Share

Keanehan Asma #2

Basuki masih mengingat sepenggal nasihat yang Dokter Juanda berikan pada Asma. Dimana dia juga boleh memberikan bantuan pada gadis itu. Kini Basuki menyesal karena membiarkan Asma berbohong. Sehingga membuatnya terjebak di dalam situasi yang canggung ini.

"Saya akan keluar sebentar agar Pak Basuki dan Dik Asma bisa leluasa melakukannya." ujar Dokter Juanda dengan senyum tipisnya. Dalam pikirannya, wanita itu berspekulasi bahwa pasangan suami istri itu pasti masih merasa malu. Padahal kenyataannya mereka hanyalah sepasang anak dan bapak sambung yang tidak terikat hubungan darah.

Sedari tadi Basuki tak hentinya menarik napasnya dalam-dalam. Iris gelapnya menatap punggung Asma dengan pandangan yang sulit diartikan. Asma memang masih betah memunggunginya sejak tadi. Entah apa yang tengah gadis itu lakukan.

Keduanya kini tengah berada di klinik. Setelah beberapa kali Asma mengeluh sakit pada dadanya, Basuki akhirnya memutuskan untuk langsung membawanya ke sini. Biar gadis itu segera ditangani oleh ahlinya.

"Pak.. " panggil Asma dengan suara yang begitu pelan. Gadis itu sibuk memilih ujung pakaian yang dia kenakan dengan raut resah.

Basuki hanya membalasnya dengan deheman samar. Lidahnya terasa kelu untuk sekedar bersuara.

"Bapak nggak perlu ngelakuin ini kalau nggak mau." kata Asma dengan suara lembutnya yang mendayu.

Basuki terdiam sembari menengadah. Menatap plafon gypsum yang ada di atasnya dengan raut tertekan. Situasi yang mereka alami saat ini benar-benar tidak pernah ada di dalam pikirannya.

Asma menoleh saat tak mendapati balasan dari bapak sambungnya. Ketika dia akan menurunkan pandangannya, saat itulah iris keduanya bertemu pandang tanpa sengaja.

Basuki terpaku melihat wajah memerah Asma saat ini. Entah mengapa jantungnya serasa berdesir hanya dengan melihat pemandangan tersebut.

Netra gelapnya lalu turun menatap punggung Asma yang masih berbalut pakaian. Namun Basuki tau jika beberapa kancing sudah gadis itu lepaskan sejak tadi.

Menyadari hal tersebut membuat Basuki tanpa sadar kembali mendudukkan dirinya di belakang Asma. Lalu kedua tangannya terulur, menyelinap di antara sisi pinggang gadis itu. Basuki bisa merasakan tubuh Asma yang menegang. Dan dia memilih untuk mengabaikannya.

"Bapak melakukan ini karena saran dari Dokter Juanda." ujar Basuki yang mulai merapatkan dirinya pada Asma.

Asma menggigit bibir bawahnya resah sembari mengangguk. Basuki yang melihat tak ada penolakan, lantas mulai melakukan apa yang Dokter Juanda katakan. Memijat dada Asma dengan gerakan lembut.

Tubuh Asma tersentak saat untuk pertama kalinya seseorang menyentuh aset pribadinya. Rasanya benar-benar berbeda saat dirinya sendiri yang menyentuhnya.

Sensasi geli bercampur rasa asing Asma rasakan saat ini. Membuat dirinya merasa gelisah, namun juga menginginkan lebih.

Di balik punggungnya, Basuki tak berhenti menggelengkan kepalanya agar tetap waras. Dia mewanti dirinya agar tidak lepas kendali dan melakukan tindakan yang bisa membuat hubungan mereka semakin terasa canggung.

Sudah beberapa bulan lamanya Basuki tidak pernah menyentuh seorang wanita sejak Ranti jatuh sakit. Dan kali ini dia diberikan kesempatan untuk menyentuh bagian dari tubuh seorang wanita.

Rasanya begitu mendebarkan di situasi semacam ini. Dimana dirinya harus membantu Asma memijat dada gadis itu. Agar ASI-nya segera keluar dan meminimalisir rasa sakit yang Asma rasakan.

Asma menggigit ibu jarinya dengan raut resah karena merasakan desakan asing pada tubuhnya. Entah mengapa dia tidak dapat mengontrol suara yang keluar dari bibirnya.

"Pak-hhh.. " lirih Asma dengan napas tersenggal.

Basuki tak mengindahkan panggilan Asma. Pria itu terlalu fokus dengan apa yang dia lakukan sekarang. Tangannya terus bekerja memijat dada Asma yang terasa lembut dan kenyal di tangan kasarnya. Yang tanpa dia sadari membuat gadis itu tak dapat menahan desahannya.

Di tengah suasana mendebarkan itu, Asma tiba-tiba saja berjengit saat merasakan jari Basuki menyentuh puncaknya. Membuat dirinya tanpa sadar bersuara keras dan membuat Basuki spontan menghentikan aksinya.

"Ma-Maaf, Ma. Bapak kelepasan." kata Basuki dengan raut tegang.

Asma menoleh dengan wajah sayu. Dia lalu menggeleng dan mengatakan sesuatu yang sukses membuat Basuki tersedak ludahnya sendiri.

"Asma pengen lagi, Pak."

***

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status