Basuki masih mengingat sepenggal nasihat yang Dokter Juanda berikan pada Asma. Dimana dia juga boleh memberikan bantuan pada gadis itu. Kini Basuki menyesal karena membiarkan Asma berbohong. Sehingga membuatnya terjebak di dalam situasi yang canggung ini.
"Saya akan keluar sebentar agar Pak Basuki dan Dik Asma bisa leluasa melakukannya." ujar Dokter Juanda dengan senyum tipisnya. Dalam pikirannya, wanita itu berspekulasi bahwa pasangan suami istri itu pasti masih merasa malu. Padahal kenyataannya mereka hanyalah sepasang anak dan bapak sambung yang tidak terikat hubungan darah.Sedari tadi Basuki tak hentinya menarik napasnya dalam-dalam. Iris gelapnya menatap punggung Asma dengan pandangan yang sulit diartikan. Asma memang masih betah memunggunginya sejak tadi. Entah apa yang tengah gadis itu lakukan.Keduanya kini tengah berada di klinik. Setelah beberapa kali Asma mengeluh sakit pada dadanya, Basuki akhirnya memutuskan untuk langsung membawanya ke sini. Biar gadis itu segera ditangani oleh ahlinya."Pak.. " panggil Asma dengan suara yang begitu pelan. Gadis itu sibuk memilih ujung pakaian yang dia kenakan dengan raut resah.Basuki hanya membalasnya dengan deheman samar. Lidahnya terasa kelu untuk sekedar bersuara."Bapak nggak perlu ngelakuin ini kalau nggak mau." kata Asma dengan suara lembutnya yang mendayu.Basuki terdiam sembari menengadah. Menatap plafon gypsum yang ada di atasnya dengan raut tertekan. Situasi yang mereka alami saat ini benar-benar tidak pernah ada di dalam pikirannya.Asma menoleh saat tak mendapati balasan dari bapak sambungnya. Ketika dia akan menurunkan pandangannya, saat itulah iris keduanya bertemu pandang tanpa sengaja.Basuki terpaku melihat wajah memerah Asma saat ini. Entah mengapa jantungnya serasa berdesir hanya dengan melihat pemandangan tersebut.Netra gelapnya lalu turun menatap punggung Asma yang masih berbalut pakaian. Namun Basuki tau jika beberapa kancing sudah gadis itu lepaskan sejak tadi.Menyadari hal tersebut membuat Basuki tanpa sadar kembali mendudukkan dirinya di belakang Asma. Lalu kedua tangannya terulur, menyelinap di antara sisi pinggang gadis itu. Basuki bisa merasakan tubuh Asma yang menegang. Dan dia memilih untuk mengabaikannya."Bapak melakukan ini karena saran dari Dokter Juanda." ujar Basuki yang mulai merapatkan dirinya pada Asma.Asma menggigit bibir bawahnya resah sembari mengangguk. Basuki yang melihat tak ada penolakan, lantas mulai melakukan apa yang Dokter Juanda katakan. Memijat dada Asma dengan gerakan lembut.Tubuh Asma tersentak saat untuk pertama kalinya seseorang menyentuh aset pribadinya. Rasanya benar-benar berbeda saat dirinya sendiri yang menyentuhnya.Sensasi geli bercampur rasa asing Asma rasakan saat ini. Membuat dirinya merasa gelisah, namun juga menginginkan lebih.Di balik punggungnya, Basuki tak berhenti menggelengkan kepalanya agar tetap waras. Dia mewanti dirinya agar tidak lepas kendali dan melakukan tindakan yang bisa membuat hubungan mereka semakin terasa canggung.Sudah beberapa bulan lamanya Basuki tidak pernah menyentuh seorang wanita sejak Ranti jatuh sakit. Dan kali ini dia diberikan kesempatan untuk menyentuh bagian dari tubuh seorang wanita.Rasanya begitu mendebarkan di situasi semacam ini. Dimana dirinya harus membantu Asma memijat dada gadis itu. Agar ASI-nya segera keluar dan meminimalisir rasa sakit yang Asma rasakan.Asma menggigit ibu jarinya dengan raut resah karena merasakan desakan asing pada tubuhnya. Entah mengapa dia tidak dapat mengontrol suara yang keluar dari bibirnya."Pak-hhh.. " lirih Asma dengan napas tersenggal.Basuki tak mengindahkan panggilan Asma. Pria itu terlalu fokus dengan apa yang dia lakukan sekarang. Tangannya terus bekerja memijat dada Asma yang terasa lembut dan kenyal di tangan kasarnya. Yang tanpa dia sadari membuat gadis itu tak dapat menahan desahannya.Di tengah suasana mendebarkan itu, Asma tiba-tiba saja berjengit saat merasakan jari Basuki menyentuh puncaknya. Membuat dirinya tanpa sadar bersuara keras dan membuat Basuki spontan menghentikan aksinya."Ma-Maaf, Ma. Bapak kelepasan." kata Basuki dengan raut tegang.Asma menoleh dengan wajah sayu. Dia lalu menggeleng dan mengatakan sesuatu yang sukses membuat Basuki tersedak ludahnya sendiri."Asma pengen lagi, Pak."***Suasana canggung sangat terasa di antara dua insan berbeda usia yang tengah duduk berhadapan di sebuah warung makan sederhana. Setelah mengunjungi klinik laktasi, Basuki memutuskan singgah sebentar di sana untuk makan siang.Selama menunggu pesanan mereka datang, tak sekalipun keduanya saling berbicara atau bertatap muka. Di antara mereka akan buru-buru mengalihkan perhatian saat tak sengaja bertemu pandang.Asma masih terlalu malu untuk bersitatap dengan bapak sambungnya. Pipinya bahkan masih terasa panas sejak mereka keluar dari rumah sakit hingga sekarang.Sesekali gadis itu akan menarik napas dalam-dalam ketika mengingat bayang-bayang Basuki yang tengah memijat aset pribadinya. Dimana hal itu dilakukan atas saran dari Dokter Juanda.Kini bukan hanya Basuki yang merasa menyesal karena membiarkan semua kebohongan ini terjadi. Asma juga ikut menyesal karena telah berbohong kepada dokter tersebut.Namun semua ini sudah terlanjur terjadi. Asma juga tidak mungkin mengatakan kebenarannya
"Asm-""Maaf, Pak. Asma mau bawa Dika berjemur di luar." Asma dengan cepat menyela ucapan Basuki. Gadis itu dengan tergesa membawa adik tirinya keluar menuju teras rumah.Basuki menghembuskan napas berat melihat sikap Asma. Pria itu mengusap wajahnya kasar dengan raut lesu. Sudah sejak pagi tadi sikap Asma tidak seperti biasanya. Jelas sekali jika gadis itu tengah menghindarinya. Dan Basuki tentu tahu alasan dibalik sikap Asma yang seperti itu.Setelah kejadian tadi malam dimana dirinya lepas kendali dan berakhir mencium Asma, gadis itu seperti menjaga jarak darinya. Beberapa kali dia berusaha mengajaknya berbicara. Namun Asma akan menjawabnya dengan cepat dan buru-buru pergi.Ini semua memang salahnya hingga membuat Asma bersikap demikian. Jika dia bisa mengendalikan dirinya, semua ini tidak akan terjadi. Dan sekarang Basuki benar-benar menyesal karena tidak bisa mengontrol dirinya. Dan membuat hubungannya dengan Asma terasa canggung."Sial. Dia mengabaikan aku karena kejadian semala
Asma menghela napas pelan melihat sosok Basuki telah menjauh dengan motor bututnya. Pikirannya berkecamuk begitu mengingat kejadian semalam.Gadis itu masih dapat mengingat dengan jelas apa yang dilakukan Basuki padanya. Berawal dari membantunya pumping dan berujung dengan ciuman.Asma benar-benar terkejut saat Basuki tiba-tiba menciumnya. Dan parahnya lagi dia tidak menolak saat pria itu melakukannya. Sepertinya dia benar-benar syok karena mendapat serangan tersebut.Wajah Asma kembali memanas mengingat ciuman lembut yang Basuki berikan padanya. Dan entah sejak kapan dia sudah berpindah di atas pangkuan pria itu.Ketika ciuman Basuki semakin memanas dan tangannya mulai menjalar kemana-mana, saat itulah Asma baru tersadar dan refleks mendorong pria itu. Tanpa sepatah kata, Asma segera pergi meninggalkan Basuki yang tengah mematung, berusaha mencerna apa yang telah terjadi di antara dirinya dan juga Asma."Kenapa sih Asma diem aja waktu di
Memasuki minggu ke-enam, Asma mulai merasakan dadanya yang makin terasa berat. Puncaknya juga terasa begitu nyeri tanpa dirinya tau penyebabnya. Dan hal itu benar-benar mengganggunya.Tidak hanya itu saja. Beberapa kali Asma harus berganti ukuran pakaian dalamnya karena volume dadanya yang terus bertambah. Dia sampai merasa malu sendiri dengan ukuran dadanya.Pagi ini, Asma bangun lebih awal dari biasanya. Langit masih gelap ketika gadis itu membuka kedua matanya.Bukan tanpa sebab Asma bangun ketika hari masih begitu pagi. Gadis itu terbangun karena merasakan rasa nyeri yang teramat pada dadanya.Kedua matanya yang sembab seketika terbuka lebar-lebar saat merasakan rasa sakit yang menderanya. Memaksakan untuk bangun, Asma terkejut saat mendapati baju bagian dadanya terlihat basah.Dengan dada membuncah, Asma menyingkap baju yang dia kenakan ke atas. Dan lagi-lagi terkejut saat menemukan pakaian dalamnya juga basah.Asma memilih untuk melepaskan pakaian atasnya. Membuat dirinya kini b
Asma mendongak dan bertemu pandang dengan iris gelap milik bapak sambungnya. Gadis itu tersenyum kikuk dengan wajah memerah melihat penampilan pria itu.Saat ini Basuki memang hanya memakai celana pendek saja. Dia membiarkan tubuh atasnya yang terbentuk terpampang bebas di mata Asma. Jangan lupakan rambutnya yang tampak berantakan karena baru bangun tidur. Semakin menambah pesona duda anak satu itu."Ada apa, Pak?" tanya Asma sembari menyelipkan helaian rambutnya yang terjatuh ke telinganya. Gerakan anggun yang gadis itu lakukan membuat Basuki sempat terpaku. Namun pria itu dengan cepat berhasil menguasai dirinya.Netra Basuki lantas tertuju pada botol dot yang ada di atas meja. Isinya masih penuh dan terlihat masih baru. Lalu tatapan Basuki kembali menatap wajah cantik Asma."Bapak mau mandi. Kamu bisa kan jaga adikmu dulu?" kata Basuki sembari menatap wajah cantik Asma dengan teduh.Asma tentu saja langsung mengangguk. Dia bergegas pergi dar
"Nggak sarapan dulu, Pak?" tanya Asma saat melihat bapaknya menenteng sepatu boot yang biasa dia pakai jika pergi ke sawah.Basuki berdehem pelan sebagai jawaban. Tampak enggan menatap Asma yang tengah sibuk menyusui Dika. Pria itu memang bukan sekali dua kali melihat pemandangan tersebut. Namun sampai detik ini dia masih belum terbiasa untuk melihatnya secara terang-terangan.Walaupun Asma menutupi aset pribadinya dengan jarik gendong, tetap saja Basuki bisa melihat bagaimana lahapnya sang putra yang menyusu pada kakak tirinya itu.Sering kali puncak dada gadis itu terlihat karena gerakannya yang tidak disengaja. Dan hal itulah yang membuat Basuki merasa enggan untuk menatap Asma. Takut salah fokus dan akhirnya lepas kendali seperti kejadian sebelum-sebelumnya."Padahal Asma udah masakin makanan kesukaan Bapak loh." desah Asma dengan raut memberengut. Entah kenapa dia merasa sedih karena Basuki belum menyentuh makanan yang telah dia siapkan.
Asma tampak gemas melihat Dika yang tak berhenti tersenyum karena dikudang oleh Basuki. Ketiganya saat ini sedang berkumpul di ruang tengah. Siang yang terik membuat banyak orang lebih memilih untuk tetap berada di dalam rumah. Salah satu diantaranya adalah keluarga Basuki.Saat ini Basuki tengah membaringkan Dika di atas matras khusus untuk bayi yang berada di dekat jendela. Sedangkan Asma tengah duduk di depan mesin jahitnya yang berada tak jauh dari mereka sembari menjahit baju.Gadis itu berencana untuk membuatkan adiknya baju buatannya sendiri. Asma memang sudah berhenti membedong Dika ketika bayi itu berusia tiga bulan. Hal itu dia lakukan karena di usia tersebut, bayi mulai aktif bergerak.Gerakan Asma begitu lincah menjahit pola baju yang telah dia buat. Dimulai dengan membuat simpul, lalu dilanjutkan dengan berbagai teknik jahit yang sudah Asma kuasai. Sejak kecil, gadis itu memang mahir dalam hal menjahit.Menjahit memang kegiatan yang m
Asma tertegun melihat raut khawatir yang terpancar jelas di wajah Basuki saat ini. Rasa sakit yang dia rasakan saat tertusuk jarum beberapa menit lalu, lantas menghilang dengan cepat dan seketika digantikan dengan rasa hangat yang menjalari hatinya.Jika mengingat adegan di dalam film, apa yang dilakukan oleh Basuki terlihat berlebihan. Namun begitu Asma berada dalam posisi ini, gadis itu bisa merasakan apa yang dirasakan oleh pemeran wanita jika mendapat perlakuan seperti ini."I-Ini cuma luka kecil, Pak." kata Asma terbata sembari menarik jarinya dari genggaman Basuki. Gadis itu menunduk agar sang bapak tidak dapat melihat wajahnya yang memerah. Rasanya malu sekali sampai membuat telinganya ikut memerah."Ya, itu memang luka kecil. Tapi Bapak sangat khawatir saat mendengar pekikan kamu." timpal Basuki dengan suara beratnya. Tanpa mengalihkan pandangannya dari Asma.Asma tak dapat menahan kedutan pada bibirnya saat mengetahui jika Basuki sangat k