Saat di kantor kepolisian. Doni hendak berdiskusi dengan atasannya. Dia membawa laptop beserta camera yang selalu eksis menggantung di lehernya.
"Kenapa kamu kelihatan cemas begitu? Patah hati, ya?" Tanya pria berwajah tampan tapi tampang preman itu.
"Mana rekaman video itu? Biar kita cek berdua, tapi ini rahasia. Aku baru saja menemui beberapa orang terdekat keluarga Sanjaya. Teman, orang tua, istri, anak dan juga--"
"Istrinya kan Suci?"
"Kenapa?"
Doni bergegas membuka laptop dan menunjukan hasil rekaman video tersebut. Yang pertama kali tampil adalah layar hitam putih.
"Ini lokasi kawasan rumah sakit," kata Doni. Ia menunjuk ke jalan lurus di mana ada restoran tempat Suci bekerja dulu. "Ini diperkirakan TKP, kita lihat sebentar lagi."
Dari rekaman
Indah bergegas pulang ke rumahnya di malam hari. Dalam kondisi lelah, ia tiba di rumah dan disambut oleh ibunya sendiri. Namun, Indah terkesan kurang bahagia. Ia menyimpan mobilnya di halaman rumah dan meninggalkan kuncinya menggantung di dalam mobil pribadi berwarna silver itu. "Eh, kamu kok gak biasanya lesu begini? Udah dapet pasien galak, ya?" Tanya Ranti, ibu kandungnya. "Mama, aku lelah. Mau tidur aja! Badanku kayak remuk begini, jadi please jangan ajak aku ngobrol dulu," keluh Indah. "Hei, tadi siang ada cowok nanyain kamu, dia ke rumah. Namanya Andra," ungkap beliau. Indah terkejut. Batinnya panik. "Dia gak ngapa-ngapain Mama, kan? Gak macam-macam di rumah ini?" "Enggak, cuma ya penampilan kayak preman terus orangnya songong. Mama kira dia pacar baru kamu, kalau saja beneran, ogah ngas
Suci hendak menidurkan Putri. Namun, tak biasanya Andhika sebagai ayah kandungnya mencium keningnya sebelum tidur. Tak ada sambutan hangat dari Putri, justru ia malah menatap heran pada ayahnya. "Tidur yang nyenyak, ya nak. Besok sekolah lagi," ucapnya. Putri yang telah berbaring di kasur kecilnya sama sekali tak mau tersenyum. "Kenapa sayang, kamu sakit? Atau badannya lemas, ya?" Tanya Suci, ibunya. "Mah, lain kali tidur sama aku, dong. Kalau besok ke sekolah jangan sampai ketemu tante Indah lagi. Kalau ngasih hadiah aku gak mau terima," keluh Putri. Suci yang kini telah menjadi ibunya hanya berusaha membuatku tenang. Gadis sekecil itu belum mengerti apapun san hanya bisa dimaklumi perilaku polosnya. "Iya, besok jangan sampai ketemu tante Indah, makanya jangan minta dulu jal
Suci menyimpan kembali air bekas membasuh punggung suaminya itu di bawah meja dekat ranjangnya. Kemudian mencoba berbaring. Beberapa menit kemudian ia tertidur lelap. Ternyata Andhika belum tidur. Ia menatap wajah istrinya yang lembut dengan mata yang tertutup rapat. Hatinya mulai tersentuh karena perlakuan istrinya yang tidak ia duga sebelumnya. "Usapan tangannya lembut banget, berasa ketagihan terus," batinnya. "Ya Tuhan, apa istri sebaik ini pantas dinikah kontrak oleh orang macam aku ini." Tapi, Andhika masih merasakan kekecewaan mendalam di hatinya. Keyakinannya terlalu kuat bahwa Suci penyebab utama kematian nenek kesayangannya mati sia-sia. Ia mencoba menyentuh pipi Suci, membelai rambutnya. Kemudian tertidur lelap saling berhadapan. Tangan Suci memegang tangan Andhika layaknya pasutri mesra ketika tidur. Dan malam ini mungkin bukan seja
Gadis kecil itu mencium tangan ayahnya. Dan mereka saling membalas senyum dan kecupan di keningnya. Suci lantas menuntun tangan Putri menuju kelasnya. "Aku pergi dulu, ya? Hati-hati, ingat pesan saya," pinta Andhika. Lalu, ada beberapa orang pengasuh anak yang mengambil potret Andhika secara terang-terangan. Para nanny yang baru saja masuk gerbang dengan asyiknya selfie dengan latar belakang CEO tampan itu. "Itu pak boss yang lagi viral kok ganteng banget, ya," kata pengasuh wanita. Suci merasa terusik dengan perbuatan para pengasuh yang seenaknya mengambil sejumlah foto suaminya tapi membiarkan mereka jika hanya sekedar berselfie ria. Dan Andhika bergegas pergi ke kantor. "Mama, ayo masuk kelas," ajak Putri. Suci menuntunnya ke kelas. Ia berpapasan lagi dengan sejumlah nanny yang baru saja ambil po
Suci merasa heran begitu seorang pria bertato itu menyapa. Putri sang gadis kecil itu mendekap seolah ketakutan pula. Tapi, pria itu malah menorehkan senyuman yang hangat."Maaf, siapa ya?""Saya teman--, maksudnya saya pasien dokter ini, biasa ada perlu mau ambil hasil test darah," jawabnya. "Iya, kan?""Kalau mau ambil hasil test bukan di sini tapi di rumah sakit," keluh Indah. "Andra, saya tegaskan ya--""Di rumah sakit," sambungnya lembut.Namun, pria yang bernama Andra itu terus menatap Suci. Tak ayal, dia merasa khawatir dengan sikap anehnya itu, ditambah lagi dengan fisik seperti manusia garangan."Kamu, pasti Suci, ya?""Iya, kenapa?""Cantik juga, pantes pak boss pilih kamu jadi istrinya.""Pak boss? Kamu kenal?" Tanya Suci."Maaf, sepertinya saya harus segera ke rumah sakit
Andra tertawa terbahak-bahak. Ia membelai rambut Indah dengan sifat genitnya. Lalu, gadis itu menepak tangan pria bertato itu."Kalau sampai mereka menemukan aku pastinya kamu juga terbawa jadi buronan juga, maka dari itu bu dokter, kita kerjasama untuk merahasiakan aib ini. Jangan sampai ketahuan polisi apalagi si detektif yang baru saja datang.""Tahu dari mana kalau dia detektif?""Makanya kamu nonton berita, dong!"Andra bergegas keluar dari mobil Indah. Untuk mengatasi rasa paniknya, ia melaju lebih cepat. Batinnya sudah mulai tidak tenang dan ia mencoba mengingat kembali apa yang sebenarnya terjadi dulu.FLASHBACK ONKetika nenek Diana tiba di rumah sakit, mata sang dokter Cantik itu membelalak. Darah segar tengah mengucur di ranjang yang menopangnya. Ia segera mendekat dan mematikan kalau orang tua itu masih bernapas.Ket
Malam hari itu, Suci sengaja yang menyajikan makanan untuk mereka. Tak biasanya Putri begitu bahagia, Suci lebih dulu menaruh makanan di piringnya."Aku mau makan buah dulu, mah. Boleh, kan?""Boleh, sayang. Maunya buah apa dulu?""Aku pengen jeruk sama anggur, tapi gak mau makan nasi. Perutku udah kenyang," ungkap gadis berusia menuju lima tahun itu. Kemudian ia melahap buahnya sampai habis.Dan Andhika baru saja muncul. Ia telah mengganti pakaiannya dengan piyama dan rambutnya basah. Saat itu ia menatap semua masakan yang tersaji. Dan matanya tertuju pada rendang yang berbumbu banyak ditaburi bawang goreng. Ia langsung mengambil garpu lalu memakan rendang itu hingga memenuhi mulutnya."Pelan-pelan, mas. Hati-hati kesedak," pinta Suci.Andhika rupanya sangat menikmati masakan itu dan ketagihan sampai mengambilnya berkali-kali."Kamu
Suci lantas menuntun Putri menaiki ranjangnya. Dan mereka berdua berpura-pura seperti pasutri yang akur di depan anak."Putri kenapa pengen bobo di sini? Bosen sendirian terus, ya?" Kata Suci."Habisnya kalau malam suka sepi," ungkap gadis kecil itu. "Gak ada yang bacain aku dongeng sama doa tiap mau tidur. Mama, mau kan bacain dongeng buat aku?""Dongeng? Oh, iya. Boleh, Mama kan dulu guru TK yang suka bacain cerita," kata Suci."Putri, kalau mau bacain dongeng harusnya di kamar kamu, Papa mau tidur," kata Andhika, ayahnya."Kan sekalian Papa juga dengerin dongeng biar bobo nyenyak," tukas Putri.*Glek*Suci mengusap rambut Putri. Menyelimuti dengan baik lalu memeluknya. Selintas di pikirannya ingat dulu ketika ibunya menidurkannya dengan baik."Mah, kapan sih aku punya adek? Aku kesepian terus di rumah."