentang hubungannya bersama Clara nyatanya harus menelan pil kecewa. Tak kuduga lelaki itu sama sekali gak menghubungiku, padahal aku mengira setelah kejadian di depan ruangannya kemarin, dia akan menjelaskan tentang gosip yang terjadi di kantor.Mungkinkah benar kalau mereka sudah menjalin hubungan? Mungkinkah hatinya kini sudah terpaut pada Clara? Apalagi dia sudah dekat dengan ibunya.Ah, sial! Kenapa aku jadi overthingking begini? Hanya karena dia pernah melamarku, aku jadi punya harapan lebih pada Athar yang baiknya aku hindari."Sudahlah, Nia! Jangan pikirin Athar! Jangan!" rapalku di depan cermin.Menyadari kebodo
Don't judge the book by it's cover. Benar banget, buktinya lelaki bernama Athalarik Yusuf ini dari luarnya aja kalem, sok dingin, cengengesan, jahil tapi aslinya dia dewasa dan terlalu gegabah.Apa buktinya? See! Sekarang tanpa persetujuan apa pun dia tiba-tiba mengikrarkan diri untuk melamar langsung ke Mamah lagi.Oh Tuhan! Lama-lama aku bisa sawan melihat kelakuan Athar.Entahlah bagaimana pikiran Athar tapi yang jelas aku bingung. Diam-diam aku hanya berdoa semoga Mamah tidak bertanya macam-macam dan menyelidiki Athar.Kalau Mamah sampai tahu Athar ini adik dari pelakor' yaitu Anita, sudahlah tamat riwayatku.Bisa-bisa bukan hanya Athar ditolak, tapi aku pun pasti diminta keluar dari tempat kerja yang sekarang."Huuuuuuh!"Entah ke berapa kalinya, aku menghela napas tegang karena situasi di ruang tamu yang lebih horor dari sidang sarjanaku. Setelah Athar bilang ingin melamarku, Mamah langsung meminta kami duduk berbincang dengan serius.Namun, ketika kami sudah berhadapan anehnya
Aku menatap nyalang langit-langit kamar. Usai lamaran dadakan yang dilakukan oleh Athar tadi sore, entah mengapa aku sama sekali tak dapat memejamkan mata. Kalau kata penyanyi dangdut Cita Citata, bisa jadi aku sedang mengalami GEGANA (Gelisah, Galau dan Merana).Ya, aku gegana karena Athar hingga aku tidak tahu harus berbuat apa. Di satu sisi, aku tak mau munafik kalau mulai menaruh hati. Melihat dia yang selalu membelaku, rasa kewanitaanku mulai tergelitik tapi di sisi lainnya aku merasa hubungan kami akan sulit. Athar adalah adik dari Anita, tidak terbayangkan jika kami harus berada di bawah satu atap yang sama.Oh Tuhan. Tidak! Aku tidak mungkin menikah dengannya, di saat aku masih penuh ras atrauma. Aku bahkan tak yakin bisa menjalin hubungan lagi dengan lelaki. Aku yakin ada yang salah untuk semua ini tapi anehnya Mamah sama sekali tak mau menerima protesku. Mamah bersikeras tentang permintaannya padahal aku sudah bilang kalau aku ingin Mamah menolak saja, tidak perlu sampai me
"Jangan bermain api jika kamu tidak mau terbakar bersamanya."Begitulah petuah ayahku sebelum beliau meninggal. Jika mengingat itu jantungku seakan berdenyut ngilu.Ayah benar!Seharusnya aku tak bermain api karena sekarang aku tak tahu bagaimana memadamkan asapnya. Seharusnya dulu aku tak sempat membuka hati karena sekarang aku bingung mengobatinya.Semalam setelah permintaan ibunya Athar yang membuatku sakit hati. Tanpa berpikir panjang dan berdiskusi dengan Mamah, aku langsung menghubungi Athar untuk menolak lamarannya. [Athar, saya harap kamu mundur dan berhenti mengatakan ingin melamar saya. Kalau pun terjadi, hubungan ini akan sulit lebih baik kita berhenti.] Begitulah isi penolakanku pada Athar tadi malam.Sungguh, aku tidak bisa mentoleransi lagi. Aku tidak sudi dituduh macam-macam sama keluarga Athar.Menanggapi penolakanku itu, tentu saja Athar langsung tak terima. Lelaki itu berulang kali mengirimi aku pesan dan menelepon bagaikan orang yang hilang akal.[Mbak. Kenapa Mbak
Aku memijit kening yang terasa berat. Jujur, meski aku sudah berusaha untuk fokus rasanya tetap saja gagal. Berkas, angka-angka dan kerjaan yang menumpuk sama sekali tak bisa mengalihkan konsentrasi yang terpecah.Galau! Aku sedang galau. Kondisi hatiku yang tidak terlalu bagus ini semua diakibatkan karena kepikiran Athar. Tak bisa dipungkiri dari mulai omongan hingga ekspresinya saat tadi meninggalkan ruang meeting bersama manajer cantik itu membuat perasaanku gundah.Wajahnya yang tampak dingin dan semua sikapnya yang berubah membuatku merasa bersalah dan cemburu. Dia tak lagi memanggilku menyapa dengan ramah, seperti ingin menunjukan kalau dia marah.Oalah! Ruwet! Ruwet!Kenapa aku jadi frustasi sendiri? Bukankah ini keputusanku untuk menolaknya?"Nia?"Di tengah-tengah konflik batin yang sedang kualami, tiba-tiba ada panggilan yang mengarah ke padaku.Aku terperangah, seperti dibangunkan dari lamunan. "Eh, ya apa?" tanyaku kaget pada Danil. Dia adalah teman satu timku."Kamu ditun