Meminta maaf itu gampang, yang susah itu berusaha untuk tidak mengulanginya lagi.***Setelah memastikan murni pergi dengan membawa kedua anaknya, Adrian memutuskan untuk melihat keadaan Anna pagi ini. Ia begitu khawatir saat jam sudah menunjukan pukul sembilan pagi tapi Anna masih saja berbaring lemah enggan membuka mata, seolah sakit yang Anna rasakan begitu parah.Pelan Adrian berjalan mendekati Anna, ia duduk disamping Anna dengan hati-hati. Ditatapnya wajah sayu itu dengan lekat, bahkan dengan keadaan pucat pun kecantikan istrinya itu masih saja terpancar.Perlahan tapi pasti, tangan Adrian terulur menyelipkan anak rambut yang menghalangi wajah Anna kedaun telinga. Sudut bibir Adrian tiba-tiba saja melengkung, hatinya berbunga saat memperhatikan wajah Anna dengan puas hari ini."Maaf, aku salah. Aku tidak pernah melihat sesuatu dari sisi lain" gumam Adrian dengan penyesalannya.Hembusan napas Anna yang terasa panas membuat Adrian ketar-ketir, demam Anna masih saja belum turun dar
Setelah pertengkaran serta permintaan maaf itu, Adrian selalu memperhatikan Anna. Adrian merasa ada yang berbeda, Istrinya itu sekarang berubah menjadi pendiam dan terkesan cuek padanya. Anna hanya melakukan apa yang menjadi kewajibannya sebagai seorang istri dan ibu bagi kedua anaknya. Padahal usaha Adrian kali ini tak main-main, ia bahkan rela mengubah jam kantor demi bisa meluangkan waktu bagi keluarganya, ia bahkan mati-matian berpikir keras merubah semua aturan kantor agar semua karyawannya tak sesibuk seperti dirinya, agar semua karyawan bisa meluangkan waktu bersama keluarganya meski keuntungan perusahaan menurun 10 persen. Apa Anna masih tak bisa melihat perjuangannya? Sedalam itukah luka yang Adrian berikan? Ah, Adrian sekarang benar-benar merasa kehilangan sosok istri cerewet dan galaknya itu. Ah, kapan Annanya akan kembali seperti dulu? Padahal rumah tangganya baru seumur jagung, kata orang sedang mengecap manisnya sebuah pernikahan tapi nyatanya ini malah masih perang din
Sepi kembali menyambut malam Adrian, ia berbaring diranjang king size nya seorang diri tanpa ditemani Anna disampingnya. Anna masih saja dengan mode ngambeknya, meski tadi sore Adrian berusaha kembali meminta maaf dan membicarakan masalah mereka namun Anna tetap saja dengan mode cueknya."Ini lama-lama aku jadi stres," gumam Adrian bangkit dari pembaringan, ia menoleh kearah jam ding-ding yang masih menunjukan pukul sepuluh malam namun susana rumah sudah sepi, mungkin sikembar sudah Anna tidurkan dan Anna pun masih setia tidur bersama mereka selama seminggu ini.Dengan tergesa-gesa Adrian berjalan menuruni anak tangga dan pergi kekamar sikembar untuk menemui istrinya.Dibukanya pintu kamar dengan perlahan agar tidur kedua anaknya tidak terganggu, Adrian menghela nafas lega saat sudah memasuki kamar sikembar. Ditatapnya ketiga mahluk berharganya yang kini tengah tertidur pulas, tak jarang suara dengkuran halus dari mulut Anna membuat Adrian menyunggingkan senyum. Ia pun mendekat keatas
Masalah diary sudah berlalu begitu saja setelah keduanya malam itu saling memaafkan dan terbuka satu sama lain. Kini Adrian dengan tekad kuatnya memperbaiki hubungannya dengan Anna, lelaki itu lebih mementingkan keluarganya dibanding pekerjaan yang sudah menemaninya melupakan rasa sakit akan kehilangan selama ia menjadi duda.Raja dan Ratu pun yang merasakan perubahan Adrian begitu bahagia, keduanya kini merasakan memiliki keluarga utuh.Seperti hari ini, deru mobil mewah terdengar memasuki halaman rumah. Adrian dengan gagahnya keluar dari mobil yang sudah terparkir, pria bertubuh kekar itu berjalan menuju pintu rumah utama, tepat saat tangan kanannya memegang handle pintu. Pintu itu terbuka dari dalam."Ayah!" seru kedua anaknya menyambut kedatangan sang ayah sore ini. Tubuh kecil mereka langsung memeluk Adrian, pria itu langsung membawa kedua anaknya kedalam pelukannya."Bunda mana?" tanyanya Adrian menggendong kedua anaknya menuju kedalam rumah."Di dapur," jawab keduanya kompak, k
Selepas shalat Magrib, biasanya Adrian akan langsung menyuruh Raja untuk memanggil Ratu dan Anna agar bergabung bersama mereka di ruang belajar selepas pulang dari masjid. Namun, malam ini berbeda. Sengaja Adrian membebaskan Raja dan Ratu untuk mengulang hafalan mereka sendiri. Sebab, pembicaraan Adrian dan Anna tadi sore rupanya merembet sampai sekarang.Annanya kini kembali dalam mode diam, kesal dengan Adrian yang mengambil keputusan secara sepihak."Bunda, sekarang Anna kesana ya. Ada banyak hal yang ingin Anna diskusikan, bunda masih dirumah mamahkan?" tanyanya Anna sambil memegang ponsel.Adrian sudah jelas paham, bahwa sekarang Anna tengah menelpon bundanya untuk meminta penjelasan lebih rinci mengenai rencananya yang akan pinda dari kota ini dan membiarkan Raja serta Ratu untuk belajar dipesantren Jiddah dan Jaddunnya."Bunda jangan dulu pulang ya," ucap Anna sebelum memutus panggilan, kini dirinya tengah sibuk dengan pakaian panjang serta hijab segi empatnya. Entah sejak kapa
Sejatinya, istri memang harus mengikuti tempat tinggal suami.***Malam kian melarut, semilir angin semakin terasa menyiksa tetapi Anna masih setia duduk digazebo rumahnya enggan memasuki kamar mengikuti Adrian yang sudah lebih dulu meninggalkannya karena banyaknya email dari perusahaan pusat yang belum sempat ia balas satu-satu dilaptopnya.Malam ini, Anna dan Adrian memutuskan untuk menginap dirumah Dirgantara untuk melepas rasa rindu Anna yang semenjak pernikahan mereka, belum pernah sama sekali Anna kembali kerumahnya.Mata Anna terus memancarkan kesedihan usai diskusi masalah anak-anak mereka, ia tak tahu apa yang tengah dirasakan hatinya saat ini yang jelas Anna tak sanggup akan kata perpisahan. Benang merah sudah ditarik, semua keluarga setuju dan keputusan itu sangat menguntungkan baginya karena anak-anak akan terus bersamanya namun Anna masih ragu.Hatinya masih belum menerima jika dalam waktu dekat Anna akan meninggalkan kota kelahirannya untuk ikut bersama Adrian tinggal di
Masalaluku memang orang yang aku cintai, tapi masa depanku orang yang sangat aku cintai. Kadar cintanya berbeda, sayangnya juga. Meskipun begitu, fokusku akan tetap sama yaitu manata masa depan yang indah bersamu.***Pagi ini cuaca agak sedikit mendung, seolah mendukung kesedihan yang Anna rasakan. Ketidakrelaan masih saja menetap dihati Anna, namun untuk menerima keputusan Adrian ia berusaha memaksakan diri agar tidak menjadi istri yang durhaka seperti apa yang ibunya katakan sekarang.Dan pagi ini Anna masih saja berdiam diri disamping Adrian yang tengah sibuk memasukan semua pakaiannya tanpa ada niatan untuk membantu. Ia masih belum bertenaga."Gak usah bawa banyak-banyak kali ya bajunya, lagi pula sekarang kamu kan udah pakai kerudung. Nanti ganti pakaiannya dengan yang lebih syar'i ya, aku temenin" ucap Adrian disela-sela kesibukannya.Anna menghela napas, dilihatnya Adrian dengan penuh keseriusan. "Gak usah yang terlalu syar'i deh mas, aku lagi masih ditahap belajar yang tipis
Kebahagiaan itu terlahir pada setiap manusia, tergantung manusianya itu sendiri yang akan menyikapi rasa bahagia yang telah Allah berikan.Jika manusianya bersyukur, maka ia kan merasakan kebahagian yang telah di beri namun jika tidak kebahagian yang telah diberikan tidak akan pernah ia rasa.Sebab hanya penderitaanlah yang selalu ada dalam pikirannya. 🍃🍃🍃"Mia, laporannya sudah selesaikan? Saya minta segera letakan di meja saya ya, oh iya jika stok obat-obatan datang. Segera laporkan pada saya""Siap bu, katanya nanti sore stok obat-obatan datang dan seseorang juga akan menemui ibu untuk menawarkan produk obat-obatannya" ucap suster Mia."Oke, nanti kabari saya. Saya masih ada urusan di dalam" Mia mengangguk, lalu membiarkan gadis tersebut meninggalkan ruang apoteker dengan santai."Sayang!"Terdengar suara seseorang yang tak asing lagi, memanggil dirinya dengan sebutan sayang. Ia terse