Share

Canggung

Suasana canggung sangat terasa di antara dua insan berbeda usia yang tengah duduk berhadapan di sebuah warung makan sederhana. Setelah mengunjungi klinik laktasi, Basuki memutuskan singgah sebentar di sana untuk makan siang.

Selama menunggu pesanan mereka datang, tak sekalipun keduanya saling berbicara atau bertatap muka. Di antara mereka akan buru-buru mengalihkan perhatian saat tak sengaja bertemu pandang.

Asma masih terlalu malu untuk bersitatap dengan bapak sambungnya. Pipinya bahkan masih terasa panas sejak mereka keluar dari rumah sakit hingga sekarang.

Sesekali gadis itu akan menarik napas dalam-dalam ketika mengingat bayang-bayang Basuki yang tengah memijat aset pribadinya. Dimana hal itu dilakukan atas saran dari Dokter Juanda.

Kini bukan hanya Basuki yang merasa menyesal karena membiarkan semua kebohongan ini terjadi. Asma juga ikut menyesal karena telah berbohong kepada dokter tersebut.

Namun semua ini sudah terlanjur terjadi. Asma juga tidak mungkin mengatakan kebenarannya pada wanita itu. Dia masih belum siap jika dipandang sebelah mata karena keputusannya.

Selain merasa malu karena kejadian itu, hal lain yang membuat Asma tak sanggup menatap wajah Basuki adalah saat dengan tidak tahu malunya dia menginginkan pria itu untuk melakukannya lagi.

Asma benar-benar merasa telah kehilangan muka di depan Basuki. Ingin sekali dia menenggelamkan dirinya agar tidak bertemu dengan pria itu.

Namun Basuki justru membawanya ke tempat ini. Membuat dirinya tak dapat berkutik dan hanya bisa terdiam kaku karena berlama-lama bersama dengan pria itu.

Setelah menunggu beberapa menit, seorang pramusaji akhirnya datang membawa pesanan mereka. Asma akhirnya dapat bernapas lega karena tak harus berlama-lama menghadapi situasi canggung ini.

"Makasih, Mas." ujar Asma dengan senyum sumringah. Yang tanpa disadarinya, tingkahnya itu dilihat juga oleh Basuki.

Basuki mengernyitkan dahinya dengan alis terangkat naik. Lalu kemudian raut wajahnya tiba-tiba saja berubah masam.

"Kenapa aku merasa tidak suka melihat Asma bersikap ramah dengan pramusaji tadi?" gumam Basuki dalam hati.

Tak ingin mempermasalahkannya, Basuki memilih untuk segera melahap makanannya. Perutnya sudah terasa keroncongan karena tidak sempat sarapan pagi tadi.

Sesekali iris gelapnya akan menatap Asma diam-diam. Lalu dirinya akan membuang pandangan saat gadis itu balik menatapnya.

Basuki sadar jika Asma pasti masih merasa malu dengan kejadian beberapa jam lalu. Bukan hanya gadis itu, dirinya pun juga merasa malu jika mengingatnya.

Tak pernah terbesit di pikiran Basuki jika akan mengalami kejadian seperti itu. Dimana dirinya harus membantu Asma dengan memijit dadanya.

Ini semua terjadi karena Asma berbohong akan status mereka. Jika saja gadis itu berkata jujur, semua ini tidak akan pernah terjadi.

Namun Basuki tidak ingin mempermasalahkannya lebih lanjut. Dia berusaha menempatkan dirinya di posisi Asma. Gadis itu pasti masih belum siap jika ada orang lain yang menatapnya dengan pandangan yang berbeda. Ketika dia memilih untuk melakukan program ini.

Kadang Basuki merasa kasihan dengan anak sambungnya itu. Dimana Asma harus mengurus Dika dan juga dirinya sehari-hari. Sampai tidak mempedulikan kesenangannya sendiri.

Di desa, gadis seusia Asma banyak yang pergi merantau ke kota. Namun Asma justru terjebak di sini dengan beban berat yang harus dipikulnya.

Pernah sewaktu itu Asma meminta ijin padanya untuk bekerja. Namun dengan lantang Basuki menolaknya.

Dia tidak ingin Asma merasa terbebani dengan semua ini. Sudah cukup gadis itu mengurus keperluan dirinya dan juga Dika. Biarkan dirinya saja yang bekerja untuk mencukupi kebutuhan mereka.

"Pak.." panggil Asma pelan saat melihat Basuki hanya diam saja. Entah apa yang sedang dipikirkan oleh pria itu. Tiba-tiba saja Basuki terdiam dengan setengah makanannya yang belum habis.

Melihat Basuki tak juga bereaksi, membuat Asma merasa kebingungan. Saat datang ke warung makan ini pria itu terlihat baik-baik saja. Kenapa tiba-tiba Basuki terdiam dengan pandangan kosong?

"Pak.. Bapak.. " panggil Asma cukup keras.

Basuki yang tengah melamun seketika tersadar. Dia terlihat gelagapan dan berakhir menatap Asma dengan pandangan seolah berkata 'apa yang terjadi?'.

Asma berdecak dengan wajah memberengut. Dia mencuci tangannya di kobokan air yang disediakan pramusaji tadi. Lalu mengelap bibirnya untuk menghilangkan minyak yang menempel.

Melihat tak ada tanda-tanda Asma akan bersuara, membuat Basuki melirik masam ke arah gadis itu. Dia lalu kembali menunduk dan baru sadar jika makanannya masih sisa banyak.

"Sepertinya Asma kesal karena aku tidak segera menghabiskan makananku." pikir Basuki dalam hati.

Tak ingin membuat gadis itu semakin kesal padanya, Basuki lantas segera menghabiskan makanannya. Sesekali pria itu akan mendesis karena merasakan pedas yang teramat.

Klunting

Suara pertemuan antara dua gelas kaca yang saling bertubrukan terdengar nyaring. Basuki melirik dari ekor matanya saat Asma menyodorkan gelas berisi air putih yang masih sisa setengah ke arahnya.

"Udah tua masih aja suka makan pedes." cibir Asma pelan yang masih didengar jelas oleh Basuki.

Basuki hanya mengedikkan bahunya acuh sebagai balasan. Dia hendak melanjutkan makannya saat Asma kembali bersuara.

"Bapak harusnya kurang-kurangin makan pedes. Asma nggak mau sampai Bapak sakit." tegur Asma dengan suara yang terdengar sendu.

Mendengar penuturan itu membuat hati Basuki terasa hangat. Pria itu tanpa sadar tersenyum tipis karena perhatian dari gadis itu.

"Iya, makasih ya sudah perhatian sama Bapak." kata Basuki sembari menepuk puncak kepala Asma.

Asma mengangguk samar dengan muka memerah. Namun sedetik kemudian gadis itu melotot ke arah Basuki.

"Ih, Bapak.. tangan Bapak kan kotor abis megang gorengan." seru Asma dengan mata melebar. Gadis itu tak henti mengusap rambutnya dengan muka sebal.

Hal itu mengundang tawa dari Basuki. Dengan tanpa rasa bersalah, pria itu kembali melanjutkan makannya dengan santai. Sesekali akan terkikik saat melihat muka masam dari gadis di depannya.

"Kenapa mukanya cemberut begitu?" goda Basuki dengan senyum miringnya.

Asma mendengus dan membuang wajahnya ke arah lain. Kedua tangannya bersidekap di depan dada.

Basuki kembali terkikik dan hendak mengambil gelas miliknya. Namun karena tidak melihat, dia justru mengambil botol berisi cabai. Basuki lantas mengarahkannya ke arah mulutnya dan seketika itu langsung mengaduh.

"Hah.. pedas.. air.. mana air..." keluh Basuki saat merasakan lidahnya yang terasa terbakar.

Tawa Asma seketika pecah karena keteledoran yang bapak sambungnya itu lakukan.

"Tuh rasain.. makanya jangan jahil sama Asma." kikik Asma terlihat puas melihat wajah bapaknya yang merah padam.

Namun lama-kelamaan gadis itu mulai merasa kasihan juga dengan Basuki. Dia lantas segera menyodorkan gelas berisi air pada Basuki. Yang langsung diterima oleh pria itu dan diteguknya hingga tandas.

"Hah.. leganya.. " Basuki bernapas lega saat rasa terbakar itu berangsur menghilang.

Setelah mulai tenang, dia lantas menatap Asma dengan pandangan mengancam. Yang justru dibalas gadis itu dengan ejekan.

"Dasar anak nakal." sungut Basuki menyentil kening Asma hingga membuat gadis itu mengaduh.

Tanpa disadari mereka, suasana canggung yang terjadi di antara keduanya kini telah mencair. Membuat mereka kembali dekat dan melupakan kecanggungan yang terjadi beberapa beberapa menit lalu.

***

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status